RED 91

6.5K 437 51
                                    

"Sial!" Tavish menggeram marah melihat Sierra yang di antar pulang oleh si pria berwajah cantik itu.

Sejak tadi pagi, berita panas tentang hubungannya dan Nadine menjadi headline di hampir seluruh berita dan majalah. Wajahnya yang biasa mengisi bagian bisnis kini terpampang nyata di majalah gosip.

Tavish mengutuk dirinya yang bertindak bodoh karena terdiam disaat-saat seperti itu. Karena rasa marahnya melihat kedekatan Sierra dan Hiruto. Tavish tidak menyadari jika akan ada bencana lain yang membuatnya semakin sulit membuat Sierra kembali padanya.

"Bos, perlu saya urus pria itu?" Tanya Bito, orang kepercayaan Tavish.

"Tidak perlu. Saya bisa mengatasinya sendiri."

Malam ini Sierra sudah menginap di apartemen kantor. Sore tadi Mr. Bernand membantunya untuk membuat Sierra bisa segera pindah dari hotel. Di hotel itu Tavish tidak akan bisa bergerak dengan leluasa. Terlebih ada wanita pengganggu yang sialnya adalah klien pilihannya. Seperti senjata makan tuan saja. Klien pilihannya justru membuat nama baiknya tercoreng seperti ini.

Kini, dari atas balkon kamarnya. Tavish melihat Sierra yang turun dari mobil milik Hiruto. Dengan menggunakan teropong yang tadi diberikan Bito. Tavish bisa melihat dengan jelas keakraban mereka.

"Menjengkelkan! Tidak akan aku biarkan tangan itu kembali menyentuh milik ku." Tavish meremas teropongnya.

"Bito, kamu bisa pergi."

"Baik bos."

Dia harus segera menyelesaikan masalahnya malam ini juga. Sejak tadi Sierra berhasil menghindar darinya. Bahkan setelah acara meet and greet Nadine. Acara yang tetap harus berjalan di tengah gosip panas yang baru saja tersebar.

Sepanjang meet and greet, tamu undangan tidak terlalu menaruh perhatian besar ke karya Nadine yang akhirnya berhasil tanda tangan kontrak dengan seorang direktur film ternama.  Kepopulerannya sebagai seorang penulis kalah dengan berita akan hubungannya dan Tavish.

Nadine sengaja tidak menjelaskan masalah yang sengaja dibuatnya. Dia hanya mengeluarkan senyuman manis yang membuat para wartawan dan tamu undangan beranggapan kalau memang ada hubungan spesial di antara keduanya.

Tavish belum bisa mengambil tindakan tegas tadi pagi. Banyaknya wartawan dan tamu undangan dari penggemar Nadine membuatnya menahan semua itu. Dia ingin memaki wanita yang sayangnya sudah tanda tangan kontrak dengan perusahaannya. Tavish tidak akan mencemarkan nama baik perusahaannya begitu saja. Dia harus memiliki strategi lain untuk membuat Nadine tidak lagi mengganggunya.

Bunyi pintu lift yang baru terbuka membuat lamunan Tavish hilang. Pria itu melihat Sierra berjalan menunduk ke arah kamarnya. Sejak tadi dia menunggu tepat di depan kamar milik Sierra. Hingga kepala Sierra kini terpentuk oleh tubuhnya.

"Mau apa lagi?!" Tanya Sierra dengan wajah kesal. Tavish melihat mata Sierra yang sembab dan wajahnya yang lesu. Begitu tersakitinya hati Sierra. Dan ini karena ulahnya lagi.

Tavish menatap Sierra dengan wajah yang tidak bisa di tebak Sierra sama sekali. "Kalau tidak ada yang ingin anda bicarakan. Anda bisa menyingkir? Saya lelah. Dan saya ingin memasuki kamar saya. Anda menghalangi jalan." Sierra mencoba mendorong tubuh pria besar didepannya. Tapi Tavish sama sekali tidak bergeser. Hanya lengannya saja yang bergerak. Sierra menatap pria ini dengan kesal. "Mau apalagi sih!" Bentaknya. Sudah kesal dan lelah Sierra ini. Kenapa masih saja mengganggu. Padahal Sierra kan ingin istirahat.

Tavish tidak mengeluarkan suara sama sekali. Yang dia lakukan adalah menarik tangan wanita itu dan membawanya kedalam kamarnya. Sierra terus berteriak untuk menyuruh Tavish berhenti. Tapi Tavish seolah tuli. Dia mengunci kamarnya dan meletakkan kuncinya di sakunya.

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang