●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●
Sore dengan langit jingga mulai terlukis. Langkah kaki kecil berlarian di taman penuh dengan berbagai bunga. Seorang gadis kecil tanpa alas kaki dengan riang mengejar seekor anjing putih yang dengan lincah menghindar dari gadis kecil itu.
Meta nama gadis kecil itu.
Berlarilah mereka keseluruh taman, hingga akhirnya anjing putih itu bersembunyi di balik semak-semak.
Meta menyipitkan matanya tajam, jelas sekali ekor anjing itu bergoyang-goyang di balik semak-semak itu. Apa anjing ini pikir gadis kecil ini bodoh hingga tidak dapat mengetahui keberadaannya?
Meta tertawa kecil—terkesan mengejek anjing itu, lalu dia tiba-tiba dengan serius mengambil persiapan untuk melompat ke semak-semak.
Tanpa beban dan tanpa dosa dia dengan sangat sangat sadar menjatuhi tubuhnya ke semak-semak dengan cukup keras. Dengan usaha dan keberanian nya itu, dia masih tidak bisa menangkap anjingnya. Anjing itu begitu lincah hingga dapat menghindari tangkapan dari Meta.
Lihat siapa yang bodoh, mungkin itu yang diutarakan dari anjing yang menggonggong kearah Meta lalu meninggalkannya pergi, lagi.
"Dasar nakal!" Meta menggerutu sebal.
Meta membersihkan telapak tangannya yang penuh tanah dan mulai sadar bahwa keputusannya untuk menjatuhi diri ke semak-semak benar-benar membuat luka-luka ditubuhnya. Benar, telapak tangannya adalah korban dari kebodohan gadis kecil ini.
Saat Meta ingin merangkak keluar dari semak-semak tiba-tiba dia tertegun. Didalam semak-semak ini, gadis kecil dengan pakaian yang sekarang sudah tidak bisa dijelaskan lagi layak pakainya, melihat sebuah bekas lubang di pagar dindin yang di tambal oleh tanah yang sudah mengering sekarang. Tambalan tanah itu mulai sedikit longsor dan membuat lubang yang seukuran tangan orang dewasa.
"Uh, kenapa disini ada lubang?" tanyanya penasaran.
Gadis kecil itu sedikit menyingkirkan semak-semak yang menutupi lubang itu. Dia dengan rasa penasarannya mencoba untuk melihat apa yang ada dibalik lubang ini. Lalu dengan samar-samar penglihatan, gadis kecil itu melihat sebuah jalan setapak yang mengarah ke lubang ini. Mengetahui bahwa dibalik pagar dinding ini adalah sebuah hutan, Meta mengernyitkan dahinya.
Dia mencoba membuat lubang semakin besar, namun tanah-tanah kering ini rupanya cukup kuat hingga tidak bisa di bobol lebih lebar.
Saat gadis kecil itu masih mencoba tanpa lelah, seseorang memanggil namanya cukup keras.
"META?!"
Meta sedikit kaget, lalu dengan buru-buru menutupi kembali lubang kecil itu dengan semak-semak dan memutuskan untuk keluar dari tempat ini.
Dia berlari kecil menghampiri suara yang memanggilnya.
"Aku disini," ujar Meta mendekati.
"Paman baik!" teriaknya riang.
Pria itu berjongkok lalu menatap kaget dengan apa yang dia lihat sekarang.
"Dari mana semua luka-luka ini berasal, Meta?" Wajah pria itu kaget dan panik.
Bagaimana tidak, bajunya kini penuh lumpur, telapak tangan dan dengkulnya luka-luka. Dia seperti habis pulang dari menanam padi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wft! Papa?! |END
Teen Fiction[TERBIT] "Bagaimana bisa pria iblis itu mengadopsi seorang putri?!" Begitulah Dunia mengatakan tentang keputusan gila seorang pria yang sangat berpengaruh didunia. Erlangga Saputra Dirgantara seorang pria kaya dan tampan tetapi memiliki sifat yang s...