Rintikan hujan dibalik jendela kamar, membuat seorang gadis kecil terbangun karna hawa dingin yang menusuk kulitnya sebab selimut yang menyikap.Ya, dia Meta.
Ia sadar bahwa semalam seseorang menggendongnya kedalam kamar ini. Semalam saat kejar kejaran tidak jelas ia kelelahan dan kalah dengan kantuk yang menyerang. Meta juga sadar bahwa Seseorang paling angkuh yang pernah ia temui adalah seseorang yang menggendongnya hingga kemari. Seseorang yang sifatnya sama dengan semua orang yang memperlakukan Meta di kotanya dulu. Tapi masalahnya perasaannya mengkatakan bahwa pria angkuh itu adalah pria yang paling peduli tentangnya.
Sekarang Meta memperatikan sekitarnya. Melisa belum datang--Ini terlalu pagi. Meta berjalan kejendela besar di kamar itu.
Ia Menyentuh kaca yang terasa sangat dingin karna hawa diluar yang sama dinginya. Meta membuka jendelanya, menadahkan tanganya untuk merasakan rintikan hujan pagi ini lalu ia menghirup dalam udara pagi yang dingin sekaligus segar dalam satu paket.
Menenangkan.
Sungguh, sejak dulu waktu yang Meta paling sukai adalah waktu dipagi hari. Waktu dimana udara belum tercemar dengan banyaknya omong kosong para orang tak berhati.
"Hahhh~ Segarnya"
Meta tersenyum kecil, menyanggah dagunya dan kembali melihat ke luar jendela.
"Nona sudah bangun?" Melisa sedikit terkejut saat melihat Meta sudah ada melihat jendela di pagi pagi seperti ini.
"Ah, bibi besar?"
"Ya ampun, nona sudah bangun dari tadi ya?" panik Melisa.
"Tidak, aku baru bangun kok,hehe" Meta beranjak pergi dari jendela menuju kamar mandi.
"Aku akan mandi ya bibi, dada~" Lambai Meta sambil berlari kecil kearah kamar mandi.
"Nona tung--Ahh~ Sudahlah"
•
•
•
Seperti pagi pagi biasanya, seluruh pelayan pagi ini sedang menyiapkan meja makan untuk sarapan pagi ini.
Sekarang semua sudah siap, tinggal menunggu satu sosok manusia lagi yang pagi pagi sudah sibuk dengan telponnya. Siapa lagi kalau bukan tuan Erlan terhormat.
"Bagaimana bisa hilang?! Bodoh sekali kalian! Aku tidak mau tau, intinya semuanya harus selesai hari ini bagaimanapun caranya, mengerti!?" Erlan menutup telpon itu kasar. Pagi ini moodnya benar benar hancur.
Erlan berjalan ke meja makan lalu mengambil alih satu tempat duduk yang biasa ia dudukin, ngomong ngomong sudah dari tadi Meta ada di meja itu. Memainkan sendok dan garpu menjadi alat musik sambil menunggu Erlan selesai dengan telponnya.
Erlan melirik sekitar.
"Kalian pergi lah." Datar Erlan pada semua pelayan yang ada di ruang makan itu.Meta menatap bingung pada semua palayan yang mau tidak mau pergi dari ruang makan itu.
"Loh kenapa semua di suruh pergi paman?"Erlan hanya diam memotong daging tanpa memperdulikan Meta yang bertanya. Meta tak hanya diam aja ia terus memanggil Erlan dan terus bertanya tanpa henti.
"Paman paman paman~"
"Hais! Berisik!" Sebal Erlan.
Makan saja tidak tenang.
"Hehehe, itu loh kenapa suruh keluar kan biasanya juga di sini nungguin paman"
"Suka suka lah" Jutek Erlan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wft! Papa?! |END
Dla nastolatków[TERBIT] "Bagaimana bisa pria iblis itu mengadopsi seorang putri?!" Begitulah Dunia mengatakan tentang keputusan gila seorang pria yang sangat berpengaruh didunia. Erlangga Saputra Dirgantara seorang pria kaya dan tampan tetapi memiliki sifat yang s...