82

47 6 0
                                    

26 mar 21

-

Ji-hyun kembali terbangun saat telepon berdering dengan keras. Ia mengacak-acak rambutnya lalu membuka selimut. Berjlan ke meja panjang yang menghadap ke kasur. Ia mengambil ponsel hitam di atas meja itu.

"APA KAU TAK MEMILIKI PEKERJAAN? KAU MENELPON KU LEBIH DARI DUA PULUH KALI SIALAN." teriak Ji-hyun kepada seseorang yang ada di sebrang sana. "Aku kira kau sudah bangun." "Bius mu berlebihan, bodoh." "Ah.. benarkah? Mungkin aku akan menggunakan yang lebih rendah."

"Shttt.. jadi apa yang kau mau?" "Hanya ingin kau tetap di kamar. Tanpa berusaha ke luar." "Kenapa? Apa ada jalang mu disana?" "Tidak. Hanya beberapa orang, penjaga, art dan Belle." "Kenapa? Aku butuh alasan." "Tidak ada alasan. Aku tidak memaksa mu untuk tinggal di ruangan itu. Kau bisa keluar, pintu kamar tak aku kunci." "Kenapa pintu kamar tak di kunci? Bukan kah kau--"

"Sudah aku bilang, aku tidak memaksa mu untuk tinggal. Kau bebas keluar." "Ya, saat aku keluar penjaga mu akan menangkap ku." "Tidak. Cobalah keluar, kau akan melihat anak buah ku sedang bermain kartu." "Lalu?" "Mungkin kau hanya dilirik saat melewati mereka. Ah, jika kau ingin kabur, aku sudah menyiapkan mobil dan motor."

"What?" "Kau bisa melakukan itu." "Ada sesuatu yang tidak beres." "Hhahahah. Berpikirlah." Ji-hyun mematikan telpon nya. Ia meletakkan kembali ponsel itu. Baru saja saat ia akan kembali ke ranjang. Orang itu kembali telfon. Dengan terpaksa ia kembali menerima itu.

"Sudah kau coba untuk membuka pintu?" "Tidak. Aku yakin ada sesuatu." "Kau benar." "Hm... Aku tidak peduli. Sekarang bagaimana aku makan? Aku lapar." "Kau menghadap arah mana?" "Timur." "Menoleh lah ke selatan. Ada teko listrik disana." "Ya, lalu?" "Buka lemari yang dibawah televisi." Ji-hyun mengangguk lalu membuka lemari itu.

Mata nya melotot saat banyak makanan tersedia disana, antara makanan ringan, makanan dan mie instan, kulkas mini yang terisi air, soda, minuman perasa, dan alkohol favorit Ji-hyun. "Daebak." Gumam nya.

"Hey-hey berhenti kagum" Ji-hyun terkekeh kecil. "Hem taehyung. Ada sesuatu yang kurang." "Apa? Telpon untuk menelpon orang lain? Tidak, aku tidak memberikan jaringan di sana. Hanya aku dan Belle yang bisa kau hubungi. Selebihnya tidak." "Aku sudah mengira itu. Tapi aku akan bosan jik--" "tv itu sudah penuh dengan kartun kesukaan mu. Ada jaringan jika kau ingin menonton sesuatu di televisi."

"Benar-benar hebat." "Apa kau sudah tak mampu membeli seperti ini?" "Aku mampu. Tapi aku tidak ada waktu untuk bermalas-malasan. Bahkan untuk mengurus anak-anak ku aku hampir tak memiliki waktu." "Benarkah? Kasian sekali anak-anak ku. Kau tidak bisa menjadi ibu yang baik ternyata."

"Hm ya... Aku tak bisa menjadi ibu yang baik. Tapi kau tahu? Aku mendidik anak-anak ku menjadi seseorang yang tangguh dan tidak berengsek like you."

-

Taehyung terkekeh, mata nya melirik ke arah pintu yang baru saja terbuka. Seorang wanita masuk dengan anggun nya. "Aku sudahi ini. Jika kau ingin berbincang, telpon Belle." Ucap nya. Ji-hyun tak menjawab tapi mematikan telpon nya.

"Kau sedang apa?" "Sedang menelpon." Jawab nya dengan melempar ponsel milik nya ke sofa. Ia mendekati wanita itu dan mengambil kertas yang ada di tangan wanita itu.

