Ketika pintu kantor milik Tavish terbuka. Semua mata akhirnya melihat sosok Dino yang keluar dari ruangan dengan wajah penuh derita. Mereka berjalan mendekat. Rasa penasaran mereka meningkat. Keputusan apa yang akan diberikan Sang bos besar pada akhirnya karena masalah ini.
"Gimana Din? lo dipecat atau apa?" tanya Laras salah satu staff accounting di divisi mereka. Wanita yang selalu ceplas ceplos dan tak punya rem jika berbicara. Wanita yang bahkan tidak peduli jika ucapannya kadang menyakiti orang lain. Dia hanya akan membalas 'Jangan baperlah!' atau 'Gitu aja marah. Lagian kan yang gua bilang benar'.
"Pak bos bilang apa, No? Sumpah gua liat dari sini aura mukanya membunuh banget. Gua pikir lo bakal abis ditelen sama dia." Kata Danu, salah satu editor yang duduk di kubikel sebelah mejanya. Kuliah seangkatan dengan Dino tapi baru masuk ke dalam perusahaan dua tahun setelahnya. Bisa di bilang, Danu adalah junior Dino di kantor sekarang.
Dino yang masih terguncang hanya bisa terdiam. Meskipun masih banyak lagi pertanyaan yang ingin ditanyakan para teman satu divisinya. Seolah nyawanya masih belum terkumpul sempurna. Dino memilih terus berjalan dan melewati temannya begitu saja. Otaknya masih kosong untuk saat ini.
Didepannya, dia sudah melihat Sierra, sahabat satu perjuangannya selama di the real-ist. Wanita itu berdiri di dekat mejanya dengan tatapan penuh rasa khawatir. Sierra langsung memberikan Dino segelas teh hangat. Ketika pria itu sudah duduk di kursinya.
Dino tahu banyak hal yang ingin di ungkapkan Sierra. Terlihat jelas dari wajah sahabatnya yang penuh rasa khawatir bercampur amarah. Sierra bahkan mengembuskan nafasnya kasar seperti banteng yang marah.
"Diapain sama tuh orang?! gua kesel banget waktu liat lo bersimpuh di depan dia. No, he is not a god! You know that? Lo merendahkan harga diri lo cuma buat dia." Cecar Sierra yang merasa tidak terima.
Dengan kesal Sierra kembali melirik ke dalam kantor Tavish. Hingga tanpa di sengaja, kedua mata Tavish pun kini memandang ke arahnya juga. Sekujur tubuh Sierra langsung terkaku karena tak sengaja matanya bertatapan dengan mata tajam milik Tavish. Meskipun kesal setengah mati dengan bosnya. Sierra juga hanya karyawan biasa. Dia tidak ingin berurusan dengan orang yang gila akan kesempurnaan itu.
Sierra segera mengalihkan arah pandangannya dan duduk di kursi kerjanya kembali. Menarik kursinya mendekati kubikel Dino. Sierra melihat wajah pucat pasi milik sahabatnya itu dengan penuh rasa kasian.
Sierra tahu ini kesalahan pertama Dino. Dan sebagai salah satu sahabatnya, Sierra tidak bisa melakukan apa - apa karena memang jika sudah ketahuan melakukan kesalahan. Hal pertama yang akan mereka hadapi adalah kemarahan sang bos besar 'The Greatest Tavish Daan Louie Hopper'. Setelahnya barulah mereka mendengar keputusan akhir yang akan diberikan sang bos besar kepada nasib karyawannya yang bersalah.
"Sumpah dia serem banget." Kalimat itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Dino. Pria itu terlihat menarik dan membuang nafasnya secara kasar terus menerus. Seolah tadi di dalam dirinya tidak di berikan ruang untuk bernafas sama sekali.
Sierra tahu Dino pasti tertekan dengan aura membunuh milik Tavish. Siapa yang tidak takut dengan wajah dingin dan datar pria itu. Terlebih jika suaranya yang terdengar tegas dan dingin, yang membuat siapa saja sakit hati dan takut di saat bersamaan.
"Terus lo dipecat?" Tanya Sierra lagi.
Sierra sedikit penasaran dengan nasib Dino. Dia akan merasa kehilangan jika sahabatnya dipecat dari perusahaan ini. Dino bukan orang pemalas. Kesalahan ini juga baru pertama kali dibuatnya dalam lima tahun masa kerjanya.
Dino juga pintar mencari penulis – penulis berbakat. Tak jarang juga dia membantu sang penulis dengan beberapa idenya yang mungkin membantu sang penulis menyempurnakan karyanya.
"Untungnya enggak." Mendengar pernyataan Dino, Sierra bernafas lega.
"Terus apa?"
"Potong gaji. Maybe. He didn't say." Balas Dino lagi.
"No problem lah kalau gitu. Dari pada dipecat."
Dengan sabar Sierra menyemangati sahabatnya. Dia tahu si bos besar yang gila akan 'Zero Mistake' itu kadang kala, bukan, malah kalau bisa di bilang dia terlalu sering menuntut karyawannya untuk bekerja dengan sempurna. Tapi, masih untung potong gaji dari pada dipecat, menurut Sierra.
Sekali lagi, tidak banyak perusahaan penerbit yang mau menerima bekas karyawan 'The Real-Ist' yang dipecat secara tidak hormat karena membuat kesalahan. Label itu seakan menakuti semua karyawan. Karena itu, meskipun pekerjaan ini berat. Tapi suasana kantor, gaji dan fasilitas yang di keluarkan juga sangat sebanding.
"Paling gaji gua bulan ini gak keluar buat ganti rugi hasil cetak yang sudah edar. Gua pinjem uang lo ya buat bulan ini?"
Dengan wajah sedikit memelas, Sierra pada akhirnya tidak tega melihat sahabatnya kesusahan.
"Iya tenang aja."
asal lo gak kesusahan no. gua senang membantu, batin Sierra dengan memberikan senyuman tulusnya.
^^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
RomanceA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...