Tidak datang ya?

26K 5.2K 1K
                                        


Tolong baca ini dengan mendengar musik itu, hehe~

●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●

Waktu untuk jalan jalan sudah selesai, semua anak anak dan wali murid sudah bersiap di bus nya masing masing. Tapi Meta masih menunggu dipinggir jalan, dia menunggu sosok yang sudah membuat janji dengan nya, dia akan menjemput nya tapi bahkan keberadaan batang hidungnya saja tidak tampak sampai sekarang.

"Meta, apa kau akan ikut ibu naik Bus?"

Meta menatap gurunya, dia terlihat agak ragu.

"Apa papamu sudah datang?" Tanyanya lagi.

Meta tidak bisa berbohong, tapi kali dia merasa harus melakukan nya. Dia sudah berjanji akan menunggu, dan Erlan sudah berjanji akan menjemput. Orang seperti Erlan bukan manusia yang mudah mengingkar janji kan? Meta percaya itu.

Meta menelan ludah,
"Bu, papa saya ada di kamar mandi. Sebentar lagi dia datang."

"Sungguh? Apa dia akan datang?"

"Iya! Dia pasti datang Bu!" Ujar Meta tegas.

Wanita itu menatap sekitar, sebelum pria didalam bus memanggilnya untuk cepat bergegas.

"Papa sungguh sudah datang kan?" Tanya ibu itu pasti.

Meta menggigit bibirnya, menatap mata gurunya pasti.
"Iya Bu! Papa ku udah datang. Ibu tenang ajaa!" Ujarnya semangat.

Wanita muda mulai menatap Meta agak ragu, dia nya merasa agak tidak percaya tapi tatapan Meta cukup tegas untuk menjelaskan semuanya.

"Baiklah kalau begitu, ibu akan duluan ya~ Kau hati-hati dengan papa mu"

Meta tersenyum manis lalu mengangguk pasti, wanita mulai itu melangkah meninggalkan Meta disana. Bus yang membawa mereka mulai pergi satu persatu, Meta melihat tanpa ada rasa menyesal sedikitpun karena sudah memilih untuk tinggal.

Erlangga sosok yang sangat bisa di percaya bukan? Bahkan ketika dia bilang bahwa dia tidak bisa datang semalam, buktinya paginya dia sudah menunggu gadis kecilnya, bukankah itu bisa menjelaskan semuanya?

Menit demi menit mulai terlewat, Meta masih menunggu di pinggir jalan hingga tanpa sadar dia sudah menunggu selama setengah jam, tapi mobil atau apapun yang berkaitan dengan Erlangga belum terlihat sama sekali.

Meta tidak berputus asa, pikirannya terlalu positif disaat seperti ini. Dia terus menyakinkan dirinya bahwa Erlangga hanya terlambat menjemput, iya hanya terlambat.

Waktu mulai berjalan lebih cepat lagi, Meta yang sudah berjongkok lelah menekuk bibirnya sebal.

"Apa dia benar benar tidak datang?!"

Meta mulai menggerutu, tapi gadis kecil itu tetap tidak menyesal sudah meninggalkan kesempatan untuk ikut bersama bus sekolah nya tadi. Meta memang sosok yang cukup keras kepala, atau.., sosok yang terlalu percaya?

Gadis kecil itu akhirnya memilih untuk berdiri lagi. Melihat sekitar yang sepi, Meta memutuskan untuk berjalan kaki sejenak, mungkin ketika ia berjalan dia akan berpapasan dengan Erlan batinnya.

Meta mulai berjalan sendirian di trotoar, tidak terlalu buruk karena dia sudah biasa berjalan sendirian seperti ini dulu. Bahkan ketika seharusnya anak seusianya menangis ditinggal seperti ini, Meta malah terlihat cukup riang gembira berjalan sendirian sambil menyapa semut sesekali. Dia terlihat baik baik saja berjalan pelan sambil menikmati pemandangan perbukitan yang indah, sampai tiba tiba langit mulai berwarna abu abu, udara hangat yang dia rasakan tadi mulai berganti dengan angin dingin yang berhembus menyentuh kulitnya.

Wft! Papa?!  |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang