RED 93

7.3K 395 45
                                    

Ketika keduanya telah selesai sarapan. Tavish langsung menghubungkan smart tv di kamarnya ke ponselnya. Dia ingin seluruh keluarganya melihat dengan jelas sosok yang akan duduk di sampingnya. Kejutan special katanya.

"Kamu siap?" Tanya Tavish yang langsung diangguki oleh Sierra.

Dia langsung melakukan panggilan videocall ke ponsel ayahnya. Disana, ponsel Geraldino juga sudah di sambungkan ke tv layar lebar di ruang keluarganya. Dengan begitu, seluruh keluarga dapat melihat dan berbicara dengan jelas.

"Pa, ma." Sapaan Tavish dengan sosok di sebelahnya yang kehadirannya tentu membuat seluruh keluarga Tavish terkejut. Mereka sangat bahagia bisa melihat Sierra.

"Hallo om, Tante, Anna, Ken dan Joshua." Sapa Sierra kepada seluruh keluarga Tavish yang menatapnya dengan penuh senyuman.

Mereka semua terharu melihat Sierra. Akhirnya Tavish benar-benar melakukan tugasnya dengan benar.

"Sierra, astaga! Tante senang sekali melihat kamu kembali." Balas Sania. Wanita itu sempat menghapus air matanya. Dia sangat senang tapi juga sedih karena rasa bersalahnya atas ulah anaknya.

"Senang melihat mu lagi, Sierra." Kini giliran Geraldino yang berbicara. Pria itu merangkul sang istri tercinta. Geraldino tahu bagaimana sensitifnya hati Sania. Padahal anaknya yang nakal. Tapi justru Sania yang paling merasa bersalah.

"Ma, ayolah. Jangan menangis." Tavish tidak tega melihat ibunya begitu. "Ini semua karena kamu. Jika saja kamu tidak menyakiti Sierra. Mama tidak akan menangis." Balas Sania kesal.

"Terimakasih om, tante. Maafkan Sierra juga akan masalah kemarin " Balas Sierra dengan tulus.

"Sayang, kamu tidak bersalah. Tante justru yang malu karena ulah Daan. Kamu mau kan memaafkan anak nakal itu? Kalau Daan menyakiti kamu lagi. Biar Tante yang akan memarahinya nanti. Dan kalaupun itu sampai terjadi. Kamu tidak akan Tante marahi kalau memang mau pergi dari anak nakal itu." Kata Sania.

"Ma, apa-apaan! Aku tidak mau Sierra pergi dari ku! Tidak akan aku biarkan kalau itu sampai terjadi." Dia langsung merangkul Sierra dengan erat.

"Mama pegang janjimu."

"Mama tenang saja. Aku tidak akan melakukan kesalahan bodoh untuk kedua kalinya." Balas Tavish dengan yakin.

Annastasha menatap kakaknya dan Sierra dengan wajah bahagia. Hatinya lega. Jika akhirnya sang kakak kembali dengan wanita yang bisa membahagiakannya. "Ra, aku minta maaf atas masalah kemarin. Karena disana ada kesalahan ku juga." Tambah Anna.

"Tidak Anna. Kamu gak bersalah sama sekali." Bantah Sierra. Jelas ini bukan kesalahan Anna.

"Jelas aku merasa bersalah Sierra. Karena aku, Daan menyalahkan mu. Dan memutuskan hubungan kalian. Dia bodoh. Tapi dia sangat mencintai mu. Maafkan aku dan kakak ku Sierra. Aku harap kamu masih tetap mau bersama kakak ku." Pinta Anna dengan penuh kesungguhan. Tavish tersenyum. Dia senang jika para wanita yang disayanginya terlihat begitu saling mengasihi.

Sierra merasa tidak enak dengan Anna. Dia disini juga ada andil dalam kesalahpahaman ini. "Anna, kamu gak bersalah. Lagi pula aku udah maafin Daan. Dia juga udah jelasin semuanya. Disini juga ada kesalahan ku. Jadi aku juga harus minta maaf pada kalian." Kata-kata Sierra di balas senyuman tulus dari Annastasha.

"Sierra, aku juga mengaku salah. Aku yang mengatakan pertama kali jika Daan memilki sister complex. Tapi ternyata semua itu salah." Kata Kennathan.

Sierra menatap Tavish meminta penjelasan. "Dia salah diagnosa. Aku begini karena aku menyayangi Anna. Dan aku bisa membedakan semua itu. Kasih sayang seorang kakak kepada adiknya, maupun kasih sayang seorang pria ke wanita yang di cintainya." Jelas Tavish.

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang