78

99 10 2
                                    

19 Jan 2021

Gak habis pikir sama akun atau cerita yg baru netees bisa 900 lebih pembaca.
Profil sama sekali gak menarik kek profil gw tpi blm ada sebulan udh hampir 1k pembaca. Gw udh hampir setahun Tpi pembaca masih 4k an.

Astaghfirullah.. gw pengen unpublish aja dri pada keliatan gak guna. Gw bukan apa ya... TPI gw udh bikin akun gw atau cerita gw semenarik mungkin Tpi tetep Gaada hasil. KLO gini bikin gw sakit hati, beneran dah. Gw ngerasa wattpad pilih kasih gitu..

Di lain aplikasi, cerita gw blm ada 1 bln tpi udh tembus 1k. Tanpa promosi. Di sini gw promosi sana sini Tpi tetep gada target yg bisa nembus. Itu pake apasih bisa" nya story gampang nembus.

Dahlah.. gak guna ngomong kek gini. Gw bakal berhenti jdi author di WP KLO tetep Gaada perubahan. Pen nangis gw:")

-

Ji-hyun duduk di atas kursi. Ia menghadap ke laptop silver yang ada di atas meja nya. Cuaca yang dingin membuatnya harus memakai pakaian tebal di dalam ruangan. Mata nya melirik ke jam yang ada di tembok. Pukul sebelas siang. Sudah lebih dari tiga jam ia duduk di kursi itu.

Mata nya sudah lelah ia berdiri seraya melepaskan kacamata kerja nya dan meletakkan kacamata itu di atas meja. Ia berjalan ke cermin lalu memandang wajah nya. Wajah nya keriput karena terlalu kering melawan suhu cuaca yang dingin. Ia mengambil salah satu wadah berwarna putih yang ada dan tertata rapi di bawah cermin.

Membuka dan mengoleskan krim itu ke wajah ayu nya. Tak perlu menunggu lama krim itu menyerap dan membuat wajah Ji-hyun kembali normal. Ia beralih memandang mata nya. Mata yang mirip seseorang.

Ceklek..

Pintu terbuka, seorang remaja berambut hitam membuka pintu itu. "Ada seseorang yang bertamu." Ucapnya. "Siapa?" Tanya Ji-hyun dengan berbalik dan memandang wajah sang anak. "I don't know. But, he wants to meet you and Daehyun." "Daehyun sudah menemuinya?" "No. Can you take he? I'll make a drink. "

"Course." Jawab Ji-hyun dengan menaikan kedua bahu nya. "He in Living room." Ucap nya lalu menutup pintu. Ji-hyun menghembuskan nafas berat lalu memejamkan mata nya. "She turned cold again.." gumam nya seraya memijit pelipisnya.

Tangan nya mengambil pita rambut lalu mengikat rambut nya dengan gaya kuda. Ia berjalan dan melewati meja kerja nya. Tangan nya Mengambil ponsel tanpa memberhentikan langkah.

-

Style Ji-hyun kira" gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Style Ji-hyun kira" gini. Tapi pake celana Jogger.

-

Ji-hyun mengetuk sebuah pintu yang sedikit terbuka. Mata nya mengintip ke dalam kamar itu. Seorang lelaki yang sedang menonton film di kamar di dampingi oleh Snack ringan disisinya. "Ada apa oemma?" Tanya lelaki itu dengan menoleh ke Ji-hyun. "There is someone who wants to meet us" "siapa?" "Oemma tidak tahu. Ayo pergi." Daehyun mengangguk lalu berdiri. Meninggalkan tv yang masih menayangkan film favorit nya.

+

Langkah kaki yang beriringan. Jeon Jihyun dan Kim Daehyun berjalan ke ruang keluarga atau ruang tengah. Ruang yang biasanya dipakai untuk berkumpul. Untuk kali ini sedikit berbeda karena tamu tidak pernah memasuki ruang itu.

Daehyun membuka pintu dengan sedikit mengintip. Matanya membulat dan tubuh nya mematung saat seorang lelaki tengah berdiri berhadapan dengan dinding. Memperhatikan beberapa senjata api yang tertempel dan tertata rapi di dinding.

"What?" Tanya Ji-hyun dengan membuka pintu. Tubuhnya  ikut mematung. Jaehyun, Jung Jaehyun yang berdiri di depan dinding berwarna broken white yang dipenuhi senjata. Ia berbalik saat dua bayangan orang terlihat di lantai. Bibirnya tersenyum lebar sampai-sampai matanya menyipit.

"Long time no see.." gumam Daehyun dengan membuka tangan nya. Daehyun tersenyum lalu berjalan ke Jaehyun dan memeluk Jaehyun dengan erat. "Kau semakin tinggi, bung." Ucap Jaehyun dengan menggosok rambut Daehyun.

Daehyun melepaskan pelukan nya lalu tersenyum hangat. "Wajah Anda memiliki kerutan, pak tua." Gurau Daeehyun. Jaehyun terkekeh lalu mata nya beralih ke Ji-hyun yang sudah duduk di sofa. "Siapa yang membawa mu kemari, tuan?" Tanya Ji-hyun saat menyadari tatapan Jaehyun mengarah kepada nya.

"Aku. Aku yang mengajak nya." Sahut saera yang sedang memasuki ruang itu. Kedua tangan nya memegang nampan yang membawa teh hangat. Ia meletakkan nampan itu di meja lalu memandang Ji-hyun. "Kenapa?" Tanya Ji-hyun dengan memiringkan kepalanya. "Jika aku tahu, Daehyun harus tahu." Jawab saera dengan nada datar.

"Masalah semalam? Daehyun sudah tahu lebih dahulu." Ji-hyun menggenggam tangan kiri nya. Entah kenapa jantung nya berdetak lebih kencang dan tak karuan. Seperti sesuatu akan terjadi sebentar lagi. "Bagaimana bisa?" "Ah.. aku melihat dari masa lalu oemma dan beberapa mimpi yang aku gabung kan."

"Kenapa kau tak berbicara tentang ini padaku?" "Aku takut jika kau akan melakukan sesuatu yang nekat.. dan benar saja. Kau membawa tuan Jung kemari. Bukan masalah aku tak suka atau tak senang karena appa kemari, tapi.. um.. aku tak bisa menjelaskan nya dan tak ingin." Jelas Daehyun.

Saera tak merasa marah atau sedih yang seharusnya dirasa kan oleh orang saat seseorang berada di posisi saera. Saera memahami itu karena Daehyun memang memiliki kelebihan yang tak semua orang punya. Meski kelebihan itu adalah kekurangan Daehyun juga, tapi itu tak membuat Daehyun berusaha menyingkirkan kekurangan atau kelebihan itu, toh sesuatu itu jarang terjadi.

Daehyun tersenyum lalu memeluk tubuh saera dari belakang. -skip dah. Gak tau mau ngetik apaan.

-

Setelah berbincang-bincang banyak hal, Jaehyun semakin memahami bagaimana kedua anaknya. Meski Ji-hyun masih terdiam dan tak banyak bicara ia tetap menikmati obrolan itu.

"Daehyun, saera bisa kalian pergi? Ada beberapa hal yang ingin appa bicarakan dengan oemma kalian" ucap Jaehyun. Daehyun dan saera yang paham langsung mengangguk dan pergi.

"Aku tunggu di ruang tamu" ucap saera dengan meloncat ke punggung Daehyun.

Kedua Kim itu telah pergi. Menyisahkan Jaehyun dan Jihyun di sana. Jaehyun berdiri lalu berjalan ke pintu, ia mengunci pintu dan berbalik ke Ji-hyun yang menutup wajahnya dengan kedua tangan nya.

"Ada masalah?" Tanya nya dengan mendekati Ji-hyun. "Nothing. Get out of here." Ucap Ji-hyun dengan berdiri. Ia berjalan ke pintu dengan melewati Jaehyun, tapi langkah nya berhenti tepat di sisi Jaehyun, tangan nya menyentuh bahu jaehyun. "Aku berubah, aku bukan lagi jeon Jihyun yang dulu. Aku tahu apa yang sedang kau fikir kan..

... Dan aku tidak akan melakukan itu. Ketahuilah, hati ku sudah beku, tidak ada perasaan atau hal yang bisa membuat ku kembali seperti dahulu. Sekalipun kau tahu apa saja yang aku sembunyikan, kau tak akan tahu apa yang aku ketahui tentang kebohongan mu dan yang lain...

... berhenti menutupi wajah mu. Semua berakhir saat aku pergi. Semua tak lagi bisa di ulang. Aku harap kau segera pergi dari sini." Ucap Ji-hyun. Ia langsung pergi setelah mengucap itu.

Tangan nya membuka kunci "aku sudah pasrah dengan mu dan dengan keadaan. Jika kau mengambil anak mu, silahkan saja. Taekwon akan tetap bersama ku karena dia bukan anak mu."

Brak...

Jihyun menutup pintu dengan lumayan keras. Jaehyun termenung. Ia menunduk dan memijat dahi nya yang seketika pusing. "Sekuat apapun ia tak akan kembali meski harus mengorbankan nyawa." Gumam nya.

-

Tbc.

Killer Queen [KTH FF18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang