Setelah tahu jika Sierra sudah pergi tanpa ijin dengannya. Seharian itu pula Tavish merasa takut dan khawatir. Hatinya seolah kosong setelah mendengar berita kepergian Sierra. Kemarin-kemarin dia bisa menolak untuk memikirkan Sierra dan mengalihkan fokusnya. Tapi kini otaknya justru selalu terisi oleh bayangan Sierra.
Rasa bersalah akan sikap pengecutnya terhadap Sierra membuat Tavish takut. Bagaimana jika nanti Sierra benar-benar pergi darinya.
Tapi, bukankah dia memang sudah membuang Sierra dengan sia-sia? Apalagi dengan alasan terbodoh yang dipikirknnya. Penyesalan memang datang di akhir. Dan itu yang saat ini dirasakannya.
Argh! Bodoh!
Benar kata Kennathan jika Tavish adalah pria terbodoh dan ter-pengecut.
Sadar jika dia tak mau membuat kebodohannya semakin bertambah. Tavish meminta sekertaris barunya, Bayu, untuk memanggil Dino ke dalam ruangannya.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!"
Dino sempat membungkukkan tubuhnya untuk menyapa bosnya. Dia merasa takut jika Tavish mengingat kejadian di rumah sakit waktu itu. Sikapnya yang seolah-olah menantang Tavish sungguh membuatnya tidak bisa berfikir jernih. Dia hanya khawatir dengan sahabatnya yang sedang patah hati karena sosok tegas didepannya ini.
Jadi, ketika tahu dirinya di panggil, Dino yakin jika sang bos besar pasti ingin menghabisinya.
Matilah kau, Din! Runtuknya.
"Kata Bayu, bapak panggil saya."
"Iya. Silahkan duduk." Tatapan Tavish tidak dingin dan datar seperti biasanya. Justru sekarang tatapannya terlihat seperti orang yang gelisah dan banyak pikiran.
Dino yang merasa jika Tavish ingin mengeluarkan amukannya. Dia memilih untuk memotong ucapan bosnya lebih dulu.
"Pak, kalau saya ada salah. Saya minta maaf ya pak. Terlebih karena masalah sebelumnya di rumah sakit. Saya benar-benar tidak bermaksud untuk melawan bapak. Tapi, saya hanya mencoba melindungi sahabat saya."
Sahabat?
"Sahabat?!" Kening Tavish mengerut. Nadanya bahkan terkesan menyindir. Matanya menatap Dino dengan tajam.
"Saya bahkan melihat kamu masuk kedalam apartemen Sierra. Dan kalian terlihat dekat." Tekannya ketika mengucapkan kata dekat.
Dino menatap Tavish dengan wajah tidak percaya. "Pak, apa jangan-jangan ini alasan bapak memutuskan Sierra?" Kalau iya, Dino tidak habis pikir dengan isi otak bosnya yang penuh kesempurnaan ini. Astaga!
"..."
Diamnya Tavish dianggap Dino mengiyakan pertanyaannya. Dino membuang nafasnya dengan kasar. Jika ini hanya salah paham. Sudah pasti Tavish disini yang bersalah. Kenapa tidak langsung mengatakan yang sebenarnya kepada Sierra jika dia tidak suka Sierra dekat dengannya.
Kenapa justru bosnya memutuskan Sierra dengan alasan yang paling tidak masuk di akal.
Sempurna apanya? Jika cemburu aja gak mau ngakuin. Ck! Batin Dino meruntuki bosnya.
"Pak, asal bapak tahu. Saya dan Sierra tidak ada hubungan apa-apa. Saya dan Sierra murni sahabat. Sejak saya masuk di kantor ini. Sierra yang selalu membantu saya. Dan selama kami berteman. Perasaan suka seperti laki-laki dan wanita pada umumnya itu tidak ada. Sierra murni saya anggap sebagai kakak saya." Dino mencoba menjelaskan secara nyata. Dia juga selama berteman dengan Sierra tidak pernah sekalipun melihat Sierra sebagai seorang wanita yang bisa disukainya.
Sierra jelas bukan tipenya. Wanita mandiri yang gila kerja itu tidak pernah menarik perhatiannya. Sierra terlalu kaku. Bahkan Dino menganggap Sierra sebagian brother-nya. Karena sikap dan sifat Sierra yang santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
RomanceA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...