Cantik. Adalah kata pertama yang keluar dari pikiran Sierra dan Dino begitu melihat sosok yang di tunggu mereka sejak tadi. Wanita itu berjalan dengan anggun kearahnya dan Dino.
Sang penulis yang dijuluki 'the ocean lady' ini memiliki paras yang sempurna. Nama yang dia pakai sebagai sebutan seorang wanita lautan itu pun terdengar sangat tepat untuknya. Mata nya yang memakai lensa kontak berwarna hijau dan rambutnya yang berwarna merah menyala sangat sesuai dengan karakternya. Seperti tokoh kartun Ariel sang putri duyung. Wajar jika seluruh penghuni di cafe ini langsung melirik kearahnya ketika sosok itu baru memasuki kafe.
Ada yang memberikan tatapan aneh dan ada pula yang menatapnya dengan penuh memuja dan kagum. Kebanyakan kaum pria. Seperti sahabatnya ini. Tapi, wanita itu seolah sudah terbiasa menjadi sorotan. Dia tidak peduli dengan semua tatapan yang mengarah kepadanya. Wanita cantik itu tetap berjalan lurus ke arah Sierra dan Dino. Membuat keduanya langsung serentak berdiri menyambut client penting mereka.
"Siang, Ms. Nadine." Ucap Sierra begitu Nadine berdiri didepannya. Memberikan uluran tangannya untuk berjabat tangan dengan wanita berparas cantik yang penuh dengan multi talenta ini.
Nadine kembali membalas jabatan tangan Sierra dan juga Dino. "Siang. Kamu Sierra dari the real-ist?" Sierra mengangguk. Dia mengambil duduk di depan wanita itu diikuti Dino yang masih menatap kliennya dengan penuh kekaguman.
"Oh! Kenalkan ini Dino. Salah satu editor juga di the real-ist."
Sierra melihat Dino yang masih terpaku dengan kecantikan Nadine hanya bisa mendesah dengan kesal. Pria dan segala kebodohannya jika bertemu dengan wanita cantik. Bikin malu!
"Jadi, Ms. Nadine. Saya disini ingin mendiskusikan kembali tentang peluncuran novel anda di perusahaan kami."
Nadine mengangguk dan tersenyum malu-malu. "Saya setuju. Tavish sudah memberi tahu semuanya. Dia sangat antusias dengan cerita saya. Dan saya tertarik untuk menerbitkannya di perusahaan kalian."
Mereka sudah berkenalan, batin Sierra. Bagaimana tidak, pria itu pasti sama kagumnya dengan Dino yang masih duduk dengan wajah bodoh disebelahnya. Dan entah mengapa hal itu membuat Sierra menarik pernyataan kalau seorang Tavish Daan sama saja dengan semua pria di luar sana. Pria yang jika melihat wanita cantik pasti akan langsung terpikat dan mulai tebar pesona.
"Oh! Kalau begitu, bisa saya minta draft untuk season satu dari buku anda terlebih dahulu?"
"Kamu terlalu formal, Sierra. Saya terlalu kaku jadinya." Mendengar hal itu Sierra tersenyum. Dia sangat canggung dan minder melihat wanita yang cantik, ramah dan berkelas ini. Dia merasa tidak ada apa - apanya di bandingkan Nadine yang terlihat sempurna.
"Hahaha ... saya terlalu canggung sepertinya. Saya ... maksudnya aku terlalu mengagumi karyamu Nadine. Jadi, cukup deg-degan bertemu dengan penulis terkenal seperti mu."
Nadine mengucapkan terimakasihnya karena pujian Sierra. Dia merasa tersanjung bisa bertemu dengan salah satu pembacanya. "Ini. Serie pertama dari ceritaku. Jika ada revisi yang harus aku lakukan. Kabari aku. Aku akan sangat senang mendengarnya."
"Baik. Ini aku ambil. Akan aku baca dengan sangat teliti. Terima kasih karena sudah mau bekerja sama dengan perusahaan kami."
Nadine tersenyum. "Aku yang bersyukur karena seorang Tavish yang pertama kali menghubungiku untuk mengajak bekerja sama. Dan, aku dengar perusahaan kalian termasuk perusahaan terbaik. Jadi, aku akan sangat menantikan karyaku setelah naik cetak nanti."
"Pasti. Kami akan melakukan yang terbaik untuk novel perdana mu nanti."
Nadine tersenyum senang. "Kalau gitu, senang mendengarnya. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik."
^^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
RomanceA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...