Suara bel sekolah tanda istirahat berbunyi. Para siswa itu berlari keluar dari kelasnya. Ada beberapa yang bersenda gurau sambil menjaili satu sama lain.Tapi beberapa siswa juga memilih untuk pergi ke perpustakaan sekolah ketimbang pergi ke kantin atau bermain di lapangan. Entah itu karena ada keperluan atau bahkan hanya untuk membaca saja.
Dan Meta masuk kedalam siswa yang memilih ke perpustakan hanya untuk membaca dan tidak ada keperluan lain.
Lebih dari seminggu gadis kecil itu sekolah disana. Dia sama seperti siswa pada umumnya. Ia tidak terlalu mencolok, mungkin karna Meta jarang bicara.
Sejujurnya ia takut sekali untuk memulai pembicaran dengan teman teman sekelasnya. Sehingga sampai sekarang ia belum mempunyai seorang pun teman yang bisa ia ajak mengobrol.
Karna itulah ia memilih perpustakaan untuk tempatnya sendirian. Lagipula seperti yang pernah ia katakan bahwa ia ingin sekali membaca sepuasnya. Dan benar saja, disini Meta bisa membaca semau dia, tidak ada yang mengusirnya atau melarangnya.
Meta sudah memutuskan perpustakaan sebagai tempat yang paling cocok untuknya disini.
Kali ini ia memilih buku yang sama beratnya dengan kemarin, buku yang berjudul Buku Astronomi dan ruang angkasa.
Memang terlihat tidak normal untuk anak yang baru masuk sekolah dasar membaca buku seberat itu. Tapi untuk Meta berbeda, ia sangat menyukai buku seperti itu. Mungkin karna buku pertama yang ia baca adalah buku tentang gravitasi jadi buku buku berat lainya bukanlah masalah besar bagi Meta.
Ia mulai membacanya dengan serius, mengamati setiap hal penting yang menurut ia harus di hafal. Beberapa kali Meta mengangguk nganguk sendiri sambil memegang dagunya, ouhhh~ bagini rupanya.
Ia berfikir harus lebih lebih pintar dari ia yang dulu, karna hanya kepintarannya saja yang menurutnya bisa ia banggakan dari dirinya.
Meta benar benar bekerja keras untuk mendapatkan nomer satu disekolah. Ia ingin seseorang bangga dengannya, siapa lagi kalau bukan kelurga barunya.
Meta masih terus membaca buku, bahkan ratusan lembar itu sekarang hampir habis.
"Hey!"
Meta menatap kaget seseorang yang menyapanya dengan suaranya yag agak keras, bahkan mereka berdua sempat menjadi sorotan sesaat.
"Ka-kau bicara dengan ku?"Tanya Meta ragu ragu.
Gadis kecil dengan kuncir kuda itu memutar bola matanya malas.
"Apa aku seperti sedang bicara dengan komodo dari papua?""Eee, tidak. Tapi.."Ucap Meta agak tertekan. "Komodo bukan dari Papua"Lanjut meta ragu ragu.
Gadis berkuncir kuda itu tertegun bingung.
"O-oh ya? Lu-lupakan saja kalau begitu" jawabnya agak tidak mau tau.
Meta tertawa kecil, ia tau ini perpustakan dengan peringanan yang bertulis besar "Dilarang berisik!"
Meta memberentikan tawanya, suasanya menjadi canggung mau tidak mau Meta kembali membaca. Ia berpura pura tidak melihat gadis kecil itu.
Gadis kecil itu duduk tepat didepan Meta.
"Hey, sudah seminggu kau disekolah ini tapi kenapa kau hanya terus terusan membaca disini?" Tanya gadis itu terus terang.
Meta menatap menatapnya, apa yang harus ia jawab?
"Emmm, aku.. aku cuman.." bingung Meta.
"cuman ingin saja"lanjutnya cepat.
Gadis kecil itu menatap Meta tidak percaya, ia meyangahkan kapalanya dengan tangannya lalu menatap Meta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wft! Papa?! |END
Ficção Adolescente[TERBIT] "Bagaimana bisa pria iblis itu mengadopsi seorang putri?!" Begitulah Dunia mengatakan tentang keputusan gila seorang pria yang sangat berpengaruh didunia. Erlangga Saputra Dirgantara seorang pria kaya dan tampan tetapi memiliki sifat yang s...