Baju tidur sialan!
Semalaman mata Tavish tidak tertutup karena membayangkan baju tidur berwarna merah yang terlihat menggoda milik Sierra. Bahkan matanya memerah karena menahan rasa kantuk.
"Sierra! Bisa - bisanya kamu melakukan ini padaku!"
Agendanya semalam harusnya meminta hasil revisi novel yang sudah di janjikan Sierra padanya untuk di kirim. Tapi ternyata Sierra lupa dan justru tertidur.
Dan sialnya lagi, Tavish yang berniat ingin kembali membuat wanita itu takut dengan ancamannya. Justru kini malah dirinya yang takut dengan isi pikirannya sendiri sejak dia mendapat pemandangan indah tadi malam.
Mengambil ponselnya yang ada di atas nakas samping tempat tidur. Tavish kembali memanggil nomor Sierra.
Semoga saja kamu berpakai sopan pagi ini Sierra.
"Morning pak!" Sahutan Sierra yang ceria membuat tatapan Tavish kembali datar.
Ini wanita yang semalam membuat gejolak dalam dirinya untuk pertama kali dalam hidupnya muncul. Baju tidur merah bertali spagethi.
Sial, fokus Daan.
"Morning. Mana file yang saya minta kemarin malam Sierra." Tavish mencoba memberikan aura menakutkan itu lagi. Dia ingin fokus.
"Sudah saya kirim kan pak." Balasan Sierra yang terlihat seperti orang yang tidak melakukan kesalahan entah kenapa membuat Tavis kesal.
"Tidak ada."
Kedua alis Sierra mengerut. "Tapi di sini sudah tertulis terkirim."
Sierra kembali membuka pesan terkirimnya. Dan e-mailnya semalam benar - benar sudah terkirim.
"Tidak masuk di e-mail saya." Tavish mencoba membuka e-mailnya tapi tidak ada sama sekali pesan masuk.
"Apa masuk ke spam pak?"
"Tidak a..da." Tavish hampir malu jika dia bilang dia lalai. Pesan Sierra masuk ke spam e-mailnya. Dan dia tidak mengecek dengan teliti. Ini semua karena wanita itu.
Karena tidak ingin malu. Tavish kembali mengatakan jika file itu tidak ada dimana pun.
"Saya akan coba kirim lagi pak." Sierra mencoba membuka laptopnya kembali.
"Jangan kirim lewat e-mail." Kata Tavish tiba - tiba. Entah ide gila dari mana yang didapatnya. Dia ingin Sierra yang memberikannya langsung draft itu padanya. Mungkin supaya dia bisa kembali melihat baju tidur merah bertali spaghetti itu lagi.
Oke Daan. You need to be fokus!
"Maksudnya pak? Lewat mana kalau gitu? Fax?"
"Bukan. Saya mau kamu mengantarkan draftnya kesini sekarang."
Kedua mata coklat itu membesar. "Kesini kemana pak?"
Tidak mungkin kan, seorang Tavish Daan menyuruhnya untuk mengirimkan draft itu ke Singapura.
"Ke rumah saya Sierra." Tekan Tavish lagi.
"Maksudnya? Rumah yang disini? Di Jakarta kan pak?"
Tavish kembali menatapnya datar. "Bukan. Rumah orang tua saya."
Sierra sempat terdiam. Dia harus memastikan kembali maksud dari kata-kata singkat yang bosnya berikan. "Maksud bapak, Singapura? Jadi saya harus mengantar draft ini kesana sekarang? Begitu pak?"
"Iya. Sekarang."
Sierra terlihat menggelengkan kepalanya. "Bapak gila? Ups! Maaf pak." Sierra memukul - mukul mulutnya yang sudah mengatai Tavish secara terang - terangan di depan matanya.
"Sierra! Saya mau draft itu disini. Sekarang." Tekannya.
"Pak. Kalau pun saya kasih hari ini. Belum tentu akan sampai secepat itu." Semoga kamu sadar bos, kalo kita saat ini sangat jauh jaraknya.
"Jet saya akan menunggu kamu di bandara." Ucapan Tavish kembali membuat Sierra terkejut.
"Jet? Bapak suruh saya naik jet bapak?" Pria di depannya ini benar-benar bertingkah gila di pagi hari. Sierra bingung, apa seperti ini cara teman-teman kantornya yang lain bekerja di bawah pengawasan Tavish. Apa mereka juga akan di perintah untuk pergi menemuinya dimana pun dia berada hanya untuk setumpuk draft yang bisa di kirim lewat e-mail? Kenapa sangat merepotkan sekali?
"Iya Sierra! Dan sekarang lebih baik kamu siap - siap. Karena saya tidak ingin menunggu lama."
Sepertinya semakin lama kamu datang akan semakin membuat ku gila.
"Tapi pak ..."
"Tidak ada tapi Sierra. Sekarang kamu bawa pakaian mu dan berangkat ke bandara."
"Pakaian? Saya bukannya akan langsung pulang pak?"
"Tidak. Kamu akan langsung mengerjakan project penting ini dengan saya langsung disini."
"Langsung?"
"Ya. Langsung yang artinya kamu harus saya awasi dengan mata kepala saya sendiri." Kepala Sierra rasanya seperti tersambar petir. Mimpi buruk apa lagi ini?
^^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
RomanceA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...