RED 48

9.9K 489 1
                                    

"Woy! Kapan lo balik?" Suara Dino yang sedikit keras dari ujung telpon membuat Tavish yang duduk di sebelah Sierra menatap tidak suka.

Pasalnya, Sierra meminta ijin sejak kemarin kepada Tavish untuk pulang kembali ke Indonesia. Pekerjaannya disana sudah menumpuk. Sedangkan Dino yang menjadi partner nya selalu merasa kualahan karena banyaknya tugas Sierra yang mendadak di limpahkan padanya. Katanya juga, ini salah satu pesan Tavish yang di sampaikan oleh Nasta. Karena kesalahan Dino dalam pekerjaannya kemarin. Tavish memberikannya hukuman untuk mengambil alih tugas Sierra selama dia di Singapura.

Karena pusing dan makin banyak tugas yang diberikan Tavish padanya. Dino ingin sekali mengadu kepada Sierra. Tapi, ponsel wanita itu selalu saja sibuk dan tidak bisa dihubungi.

Sampai akhirnya Dino meneror Sierra lewat pesan yang ditinggalkanya di email. Pesan yang tidak ada isi tapi memiliki judul yang panjang dan semuanya berhuruf kapital.

"Jangan teriak - teriak!" balas Sierra dengan kesal.

"Oy! Harusnya gua yang marah! Lo disana asik liburan. Tugas gua disini gak pernah ada ujungnya."

"Kata siapa gua asik liburan?"

"Ck! Si Nastar bilang sama gua kalau lo disana asik liburan sama bos besar. Terus, Mr. Perfect itu malah kasih gua hukuman buat ambil alih kerjaan lo semua." Jelas Dino dengan nada penuh kekesalan.

Tavish yang tahu namanya disebut menatap Sierra dengan mata memicing. Apa tadi kata pria itu? Bos besar? Mr. Perfect? Huh!

Sierra memberikan senyuman tak bersalahnya. Sudah menjadi kebiasaannya dan Dino mengganti nama Nasta menjadi Nastar dan Tavish menjadi Mr. Perfect jika sedang kesal. Tapi baru kali ini mereka menggosipi bosnya secara langsung di depan orangnya. Memang Dino tidak tahu jika Sierra me-loudspeaker suara telponnya atas perintah Tavish. Dan Sierra pun berjanji jika suatu saat kekesalan Tavish mengarah ke Dino. Dia akan membantu sahabatnya karena sudah membuat sahabat seperjuangannya itu menggali kuburannya sendiri karena ketahuan mengatai sang bos besar.

Biasanya, umpatan kekesalan Dino bisa lebih buruk dari ini jika pekerjaannya selalu salah di mata Tavish. Dino akan bergosip dengan Sierra dan mengumpati Tavish dengan segala macam panggilan aneh.

"Jangan dengerin Nasta. Gua disini juga kerja. Bentar lagi balik." tatapan tajam langsung Tavish berikan mendengar Sierra berbicara seperti itu tanpa ijin darinya.

"Awas kalau lo balik tangan kosong. Bakal gua acak - acak meja kerja lo."

"Iya bawel. Yaudah, gua tutup dulu. Inget! Jangan spam chat email gua lagi!" Setelah selesai mengancam Dino. Sierra langsung memutuskan sambungan telponnya.

Kini, pandangannya sebentar - sebentar menatap ke arah Tavish. Pria itu sedang menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam. Sierra tentu merasa terancam dengan tatapan itu.

"Daan."

"Aku belum mengeluarkan ijin untuk membuat kamu pulang Sierra." Tekan Tavish dengan nada yang sedang menahan amarah.

"Tapi kan aku juga udah cukup lama disini. Aku harus kerja."

"Yang punya kantor aku. Jadi aku yang bolehin kamu untuk bekerja dari sini selama aku disini." tatapan matanya menghunus tajam. Dia benar - benar tidak suka dengan keinginan Sierra yang mau pulang lebih dulu darinya.

"Iya. Tapi aku gak enak sama orang kantor. Kalau kita pulang bareng. Mereka akan gosipin kamu sama aku yang enggak - enggak."

"Biarkan. Aku malah senang kalau mereka tahu kamu kekasih aku."

Tavish memang sejak awal tidak ingin menutup -nutupi hubungannya dengan Sierra. Dia justru ingin semua orang tahu jika Sierra adalah kekasihnya.

"Tapi aku enggak Daan." jawaban Sierra membuat Tavish menatap Sierra tidak suka. "Kamu enggak suka jadi kekasihku, Sierra?"

Sierra menggelengkan kepalanya. "Bukan itu. Aku bukan gak suka jadi pacar kamu. Tapi, aku..."

"Apa? Kamu malu? Iya?" Tavish kembali memotong jawaban Sierra. Dan hal itu membuat Sierra kesal.

"Stop! Aku itu mau bicara! Kamu jangan potong terus!"

^^^

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang