Kejutan~

39.7K 5.9K 984
                                        

●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●ᴥ●●ᴥ●●ᴥ●

Melepas jas nya, melinting lengan bajunya hingga siku, meminum segelas wine sambil menikmati semilir malam.

Hal yang jarang Erlan lakukan, ia menikmati malam nya sendirian.

Angin angin itu mengingatnya pada dirinya saat remaja, saat dimana semua hal tidak baik datang padanya.

"Apa yang kau lalukan kakek! Kau mengusir semua teman teman ku?!"

Pria itu hanya melirik.
"Jika kau berfikir begitu.., ya begitulah kira kira"

"Apa kau gila?! Hari ini aku sedang merayakan ulangtahun ku kakekk!"

"Tapi bukankah aku sudah bilang pada mu kemarin, bahwa kita akan mengikuti rapat saham perusahan hari ini, dan kau seharusnya mempelajari dokumen yang kuberi semalam.., bukan malah berfoya foya seperti ini"

"Do-dokumen kau bilang? Apa kau pikir aku bisa mempelajari 600 lebih halaman dalam dokumen itu selama semalam hah?!" Suara anak muda itu terdengar bergetar.

Pria dewasa itu menatap anak muda dengan wajah tegas.
"Kenapa tidak? Memang seharusnya begitu"

Anak muda itu tertawa hambar.
"Dasar gila, lalu apa yang sebenarnya kau inginkan? Tidak bisakah kau membiarkan aku menikmati hidup ku sedikit saja kakek! Aku hanya mengundang teman teman lama ku untuk membuat pesta kecil disini, apa itu sala-?!"

"Salah! Itu salah Erlangga. Kau membuang waktu mu untuk hal yang tidak berguna. Jadilah dewasa! Kau ditakdirkan bukan untuk menjadi orang biasa, kau.adalah.monster.Dirgandara."

"Kau tidak memerlukan orang orang itu untuk berkuasa, tidak perlu mempercayai banyak orang dalam kehidupanmu.., itu jika kau tidak ingin menjadi seperti ayahmu!"

Anak muda itu terbelangak, menatap kaget pada sosok Yanga dan di depannya.
"Kakek! Apa yang kau katakan!! Ayah ku tidak pernah ingin dibunuh oleh sahabat nya sendiri, itu bukan salah nya! Kau tidak pantas bicara begitu pada nya!"

"Kenapa? Memang itu yang terjadi, aku sudah bilang berapa kali pada nya untuk tidak terlalu baik pada orang lain. Cih, anak itu memang keras kepala, sekarang dia mati di tangan sahabatnya sendiri"

Anak muda itu sudah tidak bisa membendung kekesalannya lagi, air matanya jatuh terisak, ia ingin membela tapi memang itu kenyataannya.

"Aku akan hidup dengan diriku sendiri"

Erlan mengucap itu tanpa sadar, mengigat saat dimana ia memutuskan untuk berjanji pada dirinya sendiri akan menjadi sosok yang akan kembali membawa nama ayahnya di keluarga besarnya, mempertahankan nama Perusahan yang hampir hancur oleh sahabat ayahnya bagaimanapun caranya, bahkan sekalipun itu harus menghilangkan rasa Perasaan dalam dirinya.

Wft! Papa?!  |ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang