"Gimana keadaannya?" Tanya Tavish begitu dia sampai di ruangan Kennathan. Wajah penuh rasa khawatir dan beberapa tetes keringat yang keluar dari pelipisnya terlihat sangat jelas.
"Shi..t! You scared me!" Umpat Kennathan yang saat itu sedang fokus dengan data pasien. Kennathan menatap Tavish heran. "Apa kamu berlari kesini? Lap dulu keringat mu itu."
Tavish menghapus keringatnya dengan lengan sweater yang dipakainya. Dia masih menatap Kennathan menuntut jawaban.
"Kenapa kesini?" Tatapannya seolah mengejek Tavish.
"Just answer my question." Balas Tavish dengan wajah serius.
"Not for that reason. Aku tahu ada masalah apa antara kamu dan Sierra. Jadi, aku tidak akan kasih info apapun buat kamu Daan." Kennathan kembali fokus ke kertas-kertas yang ada di atas mejanya.
"Ken! I need to know!"
"Seberapa penting rasa khawatir mu buat dia sekarang?"
"..."
"Pertanyaan mudah pun enggak bisa kamu jawab. Kalau begitu aku enggak akan kasih tahu apapun tentang kondisi pasienku." Balas Kennathan dengan santai. Dia tahu Tavish pasti kesal dengan sikap tak pedulinya. Biarkan saja. Toh ini semua salah sepupu bodohnya yang sudah menyakiti hati seorang wanita. Bisa-bisa Tavish bersikap brengsek seperti ini. Hanya Joshua dan Kennathan yang biasanya mendapat label itu. Bukan Tavish. Tapi kenapa kini Tavish malah mengikuti jejak mereka. Huh! Tidak akan dia ijinkan.
"Ini bukan suatu hal yang perlu kamu tahu, Ken. Aku hanya mau memastikan kalau dia baik-baik saja."
"She's fine. Bahkan lebih baik karena pria itu ada di dekatnya saat ini." Ejek Kennathan. Tavish mengeraskan rahangnya. Dia tahu siapa pria yang disebut Kennathan.
"Apa dia masih disana?" Wajah Tavish sudah terlihat merah menahan emosi.
"Ya. Dan akan disana sampai keadaan Sierra lebih baik. Apa kamu mau kesana?"
"Ya."
"Untuk apa? Karena setahu ku kamu sudah menyakiti hatinya. Mungkin saja dia tidak ingin bertemu dengan mu."
"Damn it, Ken! Kamu jangan terus memojokkan ku. Aku tahu apa yang aku lakukan."
"Dan kamu pikir apa yang kamu lakukan sudah benar? Kamu pikir semua tindakan kamu bisa dia terima dengan baik? Dan semua itu tidak akan menyakitinya? Jelaskan padaku, Daan. Karena setahu ku, kamu itu hanya bertindak seperti orang bodoh dan juga pengecut."
Tavish menatap Kennathan dengab wajah datar dan dingin. "Kalau kamu tidak tahu, jangan ikut campur."
"Lighting me then."
"Lupakan. Kamu tidak akan paham."
"Huh! aku paham Daan. Sangat paham. Sejak dulu sampai detik ini aku paham kenapa kamu selalu bersikap dingin dan datar kepada setiap wanita. Itu karena kamu mengidap sister complex, kan?"
Kedua mata Tavish membesar. "Aku sudah sadar akan hal ini sejak lama. Aku pikir semua itu akan hilang saat kamu memiliki kekasih. Dan untungnya Sierra datang dan membuat mu menjadi manusia yang lebih baik dan perasa."
"..."
"Tapi ternyata semua itu masih tidak bisa menghilangkan sifat sister complex mu. Dengan bodohnya kamu malah membuat Sierra menjadi objek yang patut disalahkan. Padahal disini dirimulah yang salah." Ucapan Kennathan menembak tepat sasaran. Selama ini pikirannya selalu mengelak. Tapi ternyata terjadi juga.
"Itu tidak..."
"Apa? Tidak benar? Huh! Kamu pikir kamu bisa membodohi ku Daan. Aku dokter, dan aku tahu semua itu. Dan setiap kali kamu terlalu fokus dan mengekang Anna. Aku sudah tahu ada yang tidak beres dengan otakmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
RomanceA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...