80

59 5 0
                                    

16 mar.

-

Seung woo meletakkan Ji-hyun di kasur. Ji-hyun dalam keadaan tidur setelah meminum banyak alkohol di bar. Dan Seung woo membawa Ji-hyun ke apartemen pribadi milik Ji-hyun.

)

Seung woo keluar dari kamar jihyun. Ia mengambil remote AC dan membuat suhu AC merendah. Ia berjalan ke pintu kaca yang terhubung langsung dengan balkon. duduk di kursi besi dan merasakan hembusan angin malam yang benar-benar dingin karena sedang menyambut musim dingin.

Seung woo mengeluarkan kotak yang berisi batangan rokok dari saku jas kerja nya. Menutupi pucuk rokok saat akan membakar pucuk nya agar tak tertiup angin.

Setelah pucuk rokok itu menjadi merah bara Seung woo meletakkan korek api yang terlihat biasa tapi terbilang mahal hanya untuk benda kecil yang jarang di gunakan.

"Kenapa hidup nya sama sekali tak tenang.. setelah dong min datang lagi Jaehyun. Apa aku harus bertindak tegas agar adik ku tetap ada di sini? Masalah ini benar-benar rumit. Aku ingin sekali turun tangan.. ya tuhan.. " gumam Seung woo.

Seung woo berlarut-larut dengan pikiran dan tenggelam di masalah Ji-hyun. Tak bisa dipungkiri jika ia takut kehilangan Ji-hyun. Ji-hyun adalah adik nya. Setua apapun ia dan Ji-hyun. Ji-hyun tetap bocah kecil yang selalu merepotkan nya.

Banyak masalah yang datang, mungkin menurut orang lain ini masalah yang tak harus di pikirkan. Tapi bagi nya masalah ini benar-benar bisa membuat nya depresi.

+

Jam tangan menunjukan pukul 5 pagi. Tak terasa memikirkan sang adik membuat nya melupakan waktu tidur. Ia berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar Ji-hyun. Melihat sang adik yang masih terlelap dan membuat dengkuran halus keluar dari bibir tipis itu.

Seungwoo membuang muka lalu berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajah. Ia akan pergi dan berangkat untuk berker--

Ting tong...

Suara bel terdengar dari luar hingga ke dalam kamar mandi.

(

Seung woo berjalan santai ke arah pintu. Mulut nya menggerutu karena tamu yang datang tak tahu waktu. Ia memegang gagang pintu lalu menarik pintu itu.

Mata nya lantas melotot saat kepala nya tertempel lubang pistol. "Taehyung?" Ucap nya. Lelaki yang ada dihadapannya itu menarik pistol nya lalu memasukan pistol kesayangannya ke saku. "Hai. Lama tak bertemu, Hyung." "A-ah ya... Ada apa kau kemari?" "Apa ini apartemen mu?"

"U-um... Y-ya.. apartemen pribadi ku." Seung woo berusaha untuk menenangkan pikiran nya agar tak berfikir buruk tentang lelaki di hadapannya. "Benarkah? Aku melihat Ji-hyun masuk di kamar ini." "Tidak.. Ji-hyun tak disini." Taehyung tersenyum lalu kembali mengeluarkan pistol nya. "Ada sesuatu yang harus aku bicarakan dengan Ji-hyun. Pergilah." Usir taehyung dengan nada datar.

Ia masuk ke dalam apartemen lalu mendorong tubuh seungwoo.. ia menutup pintu dan menguncinya. Tak memperdulikan Seung woo yang berteriak dari luar.. ia berjalan ke kamar jihyun.

+

Melihat dengan teliti wajah sang istri. Bulu mata yang panjang dan lentik menambah kesan cantik di wajah polos Ji-hyun. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Jihyun. Melumat bibir Ji-hyun dengan lembut lalu menjauhkan bibir nya dari bibir jihyun.

"Mabuk dan meminum obat penenang agar tak kehilangan kendali." Gumam nya. Ia tahu itu karena aroma mulut Ji-hyun mengeluarkan aroma yang ia kenal. Aroma obat penenang.

-

"Hoawaaamm" lenguh Ji-hyun. Entah kenapa tenggorokan nya tak enak. Seperti ada yang mengganjal, jadi ia berdiri dan mengambil minum.

-+-

Mata nya melirik ke arah jam dinding. Jarum pendek menunjukkan pukul 10 pagi menjelang siang. Ia pergi ke kamar mandi lalu membasuh diri dan bersiap untuk berangkat berkerja seperti biasa.

(/)

Seung woo meminum kopi panas yang ia pesan. Dia berada di kafe sendirian. Tak ada yang menemani. Ia juga tak bermain ponsel. Hanya melihat orang yang berlalu lalang melewati nya dari jendela kaca.

Mata nya melirik ke jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan nya. Jam menunjuk pukul  setengah 5 sore. Dimana jalanan akan semakin ramai karena orang-orang pulang dari pekerjaan mereka dan datang ke rumah untuk ber istirahat.

Seung woo berdiri... Ia akan bersiap untuk pulang, tapi tepat ia akan meninggalkan meja, seseorang memanggil nya. Dia adalah taehyung..

(_)

Taehyung duduk di kursi depan Seung woo. Wajah nya amat ceria seperti biasa. "Jadi.. dari mana kau tau tentang apartemen ku." Tanya Seung woo dengan nada dan mata datar. "Aku mengikuti dirimu. dari bar semalam."

Seung woo menanggapi jawaban taehyung dengan wajah datar. "Lalu? Apa rencana mu selanjutnya?" "Membawa anak-anak ku. Only this." "Aku butuh alasan mu."  "Apa membawa anak ku membutuhkan alasan? Dan apa urusan mu dalam keluarga ku?" "Tidak perlu dan tidak ada. Tapi aku ikut andil dengan Ji-hyun..

.. meski Ji-hyun bukan adik kandung ku, tapi jihyun adalah tanggung jawab ku. Jungkook memberikan aku tanggung jawab. Jika aku berkata A atau B, Ji-hyun akan di arus ku. Semua keluarga jeon sudah mempercayakan Ji-hyun dan cucu-cucu nya pada ku... Aku harus menjadi kakak dan suami untuk Ji-hyun, menjadi paman dan ayah yang baik bagi anak-anak Ji-hyun."

"Kau merasa berkuasa karena hal sepele itu?" "Nope. But, jika Ji-hyun atau anak-anak tergores ranting sekecil apapun. Aku yang bertanggung jawab, aku akan di salah kan hanya karena itu." "Apa keluarga jeon sudah tahu tent-" "ya. Aku membuat kesepakatan dengan mereka." Potong Seung woo.

"Boleh aku tahu tentang kesepakatan itu." "Mereka bebas menemui Ji-hyun dengan satu pihak dan Menanyakan kabar anak atau cucu mereka. " Taehyung memahami jawaban Seung woo. Ia berpikir jika Seung woo membeberkan rahasia yang seharusnya tak ia ketahui.

Ia tersenyum kecil lalu meletakkan kedua tangan nya di meja. "Mari membuat kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak." "Tidak."

-

Tbc

Killer Queen [KTH FF18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang