Di kamarnya, Sierra sudah selesai mandi dan berpakaian. Tapi dirinya saat ini masih terdiam di dekat pintu kamarnya. Sierra bahkan belum menyentuh handle pintunya sama sekali. Menatap pintu kamar yang polos dengan tatapan kosong.
Bagaimana caranya dia menghadapi Tavish karena kejadian semalam? Apa pria itu akan mengamuk? Sierra tidak sempat mendengar amukannya semalam. Karena setelah kejadian itu, dirinya langsung pergi dari hadapan Tavish.
Jantungnya berdetak kencang. Sierra mencoba menarik dan membuang nafasnya dengan perlahan. Tapi rasa khawatir dan malu itu masih terus terngiang di kepalanya.
"Argh! Bodoh! Ini semua salah dia! Iya! Ini semua salah Tavish! Kenapa dia harus deketin wajahnya ke arahku!" Sierra masih kukuh jika dia tidak melakukan kesalahan apapun. Semua ini salah Tavish. Jadi, jika pria itu akan marah padanya. Dia harus menyalahkan Tavish karena dia memulai masalah ini lebih dulu. Benar. Dia harus berani untuk melawan bosnya kalau pria itu sampai berani menyalahkannya.
"Bodo amat! Pokoknya, aku gak salah!" Dengan tekad yang kuat. Sierra membuka pintu kamar yang di tempatinya. Dan ketika melihat kalau ruang tengah ini kosong. Sierra menghela nafasnya penuh kelegaan.
Syukurlah pria itu belum bangun.
Karena rasa tahu diri sudah diijinkan menginap disini. Sierra bergegas ke dapur untuk membuatkan sarapan.
"Nasi goreng dicampur telur, ayam dan sosis sepertinya enak." Gumamnya begitu dia melihat isi di dalam kulkas yang kini lengkap dengan isi bahan makanan. Tak sia-sia dia belanja banyak. Melihat kulkas penuh dengan bahan makanan membuat Sierra selalu semangat memasak.
^^^
Sibuk memotong dan memasak membuat Sierra sedikit melupakan kegugupannya. Dia seolah lupa akan hal apa yang harus di lakukannya nanti jika berhadapan dengan Tavish. Masih dalam harapan Sierra jika Tavish tidak menyinggung kejadian malam itu pagi ini. Bahkan kalau perlu pria itu harus melupakan kejadian itu selamanya.
Di dalam sebuah kamar yang bernuansa sangat minimalis namun terkesan mewah. Kini nampak pria yang baru saja selesai dari ritual mandi paginya. Bisa di bilang, mandi pagi yang dimana dia harus menyegarkan otaknya yang semalaman selalu berfikiran kotor.
"Argh! Kenapa bayangan itu susah hilang!" Gerutu Tavish sambil mengacak rambut basahnya dengan handuk secara kasar.
Air yang mengalir di bagian leher pria itu terlihat sangat sexy. Cahaya matahari pagi yang terpancar dari kaca besar yang ada di kamarnya membuat Tavish semakin terlihat bersinar dan tampan. Banyak wanita yang sudah mengincar Tavish karena ketampanannya, sikap dinginnya dan juga kekayaannya. Tapi tidak satupun ada yang berhasil meraih hatinya.
Tavish adalah pria yang gila bekerja. Dalam arti yang sesungguhnya. Sifat perfectionist-nya sering kali membuat semua orang susah. Bahkan tak jarang kedua orang tuanya menyuruh Tavish untuk sedikit bersikap normal kepada karyawannya dan jangan terlalu memberi tekanan dengan kata 'sempurna' andalan miliknya. Tapi, Tavish tetaplah Tavish. Pria yang tidak akan goyah dengan sifat nya itu. Menurutnya, hidup harus terstruktur. Jika ada celah, maka selamanya akan terus bertambah celahnya. Itu yang di terapkannya dalam hidup Tavish.
Monoton. Memang.
Dia tidak peduli spesies berjenis wanita yang bisa saja mengganggu dirinya bekerja dan menghilangkan fokusnya. Mungkin kemarin seperti itu. Semua wanita, Kecuali ... Sierra.
Ya, hanya wanita itu yang saat ini, untuk pertama kalinya berhasil mengganggu isi pikiran Tavish. Dia seolah tidak bisa fokus bekerja dan hanya memikirkan bibir ... sial. Tidak bisa dia menjelaskannya disini. Otak warasnya sudah tidak berfungsi dengan baik.
Wanita itu benar - benar mengacaukan sikap professional-nya yang selalu mengatas namakan 'kesempurnaan'. Tidak pernah ada didalam kamusnya untuk memiliki hubungan dengan karyawannya. Tapi, Sierra beda. Dan itu membuat Tavish sempat goyah akan statement-nya.
Tavish yang saat ini masih menggunakan bathrope dan handuk yang melingkar di lehernya keluar kamar tanpa menyadari jika mungkin saja aksinya akan mengejutkan Sierra.
Klek.
"Pak!"
"Kak!"
Atau satu wanita kesayangannya yang kini juga terkejut oleh aksinya.
Membuang nafasnya kasar. Tavish hanya bisa pasrah. Kacau sudah harinya.
^^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
RomanceA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...