'Sejak kapan pak bos tahu kata itu'
Sierra menatap Tavish dengan wajah tercengang. Seorang Tavish mengatakan kata 'bucin' yang selalu di sebut - sebut oleh anak - anak muda jaman sekarang.
Meskipun Sierra sering mengatakan kalimat itu kepada teman - temannya, hal itu entah kenapa terkesan lumrah. Tapi kali ini berbeda.
Seorang Tavish, CEO tampan yang sukses di umur muda yang mengucapkan kata itu. Come on!
"Bapak tahu bucin?" Tavish mengangguk.
"Adik ku pernah menjelaskan hal itu." Balasnya dengan santai. Seolah Tavish merasa pintar setelah mengetahui hal yang cukup biasa di kalangan orang-orang seperti Sierra.
"Kalau bapak paham, kenapa bapak ucapin kata itu sama saya?"
Tavish kembali mengelus wajah Sierra dengan lembut. "Karena saya tahu makanya saya mengatakan kata itu."
"Kenapa saya?" Tanya Sierra mencoba untuk tenang dikala tangan Tavish tidak pernah berhenti untuk mengelus dan menyentuh wajahnya. Oh ayolah! Dia jelas merinding melihat sikap bosnya seperti ini.
"Kenapa tidak boleh kalau itu kamu?"
Sierra berdecak kesal. "Berhenti mengelus wajah saya."
Dasar tukang cari kesempatan!
"Saya suka." Tavish masih tidak mau melepas tangannya di tempat yang sudah menjadi favorit nya.
"Bapak selalu jawab pertanyaan saya dengan pertanyaan. Saya mau tahu kenapa saya." Tekan Sierra. Dia sudah tidak memperdulikan sikap Tavish yang terlalu suka menyentuh wajahnya.
Psyco!
"Karena itu kamu makanya saya suka."
"Suka? Seperti pria menyukai wanita? Atau kakak adik? Atau suka karena saya karyawan di kantor? Atau suka kayak kita menyukai sebuah benda? Bapak tahu kan maksud saya? Bapak suka yang bagaimana?"
Benda? Kenapa otaknya terdengar sedikit konslet.
"Suka seperti seorang pria yang menyukai seorang wanita, Sierra. Kenapa kamu selalu memandang rendah dirimu sendiri?"
Sierra menatap Tavish dengan wajah 'lo enggak lupa kan kalau lo itu darah biru'
"Ibu saya tidak pernah mengajarkan saya untuk menganggap seseorang itu rendah. Jangan kamu melihat background saya. Tapi kamu cukup melihat saya."
Sierra terdiam mendengar kalimat Tavish yang terdengar sangat tulus.
"Tapi bapak tahu kan kalau saya hanya bawah..."
Tavish langsung menutup mulut Sierra dengan bibirnya lagi. "Jangan merendahkan diri mu Sierra. Karena aku tidak suka."
Cukup terkejut mendengar Tavish mengubah panggilannya. Tapi entah kenapa hal itu terdengar cukup lucu.
"Berhenti mencium saya pak!" Kekehan Tavish keluar melihat wajah Sierra yang kesal karena ulahnya yang selalu mengambil kesempatan.
"Kamu terlihat menggemaskan kalau sedang kesal." Pujinya dengan jujur.
Kata - kata itu jelas membuat wajah Sierra kembali merona. Seumur hidupnya, dia belum pernah berdekatan atau bahkan berpacaran dengan lawan jenis. Baru kali ini ada yang memperlakukan nya dengan lembut.
"Stop pak!"
"Tidak akan. Karena sejak semalam kamu sudah menjadi milik saya, Sierra." Tekannya hingga kembali memberikan Sierra ciuman panjang yang mau tidak mau membuat wanita itu terbawa mengikuti arus yang di berikan Tavish.
^^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
RomanceA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...