79

58 5 0
                                    

21 Jan 21

-

Ji-hyun membawa nampan yang berisi makan malam untuk seorang lelaki yang berdiam diri di dalam kamar. Ji-hyun memasuki kamar bernuansa modern itu tanpa mengetuk. Ia menoleh ke Jaehyun yang mengetik di laptop nya sendiri.

"Segeralah makan." Ucap nya dengan mendekati Jaehyun. "Ya, tunggu sebentar, aku akan menyelesaikan ini." Jawab Jaehyun tanpa melirik sedikit pun. Ji-hyun meletakkan nampan nya di meja lalu mendekat ke Jaehyun.

Menyentuh bahu jaehyun dengan lembut lalu memperhatikan layar laptop Jaehyun. "Segera makan. Aku tidak ingin sepulang dari sini kau sakit." Jaehyun mengangguk. Ia menarik tangan Ji-hyun dan akan mencium nya, tapi Ji-hyun menarik tangan nya dengan cepat.

Ia bergerak gusar dan sedikit ragu berdekatan dengan lelaki itu. Ia menjauh dari Jaehyun lalu duduk di kasur. Awal nya Jaehyun kaget, tapi tak lama ia memaklumi Ji-hyun. "A.. um.. bagaimana dengan dia?" Tanya Ji-hyun.

"Hm.. dia? Siapa?" "A-anak ku..." "dia sudah hampir seusia saera. Dan dia cantik." Jawab nya dengan berdiri. "Em... Apa dia masih mengingat ku?" "Sayang nya tidak. Aku selalu mengajarkannya untuk melupakan mu."

Ji-hyun menghela nafas kasar. "Satu tahun sudah Aku meninggalkan nya. Ia tinggal di Korea sendiri." Ucap Jaehyun dengan enteng nya. "Kenapa?!" "Kurasa dia sudah bisa melakukan apapun sendiri. Aku ingin ia mandiri...

-

...aku membuat berita jika aku menghilang. Dan dia sedih. Ah... Aku sangat menyayangi nya. Ia sudah ku anggap anak ku sendiri." "Lalu bagaimana hidup nya?" "Tidak ada yang istimewa.. ah ngomong-ngomong aku akan tetap memberikan nya dana untuk hidup nya. Sampai ia bisa berkerja sendiri." Jaehyun menaiki kasur dan merangkak ke atas tubuh Ji-hyun.

"Y-ya... Jaga batasan mu." "Batasan? Apa itu? Aku tak mengenal kata 'batasan'. Bukan kah aku selalu melakukan ini saat bersama mu?" Ji-hyun menelan ludah nya dengan kasar. "Bruh... remember if you are nothing me. We don't have any relationship"

"Hahaha.. aku memiliki penawaran untuk mu. Jika kau bisa mendorongku untuk pergi. Maka aku akan pergi. Tapi jika tidak aku akan melakukan apapun yang ku mau." "Nope.. aku menolak." "Kalau begitu aku menarik penawaran ku dan aku mengganti nya menjadi tantangan."

"Aku tetap menolak." "Aku tidak peduli. Kau harus menerima itu." Ji-hyun termenung. Ia menatap dalam mata Jaehyun. Jantung nya berdetak lebih cepat setelah sekian lama tak merasakan ini.

~

"Hei." Ucap Jaehyun dengan melambaikan tangan nya. "A-ah.. ada apa." Jawab Ji-hyun seraya membuang wajah.

+

Entah apa yang di bicarakan oleh Jaehyun, Ji-hyun sama sekali tak memperdulikan nya. Ia termenung, memori memori lama kembali terulang di pikiran nya. Ia tak bisa menyadarkan dirinya sendiri.

Tiba saat mata nya tergenang air dan menetes dari pucuk mata membuat nya tersadar. Memori-memori itu memang tak ada yang menyakitinya, tapi karena terulang nya memori itu membuat hati nya tergores cukup dalam.

Ia kembali melirik mata Jaehyun. Nampak wajah Jaehyun yang sedang menunggu jawaban dari seorang yang berada di bawah nya. Tangan yang bertumpu di sisi kepala Ji-hyun menekuk setengah. Membuat wajah nya semakin dekat dengan wajah Jihyun.

"H-hei.." cegah Ji-hyun dengan menutup wajah Jaehyun yang akan menempelkan bibir milik Jaehyun ke bibir nya. Ia ingin sekali menjambak rambut lelaki yang ada di atas nya, tapi ia berusaha untuk tak melakukan kekerasan di ruangan itu.

"Aku menunggu mu." Ucap Jaehyun. Mata mereka saling menatap dengan dalam. Meski mata Jaehyun nampak lesu, tapi pupil nya nampak tajam. "Soooo...?" Tanya nya kembali ke Ji-hyun. "Um...." Gumam Ji-hyun. Tangan nya terangkat dan menempel ke dada jaehyun. Ia nampak siap untuk mendorong tubuh Jaehyun.

Tapi, entah kenapa, tangan nya bergerak tak sesuai yang ia mau. Tangan nya menarik leher Jaehyun dan membuat tubuh Jaehyun jatuh ke pelukan nya.

Hidung Ji-hyun menghirup aroma yang sangat ia kenal sedari dahulu. Aroma yang manis dan menenangkan. Bagai obat penenang yang digunakan sebagai pengharum badan.

"What do you know if I don't like you, but, I don't hate you either." Ucap Ji-hyun seraya tersenyum. Senyum nya sangat hangat, tapi sayang nya Jaehyun tak mampu untuk melihat senyuman langka dari jeon Jihyun.

Pelukan Ji-hyun sangat erat, benar-benar erat dan hampir membuat nafas nya tercekat. "J-jih--" "hm.. aku tak akan menerima mu kembali dan aku tak akan melepaskan mu."

-

Ji-hyun terbangun dari tidurnya di pukul 8 pagi. Mata nya melirik ke kanan dan mengunci seorang lelaki yang tetap mengetik sesuatu di laptop. Entah lelaki itu sudah beristirahat atau tidak.

Ji-hyun berdiri lalu merenggangkan otot nya. Tidak ada bekas atau apapun di tubuh nya. Memang ia tak melakukan apapun saat ia masih sadar. Tapi entah saat ia sudah terlelap.

Ia berjalan ke pintu dan keluar dari ruangan itu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Tepat saat ia keluar dari kamar yang jaehyun, sang anak tengah melewati ruangan itu.

"Kenapa oemma disana?" Tanya nya. "Ah... Oemma menemani appa mu menggarap pekerjaan. Tapi oemma tertidur dan ia menggarap itu sendiri. Jadi bisa kau suruh appa mu beristirahat?" Jawab nya dengan diiringi senyum nya.

"Baiklah.." "ah ya.. mungkin oemma tak akan pulang malam ini. Jadi jangan menunggu oemma." Putri bernama Kim Saera itu mengangguk lalu meninggalkan sang ibu.

-

Pukul delapan malam seorang wanita berusia tiga puluh delapan itu pulang dari tempat ia berkerja. Tak langsung pulang. Wanita itu malam mampir ke sebuah bar langganan untuk menemui seseorang.

Ia duduk tepat di meja bar. Disisi kiri sudah terdapat teman yang selalu ada untuk nya, ia bahkan sudah seperti kakak bagi seorang wanita bernama Jeon Ji-hyun. Teman Ji-hyun adalah seorang lelaki yang berusia tak jauh berbeda dari jeon Jihyun, 39 tahun. (Ong Seung woo)

Disebelah kanan nya terdapat lelaki yang sama sekali tak ia kenal.

(+)

"Dia di rumah ku." Ucap Ji-hyun dengan nada datar. Ia menghabiskan alkohol nya hanya dengan sekali teguk.

-

Tbc

21 Jan - 13 mar. Mantap sebulan

Killer Queen [KTH FF18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang