RED 83

12.4K 646 63
                                    

Hari ini Tavish pulang dari kantornya dengan wajah lesu dan tanpa semangat. Jiwanya seolah hilang. Ucapan Dino dan peringatan pria itu membuat kepala Tavish seakan pecah memikirkan jika bagaimana semuanya menjadi kenyataan. Sierra yang pergi meninggalkannya.

Dia bingung harus melakukan apa. Seolah otaknya yang biasa bekerja dengan sangat sempurna itu buntu. Dan sialnya kenapa otaknya tidak bekerja disaat dia butuhkan.

Malam ini, lebih baik Tavish merenungkan semuanya kembali. Dan secepatnya, Tavish segera bertemu dengan Kennathan dan Joshua untuk meminta saran dari kedua sepupunya itu. Kadang pikiran mereka bisa sangat membantu. Meskipun Tavish pernah abai akan saran dan peringatan Kennathan. Tavish merasa jika ucapan sepupunya itu benar. Dan dia bodoh tidak mengikutinya.

"Daan!" Ketika dirinya baru saja membuka pintu apartemen. Suara Annastasha menyambut kedatangannya.

Di ruang tamu yang luas itu kini sudah duduk kedua sepupunya dan adik kesayangannya. Wajah mereka tidak bisa dibilang senang. Justru sebaliknya.

Tavish berjalan pelan ke arah adiknya dan memeluk adiknya dengan penuh rasa sayang.

"Kenapa kesini tidak bilang? Aku bisa menjemput mu." Kata Tavish sambil memilih duduk di sebelah Annastasha. Dia menggeser tempat duduk Joshua yang sebelumnya ada di sebelah adiknya.

"Kamu tahu kenapa kedatangan kami kesini Daan?" Tanya Kennathan dengan wajah serius. Tavish mengedarkan pandangannya. Semua saudaranya sepertinya sudah sangat tahu masalahnya. Sudah jelas adiknya yang mengumpulkan Joshua dan Kennathan. Annastasha sudah cukup mendengar berita kemarin yang membuatnya sampai bisa marah kepada kakak kesayangannya.

"Aku justru baru akan menemui kalian berdua." Tavish tidak ingin Annastasha tahu bagaimana dirinya sebenernya. Keadaannya yang aneh ini, yang sudah di diagnosa oleh Kennathan.

"Kenapa tidak melibatkan ku juga?" Tanya Annastasha penasaran. Wajah adiknya masih tidak ramah. Tavish jadi sedikit meringis melihat wajah adiknya yang seperti itu untuk pertama kalinya.

"Anna, ini masalah laki-laki. Bukan aku tidak ingin kamu terlibat. Hanya saja..."

"Secara tidak langsung aku sudah terlibat kan?" Tanya Annastasha dengan tegas.

Tatapan Tavish langsung mengarah ke arah Kennathan. "Kamu yang bilang padanya?" Auranya menggelap.

Dasar ember bocor!

"Bukankah sudah seharusnya dia tahu?" Balas Kennathan cuek. Pria itu mengangkat bahunya seolah tidak peduli akan kemarahan sepupunya.

"Itu bukan urusanmu! Jangan bersikap terlalu berlebih Ken. Atau kamu tahu akibatnya." Ancam Tavish.

"Daan! Kenapa justru kamu marah dengan Ken? Dia hanya ingin kamu sadar." Tegur Joshua tidak suka.

"Apa masalahmu? Jangan ikut campur jika tidak tahu."

"Aku tahu. Dan aku merasa Anna juga perlu tahu. Kalau selama ini perhatian berlebihan mu itu salah." Balas Joshua tidak mau kalah. Tatapan Tavish yang sedang marah tidak sama sekali membuatnya takut.

"Diam!"

Joshua membuang nafasnya pelan. Dia menatap sepupunya dengan serius. "Daan, coba kamu lihat bagaimana hasilnya sekarang? Apa semua ini membantu kamu menyelesaikan masalah? Tidak kan? Kami hanya ingin kamu tahu yang sebenarnya kamu inginkan."

"Diam!" Bentak Tavish sambil menggebrak meja didepannya. Annastasha langsung tersentak kaget. Baru kali ini dia melihat kemarahan kakaknya. Dan hal itu hampir membuat jantungnya copot.

Dengan sigap Annastasha langsung mengambil tangan kakaknya. "Daan." Tatapan tajam wanita itu berubah sendu. Suara lembut yang Annastasha keluarkan menyadarkan Tavish jika adiknya masih ada disana. Dan adiknya melihat semuanya.

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang