63

83 7 0
                                    

29 sep 20

-

jaehyun menempelkan punggung jihyun di dinding, ia memeluk pinggang jihyun dengan sangat erat. mata tajam nya menembus manik mata coklat pekat milik jihyun. jihyun membalas tatapan jaehyun dengan tatapan polos.

"aku mohon" gumam jaehyun. jihyun kembali menggeleng. "Taehyung yang salah, kenapa aku juga yang mendapatkan imbas nya?" "sudahlah, aku sudah memikirkan ini lebih dari dua kali. kemungkinan kecil kita bisa bertemu." kini jaehyun yang menggeleng. "aku tidak ingin berpisah dengan anak ku, lagi."

"aku tidak ingin merubah pikiran ku, aku mohon, kau harus mengerti." "t-tap---" "ini hari ulang tahun dae-hyun dan saera bukan? ayo membeli beberapa hadiah" jaehyun terdiam, ia tak berkutik.jihyun melepaskan pelukan tangan jaehyun lalu menarik jaehyun ke gudang, dimana dae-hyun dan saera tengah menyiksa Hye seo.

jihyun membuka pintu ruangan tersebut, aroma amis menyambut nya. darah yang menggenang, lampu temaram dan ruangan yang lembab membuat hawa diruangan itu menakutkan dan mencengkram. "Daehyun" panggil jihyun. lelaki kecil yang tengah berdiri membelakangi nya langsung berbalik.

ia menatap sang ibu dengan tatapan datar dan mengintimidasi. "oemma akan pergi sebentar, bersih kan tubuh kalian." Daehyun mengangguk kecil lalu kembali berbalik kepada wanita yang bernafas dengan kasar. jihyun memiringkan bibir nya lalu pergi.

-

"apa yang akan kita berikan?" tanya jaehyun seraya menginjak gas. "aku tidak tahu.. nyawa? darah?" "ya! kau sama saja memberi makanan pada pesikopat. mereka masih anak anak, dan mereka tentu tak butuh seperti itu." "lalu apa? mereka telah memiliki semua." "entah lah, aku juga tak tahu, tidak mungkin bukan jika kita hanya membelikan makanan?" "kalau begitu bagaimana jika kita memberikan dae-hyun gitar....

...dan untuk saera, aku bisa memberikan nya pcs game. bagaimana?" "apa itu tida terbalik? saera menyukai game dan Daehyun menyukai gitar?" "ya, dae-hyun sangat menyukai salah satu musisi Amerika bagian gitar. dan saera sangat menyukai beberapa game." "tapi apa cukup waktu kita?" "tidak, aku akan membelikan nya beberapa hari setelah aku pindah"

-

suara tabrakan antara bola cue ball dan bola lain terdengar jelas di telinga perempuan yang tengah menyedot sebatang rokok. bola mata nya mengikuti langkah Cue ball. bibir nya tersenyum saat bola putih itu berhasil menabrak bola hijau dan membuat bola hijau masuk ke lubang hitam.

ia kembali menunduk lalu mengarahkan ujung Cue stick pada bola putih yang ada tepat di hadapan ujung itu. tangan kanan nya mundur dan memberi ancang-ancang untuk segera menyodok bola putih itu.

lagi lagi, tepat sasaran, bibir nya kembali mencetak senyuman. mata nya melirik ke gelas yang berisi setengah alkohol berwarna emas transparan. ia mengambil itu dan meminumnya hingga habis.telinga nya dipenuhi oleh teriakan orang orang bodoh yang tengah menonton pertandingan bola.

ia meletakkan Cue stick pada tempat nya kembali lalu mengambil tas yang ia letak kan pada kursi kosong di belakang nya. ia berjalan dengan santai sesekali melirik para penjaga bar yang menyapa nya.

tangan kanan nya merogoh kantong jas biru Dongker nya dan mengeluarkan ponsel hitam. jempol nya mengetik nama di ponsel miliknya, menempelkan ponsel nya pada telinga lalu berbicara dengan orang di seberang sana. kembali memasuk kan ponsel nya pada kantong jas nya lalu mempercepat langkahnya.

berjalan ke arah jalan raya yang sudah sangat ramai, ini sudah hampir malam, beberapa orang ingin menikmati dunia saat malam, dan membuat jalan semakin ramai. kembali lagi ke wanita berambut cokelat pendek itu, ia langsung membuka pintu mobil yang tengah terparkir di sisi jalan.

ia menutup kembali pintu mobil lalu menyedot sedikit batang rokok nya lalu membuang nya. ia menoleh ke lelaki yang tengah fokus pada jalanan. "kita langsung ke bandara, satu jam lagi pesawat ku akan terbang" "baiklah..." wanita itu mengangguk kecil lalu mengambil kembali ponsel nya.

ia mengetik beberapa pesan pada asisten baru nya,

-

ban yang melaju dengan kecepatan santai itu berhenti dengan teratur di parkiran. jihyun mengambil beberapa barang yang telah dibawa oleh lelaki disampingnya. "apa aku bisa bertemu dengan mu lagi?" "hm" "kenapa kau meninggalkan Korea jika kau bisa menceraikan Taehyung?" "perceraian bukan suatu hal yang mudah, Taehyung malah akan mencari tahu tentang ku, dan kemungkinan besar semua tentang anak mu terkuak."

"tapi kenapa baru sekarang kau berpikir untuk meninggalkan Korea? kenapa tidak kemarin-kemarin sebelum aku kembali kemari" "entahlah, aku selalu mencari cara agar aku dan Taehyung tak bersama, dan baru kali ini aku mendapatkan nya"

"aish.. aku akan mencari mu" "aku harap kita bertemu secepatnya, kau menggendong anak mu, dan lengan kiri mu dipeluk oleh wanita." "tidak, jihyun tidak, aku mencintaimu." "aku juga, tapi kau tak akan bisa bertahan dengan ketidak pastian dan kesendirian." "t-tapi aku.. aku.. aku akan bertahan." "tidak Jung jaehyun, kau akan lelah seiring berjalannya waktu"

jihyun menangkup pipi jaehyun dan mengecup seluruh wajah jaehyun. "aku akan merindukan mu, merindukan bawel mu, dan aku akan menunggu mu datang." jaehyun hanya mengangguk. jihyun melepaskan tangan nya lalu membuka pintu. ia hampir keluar dari mobil, tapi tangan nya ditarik oleh jaehyun.

jaehyun menyerang bibir jihyun dengan lembut, sangat lembut. tangan nya memainkan seluruh tubuh jihyun.

-

"jangan membedakan antara anak ku dan anak Taehyung!" jihyun terkekeh lalu memberi hormat dengan meletakkan telapak tangan nya pada kening nya. "siap, appa!" jaehyun tersenyum lalu menginjak gas nya.

tangan kanan nya meraba leher dimana lehernya masih terasa lembab dan basah. membayangkan kejadian tadi membuatnya berpikir untuk berhenti disini dan kembali ke pelukan jaehyun.

ia menggeleng kan kepala nya lalu berjalan masuk ke bandara menemui anak nya.

-

"aku sangat berterima kasih kepada mu, karna mu pekerjaan ku semakin ringan, dan karena mu juga aku bisa mencapai suatu tujuan yang menurut mu gila" namseok tersenyum lalu mengangguk. "saya akan berusaha untuk bertemu anda lagi, nona" jihyun tersenyum lalu merentangkan kedua tangannya.

"peluk aku sebagai teman mu" "tid---" "ayolah" namseok mengangguk-angguk lalu memeluk jihyun sebagai teman nya. "terimakasih telah membuatku sibuk, terima kasih telah mengajarkan ku banyak hal. terimakasih telah berkerja sama selama sembilan tahun ini. kau telah ku anggap kakak ku sendiri" gumam namseok.

jihyun melepaskan pelukannya lalu tersenyum. "tentu saja, aku juga menganggap mu sebagai keluarga ku sendiri."

-

end!!!

-

Killer Queen [KTH FF18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang