RED 75

10.1K 486 39
                                    

Ketika yang lain sedang sibuk dengan kerjaan mereka masing-masing. Sierra memilih menghampiri Nasta ke ruangannya. Ada hal penting yang harus dia beri tahu pria itu.

"Nas, sibuk?"

Nasta menggeleng. Dia mengalihkan tatapannya dari layar komputer didepannya. "Hei! Lo udah sehatan? Kalau belum mending istirahat dulu di rumah." Pria itu berjalan ke arah kulkas mini hadiah dari istrinya bulan lalu. Mengambil soft drink di dalamnya dan memberikannya pada Sierra.

"Cukup baik. Thanks, tapi gua udah sehat sekarang. Bosen kalau di rumah terus." Wanita itu membuka soft drink miliknya dan meminumnya sedikit. "Tujuan gua kesini karena ada hal penting yang mau gua omongin sama lo."

"Apa tuh?"

"Projek promosi novel Ms. Nadine, the ocean lady di Jepang kan minggu depan mau plan buat meet and greet disana. Gua mau kalau gua yang ambil bagian buat promosi buku Ms. Nadine di Jepang nanti." Kalimat pernyataan yang sangat tiba-tiba ini membuat Nasta terdiam.

"Hah? Tapi kerjaan Lo disini?"

"Udah hampir selesai. The ocean lady adalah job gua terakhir sebelum gua cau." Balas Sierra dengan santai.

"Wait! What?! Cau?! Lo pasti bercanda kan?" Nasta benar - benar terkejut dengan berita ini. Siapa yang akan bisa menggantikan kerja Sierra jika wanita ini keluar. Jelas tidak ada. Karena Sierra selalu hampir bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan motto perusahaan. Sempurna.

Tidak. Dia tidak bisa membiarkan hal ini terjadi.

"Ya. Ini kerjaan terakhir gua sebelum gua keluar. Dan gua harap lo setuju."

"Ra! Enggak bisa gitu! Gua enggak setuju! Lo salah satu kebanggaan gua di divisi gua. Dan gua gak mau lo pergi." Tekan Nasta. Dia benar-benar akan menyesal mengeluarkan karyawan berbakatnya ini.

"Sorry, Nas. Tapi gua harus. Dan gua udah prepare semuanya." Sierra tetap kekeh dengan pilihannya.

"Tapi Ra, lo tahu kan keluar dari sini dengan kemampuan lo belum tentu bakal di approve sama pak bos."

"Dia gak akan tahan gua disini. Itu yang gua yakinin. So, please. Bantu gua kali ini. Gua mau keluar dengan baik dan tenang. Gua janji, projek ms. Nadine di Jepang bakal sukses. Dan kalau dia mau promo ke negara lain. Gua udah suruh Dino buat handle. Dia udah gua ajarin dengan sempurna."

"Ra, gak bisa lo ubah lagi pikiran lo? Gua yakin lo cuma lagi butuh refreshing otak aja. Dan kalau pun iya, gua bakal ijinin lo libur selama yang lo mau. Tapi please, jangan keluar. We need you here." Tatapan Nasta memelas. Dia harap Sierra memikirkan kembali bujukannya.

"I am sorry, Nas. Tapi ini udah keputusan akhir gua. I need to leave here. Karena meskipun gua stay. Gua gak akan bisa bikin keadaan gua lebih baik. So, please."

"Huh! Gua gak tau apa yang lagi lo sembunyiin dari gua. Tapi, if you need my help. Gua bakal selalu ada."

"Thanks Nas, so? Lo lepasin gua kan?" Tanya Sierra lagi memastikan jika bosnya ini memberikan ijin.

Nasta membuang nafasnya dengan kera. "Kalau lo udah ngotot gua bisa apa? Gua harap lo bakal berubah pikiran. Even in the last minute. Gua bakal tetep tunggu jawaban lo."

"Don't wait. Karena gua gak bakal balik kesini. I need to leave."

"Kemana lebih tepatnya?" Nasta heran kenapa Sierra terlihat sangat ingin keluar.

"Poland."

"That far? Buat apa? Orang tua Lo gimana?"

"Mereka pindah kesana karena kerjaan bokap gua pindah. You know, kerjaan bokap sebagai dubes buat dia harus pindah-pindah."

"Tapi biasanya lo gak ikut kemana bokap lo pergi." Nasta sangat paham karakter Sierra. Meskipun hanya dirinya yang tahu jika Sierra adalah anak dari duta besar di negara ini. Tapi tetap saja dia merasa aneh ketika biasanya Sierra memilih tetap tinggal di Indonesia. Kini tertarik untuk mengikuti orang tuanya.

"Yes, biasanya, Dan ini tahun terakhir sebelum bokap pensiun. So, bokap mau stay disana for good."

"Jadi lo gak bakal balik? Lo bakal pindah kewarganegaraan? Serius?"

"Gua rasa iya. Tapi, kalau ada waktu libur. Sebisa mungkin gua bakal ke Jakarta buat liat kalian."

"Setelah selama ini lo selalu gak mau ke publish sebagai anak dubes. Ternyata sekarang ..."

"Gua masih belum bilang apa-apa ke siapapun soal keluarga gua. Yang mereka tahu keluarga gua pengusaha yang suka pindah-pindah negara. Well, technicaly true. Tapi mereka gak tahu status orang tua gua sebenarnya. Dan hal itu masih akan gua simpen rapat. Karena gua gak suka keluarga gua dibicarain orang banyak."

"Still debating your thought. Tapi, apapun itu. Gua bakal selalu dukung lo. Dan semoga aja bos bakal buka cabang di sana. So, kita masih bisa kerja bareng."

"I wish not. Dan satu lagi, gua gak mau semua orang tahu kepindahan gua ke Poland. Kecuali lo dan Dino." Tekan Sierra lagi. Dia tahu mulut Nasta pasti akan bocor.

"Tapi bos kan bakal nanya..."

"He will, tapi gua bakal jawab Jepang. Karena itu tempat terakhir gua kerja buat perusahaan dia. So, after that. Dia gak bakal tahu." Katanya dengan sangat yakin. Karena hal ini sudah sangat di pikirkan olehnya.

"Gua heran kenapa lo segitunya banget mau keluar dan gak mau bos tahu apapun soal kepindahan lo ini. Atau boleh gua tambahin, dia juga mungkin gak tahu soal lo resign."

"Gak ada yang perlu gua jawab soal pertanyaan lo itu. Intinya, setelah projek terakhir gua kelar. Gua harap kita bisa say goodbye in a good way and we still be friends."

Nasta masih banyak memikirkan perihal niatnya Sierra untuk resign dan kepindahannya yang seakan terkesan sangat rahasia ini. Yang pasti, dia akan mencari tahu semua ini dari Dino.

"Pasti. Dan gak boleh lost contact sama gua. Meskipun lo udah gak kerja disini. Tapi kalau gua butuh bantuan dan lo free. Lo harus mau bantu gua. Anggap aja freelancer. Dan jangan takut gak gua gaji haha.."

"Kalau bisa gua bakal bantu. Tapi gua gak bakal berhubungan apapun sama pekerjaan itu setelah gua bantu lo. Anggap aja gua ghost writer. They don't need to know who help them."

"Good! Mungkin bukan cuma ghost writer tapi ghost editor juga. Well, you work for both jobs, remember?"

"Atur aja panggilan yang menurut lo enak." Dia sudah lega. Yang penting setelah ini dia bisa keluar dari perusahaan milik pria itu.

"Jadi, kapan mau ke Jepang? Minggu depan tim udah prepare semua kebutuhan buat kesana."

"Besok."

"Kan gua bilang minggu depan. Lo masih harus disini sebelum minggu depan. Ngotot banget sih mau cepat-cepat pergi!" Cecar Nasta dengan kesal.

"Semakin cepat semakin baik. Inget motto perusahaan kan."

"Haduh! Terlalu terpaku sama motto buat Lo seolah-olah jadi robot Sierra." Nasta mendengus. Dia kesal jika perusahaan tempatnya bekerja ini menuntut sangat perfeksionis. Dan seluruh karyawan selalu di buat gila dengan moto yang hampir di pajang di setiap dinding perusahaan.

"Last time. Ini terakhir kalinya gua patuhin motto itu. Setelah ini, cuma lo yang bakal jadi robot dia." Balas Sierra dengan nada meledek.

"Bisa cepet tua gua kalau begini."

"You already did"

"Sialan! Pulang gih lo! Prepare buat besok pergi. Sebel gua liat muka lo yang pengen banget pergi dari sini."

"Hahaha. Jangan kangenin gua ya." Sierra bangkit dari duduknya dan melambaikan tangannya dengan gaya yang membuat Nasta memalingkan wajahnya.

"Iuh! Najis! Syuh! Syuh!"

^^^

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang