Makan malam yang terkesan sangat hangat malam ini membuat Sierra merasa senang dan bahagia. Anggapan tentang orang kaya yang bersifat negatif di kepalanya sejak tadi seolah hilang. Sierra cukup lega jika ada satu keluarga kaya raya yang memiliki hati dan tata krama yang sangat baik. Terlebih lagi mereka ramah.
Setelah makan malam yang luar biasa. Geraldino mengajak Sierra untuk ikut berkumpul di taman. Malam ini, Anna menginginkan sebuah acara kecil - kecilan yang entah kenapa ingin di lakukannya. Menonton film di taman dengan layar proyektor.
Biasanya, keluarga besar Tavish akan berkumpul disini untuk menonton bersama di setiap hari perayaan atau acara kumpul keluarga bulanan. Kini, Anna juga ingin memperlihatkan Sierra betapa menyenangkannya menonton film di luar dengan beratapkan langit malam yang di penuhi bintang.
"Kamu bisa makan popcorn dan minum disini." Ujar Anna begitu mereka sudah sampai di tempat yang di tuju. Ada tempat pembuatan popcorn di dekat tempat duduk mereka. Dan dilengkapi dengan minuman berbagai macam jenis.
Sierra memandang takjub taman bunga yang sangat besar dan indah didepannya saat ini. Jika ingin di gambarkan, taman di mansion orang tua Tavish penuh sekali dengan berbagai macam bunga. Baik, mawar, dandelion, Lily, dan masih banyak bunga lainnya. Kemungkinan, ibu Tavish lah yang menyukai bunga - bunga indah ini.
Di tengah - tengah taman, ada sebuah panggung buatan yang berlantai kayu. Tempat dimana ada beberapa daybed cushion di atasnya yang tertata rapi. Di depannya, sebuah dinding yang di buat sebagai layar untuk proyektor mengarah ke sana. Sierra memandang takjub taman ini. Begitu indah dan sederhana. Tapi terasa sangat nyaman.
"Indah." Kata Sierra begitu dirinya sudah duduk di sebuah daybed cushion berwarna abu - abu. Tavish dan Anna pun tersenyum mendengar pujian tulus dari Sierra.
"Taman ini kesukaan ibuku. Jadi, semua bunga yang ada disini memang di atur sesuai dengan bunga - bunga kesukaannya." Jelas Anna.
Sierra mengangguk - anggukkan kepalanya. Dia memang sudah bisa menebak di dalam kepalanya. Ibu Tavish memang wanita cantik yang terlihat sederhana. Kesukaannya pun menggambarkan betapa cantik dan anggun dirinya.
"Let's enjoy this movie tonight, Sierra." Kata Geraldino begitu dirinya dan sang istri sudah duduk di atas daybed cushion milik mereka.
Kedua pasangan yang sudah berumur lanjut itu bahkan terlihat sangat romantis. Geraldino tidak malu untuk memeluk bahu istrinya dan menyandarkan kepala istrinya ke dadanya. Sierra bisa melihat betapa pria itu mencintai istrinya.
"Romantisnya." Kata itu keluar tanpa Sierra sadari.
"Apa yang romantis?" Hanya Tavish yang menangkap kata - kata dari gumaman Sierra.
Sedangkan wanita yang tak sengaja mengucap itu terlihat kikuk. Tertangkap basah karena begitu mengagumi keromantisan orang tua Tavish.
"Huh? Oh! Itu, filmnya romantis." Elak Sierra.
Tavish menatap layar proyektor yang kini menunjukkan aksi dimana para superhero sedang sibuk mencari batu infinity. Tidak ada sama sekali adegan romantis di dalamnya.
"Ini film Marvel. Dan tidak ada sisi romantisnya saat ini." Kata Tavish yang membuat Sierra langsung menepuk kepalanya.
"Itu. Maksud saya, aksi mereka yang bekerja sama mencari batu itu yang romantis." Elaknya masih dengan penuh kegugupan.
Tavish hanya bisa tersenyum mendengar kekonyolan dari kata - kata Sierra. Dia tahu jika Sierra sejak tadi melihat tingkah orang tuanya. Baginya itu adalah pemandangan biasa melihat sikap romantis sekaligus posesif dari ayahnya terhadap ibunya. Tapi, dari sudut pandangan orang lain mungkin berbeda. Contohnya seperti Sierra ini.
"Lebih baik kamu fokus ke dalam film Sierra. Jangan menatap ke arah kedua orang tua saya." Ledek Tavish yang langsung membuat wajah Sierra memerah.
^^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
Roman d'amourA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...