"Hm... apa kau tak merindukan Anak-anak mu?" "Tentu. Bagaimana kabar mereka." "Mereka baik-baik saja. Ah, anak mu yang terakhir memaksa ku untuk membawa mu pulang. Dia ingin menyombong kan hasil Exam nya." Taehyung terkekeh lalu berkata.

"Aku akan segera menemui mereka. Untuk beberapa hari kedepan aku sedang sibuk. Ada seseorang yang harus aku urus." "Kenapa tidak sekarang atau besok? Kau lebih menyayangi orang itu daripada anak-anak mu?" Taehyung kembali terkekeh untuk menjawab pertanyaan wanita tersebut.

-

3 hari sudah Ji-hyun berada di kamar. Ia tak mencoba membuka pintu. Hanya memakan jajanan dan makanan yang sudah disiapkan taehyung. Ji-hyun membuka jendela nya. Ia menarik nafas dalam-dalam langit biru ke oranye an terlihat sangat indah dari jendela kamar yang sedari tadi tertutup.

"Kau menikmati pemandangan itu?" Tanya seseorang yang baru saja datang tanpa membuat suara. "Hm.. ya. Kenapa kau datang? Kau bosan?" Tanya Ji-hyun dengan berbalik. Ia bersandar di besi yang memisahkan jendela kanan dan kiri.

"Ya. Taehyung melimpahkan semua pekerjaan nya pada ku." "Tumben sekali." "Dia bilang jika ia ingin menemui anak-anak nya." Mata Ji-hyun melotot. "Apa?" Wanita berpostur tinggi itu tak menjawab pertanyaan Ji-hyun. Ia menutup mulut nya dengan kedua tangan. "M-maaf, aku- aku harus pergi." Pamit nya. "Belle. Jelas kan padaku." Sergah Ji-hyun dengan mengikuti langkah Belle.

Tepat kurang satu langkah ia akan melewati pintu. Kaki nya berkerja otomatis dengan berhenti saat sadar jika tubuh nya tak boleh melewati pintu.

Ia menutup pintu kamar nya lalu mengambil ponsel.

+

Sekian kali Ji-hyun menelpon kontak taehyung. Itu tak membuah kan hasil. Ji-hyun membanting ponsel nya di meja. Kepala nya langsung pusing memikirkan anak-anak. "Apa tidak cukup membuat ku terpenjara disini? Padahal aku sudah menumbalkan diriku sendiri."

-

Pukul 11 malam belum juga membuat seorang jeon Jihyun mengantuk. Kepala nya berpikir keras. Ia berdiri lalu mengambil pisau buah yang benar-benar tidak bisa memotong apapun termasuk benang. Pisau yang memang tidak di asah agar tak dipakai menjadi senjata.

Tapi bagaimana bisa menggunakan pisau tumpul untuk memotong buah? Hanya orang - orang yang terpilih saja yang bisa. Hahahaha.

Ji-hyun mencoba menggores kan pisau itu di nadi nya. Tidak terluka atau mengeluarkan darah. Hanya meninggalkan bekas putih seperti garukan kuku. Ji-hyun tersenyum. Ia mengambil piring dan membalik piring itu. Menggosokan sisi pisau di tatakan piring hingga membuahkan hal yang ia mau.

-

Guys, I know this bcs i watching 5 minute craft (>_<)

-

Ji-hyun berhasil mengasah pisau itu. Ia mencoba nya di pisang yang benar-benar segar. Satu gerakan tanpa memakai kekuatan membuat pisang itu terbelah. Ji-hyun terkekeh kecil lalu melihat tangan nya yang benar-benar memerah.

Mata nya melirik ke jam dinding, 3.37. ia menghela nafas panjang. Mengambil sebotol cola lalu meminumnya. Setelah itu ia kembali ke ranjang dan tidur.

--

Suara langkah kaki yang terdengar jelas membuat Ji-hyun terbangun. Ritme yang mengeluarkan ketukan antara sepatu dan lantai membuat nya mendengar itu. Ia mencoba menebak seseorang yang berjalan di area ruangan nya. Tidak salah lagi jika orang itu adalah taehyung.

Taehyung membuka pintu dan dihadiahi oleh pisau tajam yang berada tepat di depan nya.

;

Tbc









Killer Queen [KTH FF18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang