RED 07

17.2K 971 3
                                    

"I think that's all for now. I close the meeting for today. Once again, thank you so much for your time and cooperation ladies and gentlement. I appreciated your time to come to my office. Setelah ini, kalian bisa menikmati hidangan yang sudah kami siapkan. Silahkan ikuti sekertaris saya untuk bisa mencicipi hidangan disana." Tavish berdiri dan menyalami para pemegang saham yang ada didepannya. Tatapan Geraldino yang bangga dengan anak sulung nya terlihat jelas dari senyum hangat yang di berikan pria tua itu.

Setelah selesai rapat para shareholders langsung mengundurkan diri dan menuju ruangan untuk mencicipi hidangan yang disajikan. Tavish dan keluarganya memilih untuk tidak bergabung. Karena ada hal penting yang penting yang akan disampaikan oleh tuan Geraldino.

Sang ayah dan saudara – saudarinya itu ternyata kini sudah berada diruangannya. Mereka ingin mengintrograsi Tavish sedikit. Tavish merasa jika kedua sepupunya pasti akan bersikap jahil padanya. Seharusnya dia menyuruh dua anak nakal itu untuk menemani para pemegang saham untuk makan bersama. Bukan malah mengikuti ayahnya dan adiknya. Jika sudah begini, jelas mereka akan mulai mengganggunya.

Ketika Tavish baru saja duduk di kursinya. Sang ayah langsung memberikan pertanyaan menembak. "Jadi kapan kamu akan pulang? Tidak bosan tinggal di apart terus? Your mom is missing you like crazy, you know that?" Suara Geraldino memecah keheningan yang terjadi di ruangan kerjanya.

Sebenarnya, Tavish juga berniat akan pulang minggu ini dan berkumpul dengan keluarganya. Hanya saja, karena ada beberapa  pekerjaan yang harus diselesaikannya. Jadi, Tavish sedikit menunda kepulangannya.

"I know pa. Kerjaan saya masih ada beberapa yang harus diselesaikan. Hopefully, at the end of this week, I'll come home." Tavish tahu orang tuanya yang menetap di Singapura memang bisa datang ke Indonesia kapan saja. Tapi, sebagai seorang anak. Seharusnya dia yang mendatangi orang tuanya bukan malah sebaliknya. Dia tidak mau dianggap menjadi anak yang durhaka dengan mommy nya.

"So, kalau masalah hati gimana Daan?" Ledek sang sepupu nya yang bernama Kennathan. Dokter yang banyak di gandrungi wanita karena sikap dingin dan tegasnya ketika memeriksa pasien. Padahal, jika dia berkumpul dengan saudara - saudara sepupunya. Dia adalah pria paling konyol yang hobi mengganggu Tavish, yang selalu memilih hidup sendirian tanpa pernah berpacaran dengan wanita manapun. Hidup sepupunya itu terlalu datar bagi Kennathan. Makanya Kennathan selalu mencoba mengejeknya.

"Zip it! Kamu tahu saya paling malas membahas masalah itu." Balas Tavish dengan datar. Kennathan tertawa karena berhasil mengejek Tavish dan membuat pria itu badmood.

"Masih betah aja single, Daan. Kamu juga harus buka hati. Sebanyak ini karyawan wanita kamu. masa iya gak ada satupun yang menarik dimata mu?" Tambah lagi sahutan dari Joshua. Pria introvert yang baik hati. Perlu di garis bawahi, jika sedang di depan orang lain. Tapi tidak jika sedang bersama keluarganya. Dia dan Kennathan akan selalu menjadi satu tim untuk mengganggu Tavish.

Para sepupunya ini jika sudah berkumpul, hal yang selalu dilakukannya adalah saling mengejek satu sama lain. bahan yang paling sering di bully dari ketiganya adalah Tavish. Mereka tahu pria itu sangatlah kaku, datar, dan terlihat dingin. Bahkan ketika mereka bercanda sekalipun. kakak sepupunya itu akan tetap berwajah datar.

"You know I work as a profesional. Saya tidak akan menggoda ataupun tertarik dengan karyawan saya sendiri." Tavish masih menjawab dengan nada datarnya. Mungkin memang topik yang disinggung saudara - saudaranya ini sama sekali tidak membuat Tavish nyaman.

"Daan ..." panggil sang adik bungsungnya yang mencoba menenangkan sang kakak. Daan adalah panggilan Tavish kala dirumah. Hal itu terjadi karena sang adik lebih senang memanggilnya Daan daripada Tavish. Wajah yang semula datar itu kini tersenyum hangat melihat kearah adik kesayangannya, Annastasha Dwein Louie Hopper. Yang hari ini tampil sanga cantik, stylist dan elegan seperti biasanya.

"Kamu gimana kabarnya?" Tanya Tavish dengan lembut. Dia mengusap kepala adiknya dengan penuh rasa sayang. Kedua sepupunya yang mendengar nada yang digunakan Tavish berbeda ketika berbicara dengan mereka hanya bisa mendengus kesal. Mereka tahu kalau Tavish sangat menyayangi adik bungsungnya. Well, practicly all of them love their little sister.

"Aku baik. Jadi, kapan aku bisa lihat kamu dirumah? You know, I'll be going to London soon. Aku ingin kita semua kumpul dirumah. Mommy really misses you. she said, kalau kamu tidak pulang akan dicoret dari kartu keluarga. Hahaha ..." mendengar cerita Anna membuat Tavish tersenyum. Sudah lama dia tidak berkumpul dan bercerita lagi dengan keluarganya. Terlebih adiknya.

"Aku akan pulang akhir minggu ini, Anna. Bilang sama mama, jangan coret nama aku dulu dari kartu keluarga. Dan, apa kamu akan pergi secepat itu? Tidak bisa kamu menundanya sedikit lebih lama?" Tanya Tavish yang mulai menyesal mengijinkan adiknya untuk berkarya di London.

"Itu sudah sesuai dengan tenggat waktu yang kamu dan papa inginkan. Aku tidak bisa lagi mengundur waktunya. Karena teman ku sudah menunggu ku disana." Jelas Anna.

Tavish mau tidak mau harus menyetujuinya. Sulit rasanya melepas adik kesayangannya sendiri di sana.

Anna yang melihat Tavish merenung langsung mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Kamu tahu? Sejak kamu jarang pulang. Papa bahkan sampai bingung menghadapi mama yang sedikit – sedikit marah." Tavish langsung mengalihkan tatapannya kearah Geraldino untuk memastikan kebenaran itu. Ayahnya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Mama mu pernah suruh papa tidur di sofa karena tidak bisa mengajak kamu pulang bulan lalu. Ketika kita sekeluarga harusnya berencana liburan ke Jepang." Adunya. Mendengar hal itu membuat semuanya tertawa. Tapi tidak dengan Tavish, yang merasa bersalah dengan sang ayah.

"Aku ingat kejadian itu!" Sahut Kennathan. "Bibi pernah menelpon mama karena kesal sama paman. Hahaha..."

"Benar tuh! Padahal dulu mama sama sekali tidak bisa dipisahkan dari papa. Tapi, cuma karena kamu lupa pulang, papa langsung diusir buat tidur di sofa ruang tamu." Anna sempat sedih mendengar mamanya yang begitu merindukan kakak-nya. Tavish jadi merasa tidak enak hati ketika sang ayah menjadi sasaran kemarahan mamanya. "Sorry pah."

"Tidak masalah, Daan. She still loves me. Tapi, papa tidak mau jika disuruh tidur untuk yang kedua kalinya di sofa, ya? Cukup sekali. Dan besok kamu harus pulang. Kalau tidak papa bakar kantor kamu ini." Mendengar ancaman itu sebenarnya tidak membuat Tavish takut. Justru dia malah tersenyum ketika pria yang memiliki banyak kekuasaan itu mengancamnya. Sudah lama dia merindukan kumpul bersama keluarganya. 

"Ya. Pa. Aku pulang akhir minggu ini."

^^^

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang