"Hai!" Sambutan hangat diberikan Tavish kepada kekasihnya yang baru saja tiba.
Sierra belum mengganti pakaian kerjanya. Dia tahu jika apartemen Tavish searah jalan pulang dari kantornya. Dan apartemen miliknya sedikit lebih jauh melewati apartemen Tavish. Jadi, dari pada dirinya kembali terjebak macet kota Jakarta. Lebih baik memilih langsung datang ke apartemen Tavish.
"Lelah?" Tanya Tavish sambil mengajak Sierra masuk ke dalam.
Tavish memeluk bahu Sierra begitu melihat wanita itu menunggu dirinya menutup pintu. "Kerjaan hari ini cukup banyak. Belum lagi si penulis novel the ocean lady tiba-tiba bikin janji jam 3 sore tadi. Jadi, aku sempatin ketemu dia dulu."
Tavish merapihkan beberapa rambut Sierra yang keluar dari ikatan-nya. Sierra menguncir rambut nya jadi satu ikatan. Tadi pagi, kunciran itu masih terlihat rapi. Saat ini, kunciran itu terlihat sedikit berantakan. Meskipun begitu, Sierra masih terlihat cantik di mata Tavish. Wajah lelahnya juga sangat manis. Belum lagi, kaca mata yang masih menggantung di hidung mancungnya. Terlihat sangat seksi bagi Tavish.
"Ingin mandi dulu? Aku sudah membeli baju untuk kamu sebelum pulang tadi. Aku yakin kalau kamu akan langsung kesini dari kantor." Tavish memberikan satu tas belanja yang tertulis di depannya satu brand terkenal. Brand yang menurut Sierra sangat mahal. Dia tidak terlalu suka berbelanja pakaian atau barang-barang branded.
Untuknya, asal barang itu bagus dan nyaman. Sierra pasti suka. Meski kadang, satu atau dua kali dia membeli barang branded untuk menyenangi dirinya. Satu bulan sekali. Dia akan memberikan dirinya reward atas kerja kerasnya. Dan biasanya barang yang dibeli Sierra pasti sejenis parfum atau tas. Sisanya, uang Sierra jelas akan habis untuk berbelanja buku-buku novel terbaru. Demi menambah koleksi bukunya di apartemen.
"Ini kan mahal Daan." Rengeknya sambil memperlihatkan satu gaun floral berwarna navy. Sangat cantik dan elegan. "10.000.000 juta? Seriously Daan?! Untuk satu dress?" Sierra menatap Tavish dengan wajah kesal.
"Hei! Itu kan aku hanya ingin memberikan mu hadiah. Jadi ya harus bagus. Jangan pernah lihat harganya Sierra."
Sierra hanya bisa geleng-geleng kepala. "Aku cuma gak suka kamu ngabisin uang untuk satu barang dengan harga semahal ini. Lain kali, kalau kamu belikan lagi. Aku gak mau terima. Ini yang terakhir." Ancam Sierra. Wanita itu langsung mengambil tas belanjaan yang diberikan Tavish dan masuk kedalam kamar mandi untuk bersih-bersih.
Sedangkan Tavish yang melihat kekasih nya kesal hanya bisa tersenyum miring. "Iya...iya... Aku tidak akan bisa berjanji." Katanya pelan.
Dia adalah seorang Tavish Daan. Baginya, begitu dia mencintai satu wanita, akan dia berikan yang terbaik untuk wanita itu. Sekarang, Sierra adalah wanita nya. Dan dia tidak mau jika Sierra tidak merasa bahagia menjadi wanitanya. Jadi, mau Sierra menolak pemberian nya. Tavish tidak akan pernah berhenti untuk memberikan Sierra apapun itu. Asal hal itu berguna dan baik untuk Sierra.
^^^
Malam ini, tatanan ruang makan di apartemen Tavish di design dengan sangat cantik demi makan malam romantis yang tadi di janjikannya untuk Sierra.
Lilin-lilin yang tersusun rapi di meja, bunga-bunga dengan warna lembut juga sudah tertata indah. Hingga hidangan yang enak masakan seorang chef langganan keluarga Hopper juga sudah tersedia.
Begitu Sierra keluar dari kamar mandi dengan tampilan yang lebih segar. Dia melihat Tavish yang sedang menghidupkan beberapa lilin di meja makan. Wajah Sierra tersenyum bahagia. Hatinya menghangat karena mendapat perlakuan spesial dari Tavish.
Sierra berjalan kearah Tavish yang saat ini masih memunggunginya. Mengambil tindakan impulsif yang jarang dia lakukan dengan memeluk Tavish terlebih dahulu. Tubuh Tavish sempat menegang karena pelukan tiba-tiba yang diberikan Sierra. Tapi tak lama, tubuhnya sudah bisa kembali santai. Tavish mengelus tangan Sierra yang saat ini memeluk tubuhnya.
"Sudah lapar?" Dia mendapat anggukan dari Sierra sebagai jawaban. Wanita itu masih tetap memeluk Tavish dan menyandarkan wajahnya.
"Aku senang sekali." Ucap Sierra.
"Hm?"
Sierra meletakkan keningnya di punggung Tavish. "Aku senang karena kamu udah pulang." Tavish mendengar suara Sierra yang terdengar lirih.
Sierra pasti masih memikirkan kejadian buruk yang terjadi padanya beberapa hari belakangan.
"Karena sekarang aku sudah pulang. Kamu tidak harus takut lagi." Kini Tavish membalikkan tubuhnya. Dia memegang wajah Sierra dengan kedua tangannya. Mata Sierra terlihat sedih. Tavish tidak suka melihat Sierra yang sedih seperti ini.
"Aku disini sekarang. Dan aku mau kamu tahu kalau aku akan selalu membuat kamu tersenyum. Aku akan selalu ada untuk kamu. Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu. Apapun yang terjadi." Ucap Tavish dengan tegas.
Air mata Sierra tanpa sadar terjatuh. Hatinya yang semula sakit kini kembali menghangat karena ucapan manis yang Tavish berikan.
"Aku sayang kamu Daan. I really love you. Jangan tinggalkan aku ya."
"I do love you too, Sierra. And I won't leave you."
Tavish memberikan kecupan hangat di kening Sierra. "Sekarang kita makan malam?"
"Oke. Aku juga udah sangat lapar."
Tavish segera menggeserkan kursi untuk Sierra duduki. "Malam ini, aku hanya ingin kamu bahagia. Jadi, lupakan hal - hal buruk yang terjadi kemarin. Dan kamu hanya boleh mengingat malam ini untuk seterusnya." Kata Tavish yang sudah duduk di seberang nya.
"Deal."
^^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
Roman d'amourA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...