RED 15

13.9K 737 4
                                    

Setelah sambungan telpon itu terputus. Sosok diseberang sana terdiam di atas tempat tidurnya. Tavish masih belum melupakan mata coklat yang sempat membuatnya terpana. "Huh! Fokus Daan!" Tavish menggelengkan kepalanya supaya otaknya bisa bersih kembali.

"Siapa itu Daan?" Suara lembut milik seorang wanita muda yang baru saja masuk ke dalam kamarnya membuat Tavish terkejut.

Pria itu langsung menutup laptopnya sebelum dilihat oleh sang penyusup kecil kesayangannya. Annastasha Dwein. Princess kesayangan keluarga besar Hopper.

"Anak buah ku di kantor, Anna."

Kedua alis Anna naik. Dia merasakan tingkah aneh dari kakaknya "Kamu terlihat gugup. Bohong kan?" Ucapnya dengan senyum penuh arti.

Tavish menggelengkan kepalanya dan membuat wajahnya kembali terlihat lembut. "Itu benar. Aku mana pernah bohong." Elaknya. Senyuman Tavish muncul ketika adiknya berjalan mendekat.

"Aku tahu. Kamu tidak pernah bohong. Tapi, sekali kamu berbohong itu pasti terlihat jelas."

"Sudahlah. Dia tidak penting. Ada apa kamu kesini?" Dia menarik Anna untuk duduk di sebelahnya.

"Aku ingin membicarakan perihal London."

Tavish mendesah kasar. Ini lagi. Kenapa adiknya selalu membawa pembahasan yang sangat sulit untuk dijawabnya.

"Kenapa harus kesana?" Tanya Tavish.

"Kenapa tidak boleh disana?" Tanya Anna kembali. "Daan, aku tahu kamu khawatir. Aku sudah besar. aku berjanji akan jaga diri."

Tavish memejamkan matanya. Ini keputusan sulit. Dia tidak ingin adiknya berada di negara orang lain tanpa ada satupun keluarganya di sana. Sejak kecil, cita - cita Anna selalu ingin mengembangkan karir di negara yang memiliki sebuah kerajaan sebagai pusatnya.

"Ini sangat berat, Anna. Kamu tahu, aku tidak bisa melepas kamu sendirian. Bagiku kamu masih adik kecilku." Tavish mengelus kepala adiknya penuh kasih sayang.

Anna menarik tangan Tavish kedalam genggamannya. "Tapi ini mimpiku Daan. Aku ingin mencobanya dari bawah. Tanpa ada campur tangan papa atau kamu."

"Memang kenapa dengan di Jakarta atau Singapura? Disini kamu masih bisa melebarkan sayap kamu. Lagipula, jika kamu pilih di Jakarta. Aku akan merawat mu. Dan aku janji tidak akan ikut campur tangan."

Anna menggelengkan kepalanya. "Tetap aku pasti akan selalu bergantung dengan kamu. Apalagi di sini. Papa berkuasa. Dan aku tidak ingin itu. Aku ingin orang melihat bakat ku, Daan. Tanpa bayangan papa, dan kamu."

Tavish menarik nafasnya dalam - dalam. "Memang kenapa harus disana?"

"Disana negara yang sejak kecil aku inginkan. Lagipula, temanku yang ingin membantu berada disana. Disana juga tempat aku bisa mencoba hal baru tanpa ada campur tangan kalian."

Tavish tersenyum. "Aku masih tetap bisa membantu mu. Kamu tahu, ada perusahan wine ku disana."

Wajah Anna mengerut penuh tanya "Kamu bercanda?"

"Aku serius. Aku membeli saham milik teman ku. Dia bilang, apa aku mau beli perusahaan wine miliknya. Karena dia sudah tidak tertarik lagi. Jadi, karena bosan. Aku beli saja."

"Ck! Ku pikir sayap mu tidak sampai kesana."

Tavish menjawil hidup adiknya dengan gemas. "Tidak hanya wine. Perusahaan publishing ku sudah ada di sana sejak lama.  Kalau kamu lupa."

"Tapi kan kamu tidak sering disana."

"Kalau akhirnya kamu tidak mau mendengarkan aku untuk bekerja disini. Ya, aku pasti akan ikut menjagamu disana."

Wajah Anna cemberut. Lengkungan bibirnya turun kebawah.
"Daan, kalau begitu kapan aku bisa mandiri? Kemana - mana kalian semua selalu membuntutiku."

Tavish menarik adiknya kedalam pelukannya. "Kamu princess kesayangan dan satu - satunya di keluarga besar kita. Karena itu kamu harus dijaga."

"Tapi aku bisa menjaga diri ku sendiri."

"Aku tahu. Tapi aku ingin memastikan jika kamu selalu aman."

"Lebih baik kamu mencari pacar Daan. Umur mu sudah tua. Lebih baik kamu mengurusi pacar mu dari pada aku."

"Walaupun aku punya kekasih. Kamu tetap prioritas ku. Kamu adik kesayangan ku, Anna. Pacarku nanti tidak akan membuatku hilang fokus untuk menjagamu."

Anna mendengus. "Huh! Kamu belum pernah memiliki pacar, Daan. Bagaimana kamu bisa tahu? Kalau pun kamu sudah tahu cinta. Aku yakin kamu akan jadi pria bodoh yang tergila - gila dengan pacar mu nanti."

"Tidak akan. Aku tidak akan pernah bertindak sebodoh itu. Aku bukan Ken dan Joshua."

Senyuman menyindir Anna muncul begitu Tavish membicarakan kedua sepupu konyolnya. "Kita lihat nanti. Kalau menurut ku, kamu akan menjadi bucin pacar mu nanti."

^^^

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang