"SIALAN! APA SAJA YANG KALIAN KERJAKAN!"Sebuah lemparan gelas tepat mengenai layar LCD di Ruangan meeting itu. Deru napas kasar terdengar jelas diantara ketakutannya para karyawan disana.
Erlan, pria itu sangat marah.
Ia pergi meninggalkan ruangan itu dengan emosi yang masih menyala nyala. Bahkan rahang dan tangannya saja sudah mengeras dengan dipenuhi urat hijau keemosian.
Erlan masuk kedalam ruangannya. Bersender ke kursi nya dengan sesekali membuang napas panjang.
Ia sangat marah bukan tanpa sebab. Meeting yang diadakan kali ini benar benar membuat Erlan harus menahan kekesalannya hingga semuanya meluap begitu saja. Meeting ini tentang beberapa produk baru yang akan siap di luncurkan, tapi dengan tidak bertanggung menjawab nya mereka membatalkannya dengan alasan salah satu dokumen penting untuk peluncuran hilang entah kemana.
Sebenarnya mood Erlan sudah hilang sedari pagi tadi. Dengan ibunya yang sudah memutuskan untuk pulang kemarin lalu disusul dengan sebuah telfon dari seseorang yang paling Erlan tidak inginkan.
Kakek tua calling...
Dari semua kontak yang Erlan miliki di handphone nya. Nomer inilah yang paling malas ia lihat keberadaan nya. Tapi nomer ini juga yang tidak bisa ia hilangkan dari matanya.
"Tidak perlu berbelit belit. Datang dan jelaskan pada ku apa yang terjadi. Jangan menjadi pemuda sampah yang pengecut. Datang dan temui aku besok Erlan."
Pria diujung sana bicara dengan suara yang tidak kalah dinginnya dengan Erlan. Tanpa salam atau sapaan bahkan tanpa sempat Erlan menjawab, telpon itu sudah diputuskan dari satu pihak.
Erlan kembali menghela napas panjang. Ia membenci ini semua. Terutama pria tua yang menelepon nya.
Sebuah ketukan pintu terdengar dari luar.
"Tuan, ini es kopi untuk anda. Mungkin Ini bisa mendinginkan kepala anda sekarang" ucap Miky masuk, memberikan segelas kopi yang dimaksud.
Erlan tidak menjawab, ia menatap kopi itu beberapa saat lalu meminumnya dalam satu tegukan.
"Jam berapa ini Miky? Apa Meta sudah pulang?" Tanya Erlan tiba tiba.
Miky awalnya agak kaget dengan pertanyaan tiba tiba Erlan. Tapi dengan senyuman ia mengatakan bahwa Meta belum pulang jam segini.
"Kalau begitu aku akan menjemput nya sekarang. Sendirian."
Erlan langsung pergi. Ia akan mengendari mobil nya sendiri. Mencoba untuk menghilangkan emosinya dengan melihat wajah gadis kecilnya itu.
•
•
•
Huft.. Apa cecunguk itu tidak bisa berjalan dengan benar?! Kenapa ia terus berlari dengan kaki se kecil itu sih. Bagaimana kalau..
Kalau jatuh?
"Pahaaa~ Papa!" Meta tersenyum lebar, menyapa dengan napas yang masih belum terkontrol.
Erlan melihatnya datar lalu beberapa saat menghela napas.
"Kemari" kata Erlan sambil berjalan masuk kedalam mobil.
Meta masuk kedalam mobil Pajero hitam yang biasa dibilang, mobil kesayangan Erlan. Tapi tenang saja kali ini ia sudah bisa caranya masuk dan keluar dari benda besar berjalan itu, bahkan ia juga sudah bisa caranya memasang sabuk pengamanan dengan baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wft! Papa?! |END
Teen Fiction[TERBIT] "Bagaimana bisa pria iblis itu mengadopsi seorang putri?!" Begitulah Dunia mengatakan tentang keputusan gila seorang pria yang sangat berpengaruh didunia. Erlangga Saputra Dirgantara seorang pria kaya dan tampan tetapi memiliki sifat yang s...