●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●
Gemericik air terus menerus mengguyur tubuh tegap nan kekar di balik sana. Erlangga berdiri dengan sebuah pertanyaan besar di kepalanya. Tidak ada yang lucu dari kalimat itu, tapi kenapa malah tertawa manis seperti itu? Menjengkelkan.
Sekarang dia benar benar merasa seperti tokoh antagonis di dalam sebuah drama. Dimana rasanya seperti Erlangga lah yang membuat senyuman.., menyedihkan itu.
Erlan keluar dari kamar mandi dengan kaos oblong dan celana pendek. Rupanya benar, mengguyur kepala yang sedang emosi dengan air dingin merupakan salah satu hal yang wajib di coba untuk para kaum sad people.
Dan sekarang sepertinya waktu yang pas untuk menikmati segelas wine di sore yang sejuk ini. Tapi sebelum Erlan melancarkan rencana nya untuk minum minum cantik tiba tiba kakinya terhenti di tengah ruangan. Menatap lirih kearah sofa kamarnya.
Masih disini?
Yap, Meta masih disini. Tertidur pulas dengan posisi terduduk dan mulut terbuka, bahkan suara dengkuran kecil terdengar dari mulutnya.
Erlan menghela napas kecil, ia mengundurkan niatnya untuk mengambil beberapa botol wine yang rencananya akan ia minum hingga malam nanti. Pria lempeng itu memilih untuk datang menghampiri Meta yang tertidur dengan tidak estetik nya lalu duduk disebelahnya. Selama beberapa menit Erlan hanya menatap langit langit kamarnya tanpa ada niatan untuk bicara apa apa, lalu tiba tiba ia ingat tentang sekotak jus anggur yang jadi biang masalah kalimat tidak senonohnya.
Erlan mengambilnya, menatap ragu sekotak jus anggur biasa itu.
Erlan kembali mengigat bagaimana gadis kecil itu ingin memberikan jus anggur itu dengan sebuah senyum lebar di wajahnya. Sekarang Erlan benar benar menyesal sudah mengatakan itu, gadis kecil itu pasti sakit hati, mungkin begitu sekarang suara hati kecil Erlan bicara.
Setelah dia memikirkan semua hal itu, tanpa pikir panjang lagi pria itu langsung meminum jusnya hingga habis tak tersisa.
"Rasanya tak seburuk yang dipikirkan" komentar Erlan ragu.
"Katanya kotoran, kok diminum?"
Erlan tersentak kaget, menjauhkan dirinya dari letak suara tadi berada.
"Su-sudah bangun?" Tanya Erlan ragu.
"Belum, ini mah zigotnya hehe~"
Erlan masih tetap diam menatap Meta. Tiba tiba rasa canggung menyelimuti dirinya, hatinya yang tadi sempat merasa menyesal mulai kembali mengintai Erlan, seolah menyuruh pria lempeng itu untuk meminta maaf atas ucapannya yang tidak enak di hati. Tapi dia tidak tau bagaimana cara mengatakannya, lebih tepatnya sih mulutnya tidak bisa mengatakan nya karena gengsi.
"Kalau mau tidur seharusnya ke kamar mu saja, iler mu nempel dimana mana!" Judes Erlan.
Entah apa yang di lakukan si bodoh satu ini. Bukanya mengeluarkan sebuah kata maaf malah tambah memperkeruh suasana.
Meta menatap cengo, sambil melihat sekitar.
Apa nyawanya belum terkumpul?
"Aku tidak ileran kok" bantah Meta sambil cepat cepat mengelap sudut bibirnya.
"Ck, dasar."
Erlan berdecak sebal, tatapnya kembali lirih di depan.
Dua orang di sofa yang sama, dengan jalan pikiran masing masing. Sunyi menyelimuti kedua orang itu.
"Kenapa papa bisa semarah itu?" Meta bertanya tiba-tiba tanpa menatap Erlan di sampingnya.
Erlan menengok untuk memastikan apa yang di maksud dengan gadis kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wft! Papa?! |END
Teen Fiction[TERBIT] "Bagaimana bisa pria iblis itu mengadopsi seorang putri?!" Begitulah Dunia mengatakan tentang keputusan gila seorang pria yang sangat berpengaruh didunia. Erlangga Saputra Dirgantara seorang pria kaya dan tampan tetapi memiliki sifat yang s...