RED 78

7.8K 459 37
                                    

Di belahan dunia yang lain, setelah sampai di Jepang. Sierra langsung pergi menuju hotel yang sudah di pesannya. Kurang lebih sepuluh menit dari jarak Bandara ke hotelnya. Sengaja Sierra memesan hotel untuk satu hari. Baginya itu cukup untuk istirahat. Karena besoknya dia juga pasti akan berpindah-pindah tempat untuk bisa mengelilingi Jepang.

"Welcome to Harbour hotel. May I help you?."

"I want to check in. I have made a reservation before. Under the name Sierra Putri Guntoro."

"Please wait a moment Ms. Sierra."

Sierra menghentakkan kakinya ke ubin hotel dengan asal. Setelah resepsionis selesai mengecek. Sierra langsung diantar menuju kamarnya.

"Semoga anda menikmati hari anda di hotel kami." Sierra membungkukkan tubuhnya sedikit membalas salam hangat dari pegawai hotel.

"Huh!" Diletakkannya tas secara asal. Pandangannya mengelilingi isi kamar hotel yang akan di tinggalinya.

"Not bad." Kakinya langsung menuju ke arah jendela besar dengan hordeng berwarna coklat tua. Dibukanya hordeng itu dengan lebar sehingga pemandangan awan yang cerah dengan matahari yang bersinar langsung menyambutnya.

Sierra menggulung tangannya kedepan dadanya. Pikirannya kembali teringat akan berita yang tadi sempat di dilihatnya didalam pesawat. Berita yang sangat mengejutkan yang datang dari keluarga pria itu.

Sungguh ironi sekali nasibnya. Dia tidak mungkin lagi bisa membayangkan kelanjutan hubungannya ini. Pikirnya, siapakah dirinya ini bisa bersanding dengannya.

benar - benar berita yang mengejutkan.

Sierra tersadar dari lamunannya ketika terdengar nada dering ponselnya.

"Ra." Suara Dino menyapanya. Dia tahu jika Dino pasti akan membahas perihal berita heboh yang baru saja terjadi.

"..."

"Lo udah denger beritanya?"

"Ya." Suara Sierra terdengar datar dan biasa saja. Entahlah, hatinya seakan kosong.

"Ra... Gua rasa gua bakal di penjara." Kening Sierra mengerut. apa hubungannya dengan berita tadi?

"Kenapa?"

Terdengar suara Dino yang frustasi di ujung sana. "Waktu lo sakit, gua pernah usir dia dan bersikap kurang ajar sama dia. Padahal waktu itu, tahu dia bos aja gua udah sok tahan rasa takut gua. tapi pas tahu sekarang dia termasuk keluarga kerajaan. Gua bisa abis ra."

Sierra menggelengkan kepalanya setelah mendengar ucapan tidak masuk akal sahabatnya ini. "Gak usah dipikirin. Dia gak bakal sepicik itu."

"Tetep aja ra. Gua takut."

"Udahlah Din. lo telpon gua cuma mau tanya ini? lo gak tanya gua udah sampe atau belum? Gimana perjalanan gua?"

"Oh astaga! Gua lupa ra. hehe... ngomong-ngomong gimana perjalanan lo ra? aman? lo udah sampai hotel belum? terus sekarang lagi apa?"

Pertanyaaan bertubi-tubi itu hanya dijawab sierra dengan deheman kasar. "Terlalu basi gua jawabnya."

"Yaelah ra. kali ini gua serius tanya."

"Perjalanan aman. gua udah dihotel. dan hotelnya keren banget. Abis ini gua mau istirahat dulu terus besok mulai pelesiran di tokyo."

"Gila! iri banget gua. Pengen banget kesana. Ra, jangan lupa oleh-oleh buat gua, ok?"

"Siap! nanti pas ketemu makanan atau souvenir khas Jepang gua beliin buat lo dan yang lain."

"Mantap! oke deh ra. kalau gitu selamat istirahat dan have fun ya disana. Gua tahu lo mau menjernihkan pikiran dan hati lo. Jadi, senang-senang sampai lo puas ya ra. Supaya sahabat gua yang ceria bisa balik lagi."

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang