Di malam hari, ponsel milik Tavish yang dia letakkan di nakas samping tempat tidurnya berbunyi. Dia dan Sierra baru saja bisa memejamkan mata setelah berbicara panjang. Dan ini sudah hampir tengah malam. Siapa pula yang berani mengganggu waktu tidur nyenyaknya.
"Eungh!" Tidur Sierra sedikit terganggu karena gerakan Tavish. Pria itu langsung mengelus kepala Sierra dengan lembut. "Shuhh.. tidur lagi sayang." Setelah itu dia memberikan kecupan kecil di bibir Sierra. Wajah bahagianya tak bisa terlepas sejak tadi. Betapa beruntungnya dia yang akhirnya bisa membawa kembali pujaan hatinya.
Ketika tangannya berhasil mengambil ponsel miliknya. Mata Tavish langsung terbuka lebar. "Oh shit!" Dia langsung terduduk kaku. Gerakan itu membuat Sierra langsung membuka matanya.
"Ada apa Daan?" Tanya Sierra dengan mata yang setengah tertutup. Suara Sierra sedikit serak karena baru bangun tidur.
"Keluarga ku menelpon."
Kalimat Tavish langsung membuat Sierra tersadar. Dia langsung duduk dengan kaku. Sierra merapikan rambut dan pakaiannya yang kusut. Tubuhnya hampir saja terjatuh dari kasur kalau Tavish tidak segera menahannya. "Hati-hati sayang." Tavish langsung menarik Sierra ke sampingnya. Dan merangkul wanita itu.
"Daan, bakal bahaya kalau aku sampai ketauan mereka ada dikamar kamu sekarang. Kayaknya kamu aja yang terima telponnya." Pinta Sierra dengan sedikit menjaga jarak.
"Biar mereka tahu kalau aku kini sudah berhasil mendapatkan mu, Ra." Kalimat Tavish di jawab gelengan kepala oleh Sierra. Dia menolak ide Tavish. Orang tua Tavish akan mengecap dia sebagai wanita tidak baik karena bermalam bersama anaknya. " Aku gak mau. Aku belum siap ketemu mereka dengan penampilan kayak gini." Dengan wajah memelas. Sierra berhasil membuat Tavish luluh. Baiklah jika begitu.
Tavish akhirnya membiarkan Sierra duduk sedikit menjauh darinya. Mengambil jarak dimana layar kamera Tavish tidak akan menangkap gambarnya.
Tavish membersihkan tenggorokannya sebentar sebelum menerima panggilan dari keluarganya. "Hai pa, ma." Sapanya dengan penuh senyumnya.
Disana dia bisa melihat seluruh keluarga ibunya yang datang. Bahkan kedua sepupunya juga berada di sana.
"Ada apa kalian menelpon malam-malam?" Tanya Tavish dengan nada santai. Dia tahu disana cukup larut. Tidak mungkin jika bukan hal penting yang akan di bahas malam ini.
Sania langsung menatap anaknya dengan wajah penuh amarah. "Daan, sejak kapan kamu berubah jadi laki-laki tidak bertanggungjawab seperti ini? Huh! Jawab!" Salam pembuka yang sempat membuat Sierra terduduk kaku.
Tavish menelan ludahnya kasar. Mati aku. Sang ibunda ratu untuk pertama kalinya mengeluarkan nada besar padanya. "Ma, aku bisa jelaskan. Percaya padaku." Baru kali ini ibunya sangat marah.
"Huh! Percaya padamu? Kamu pikir setelah semua yang terjadi kami tidak akan marah padamu Tavish Daan Louie Hopper?" Tambah Geraldino.
"Kenapa kamu lagi-lagi menjadi pria brengsek Daan?" Kini Kennathan juga ikut menyahut. Joshua justru diam saja. Dia membiarkan semua orang memaki kakak sepupunya itu. Sudah saatnya Tavish diberi kalimat tegas oleh para orang tua.
"Hei! Aku bisa jelaskan. Percaya padaku, oke?" Tavish mencoba menenangkan keluarga besarnya.
"Daan, kamu benar-benar mengecewakan ku. Kamu bilang mau kembali mendapatkan Sierra untuk kami. Tapi apa! Aku benar-benar marah Daan kali ini." Kini giliran adik kesayangannya yang marah. Annastasha sangat tidak suka dengan sikap kakaknya kali ini.
Sierra yang namanya tiba-tiba disebut langsung menatap Tavish dengan wajah bingung. "Anna, aku akan jelaskan. Tapi tidak malam ini. Kumohon percaya padaku,oke? Semua akan baik-baik saja. Jangan khawatir. Aku tidak akan membuat kamu dan yang lainnya kecewa."
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
Storie d'amoreA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...