RED 53

8.9K 463 0
                                    

Ucapan Nasta yang sejak tadi terngiang - ngiang di kepalanya kini hilang di terbangkan angin begitu dirinya melihat keberadaan Sierra yang sedang duduk menatap komputer dengan wajah serius dan fokus.

Bibirnya sedikit terangkat melihat bagaimana seriusnya wajah Sierra ketika sedang fokus dengan pekerjaannya. Dia begitu merindukan kekasihnya itu. Bagaimana tidak, pacaran saja baru pertama kali. Setelah baru saja mencicipi manisnya pacaran. Dirinya sudah harus berpisah dengan jarak waktu yang cukup lama.

Karena dirinya kini sudah berada di tempat yang sama dengan kekasihnya. Tavish tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan lagi.

"Panggil Sierra keruangan ku sekarang." Perintah Tavish dengan nada datar. Dia mencoba untuk menahan diri di depan Nasta dengan topeng bos galak versinya.

"Kenapa? Sierra bakal bos marahin ya? Jangan deh bos! Minggu - minggu ini hari yang berat buat Sierra." Bela Nasta. Dia begitu melindungi Sierra dari amukan yang akan Tavish berikan. Dia tahu, Sierra sedang stres berat karena gosip buruk yang beredar tentang dirinya.

Jika Sierra kini mendapat teguran lagi. Sudah pasti wanita itu akan menangis. Kemarin saja Nasta sempat memergoki Sierra yang mengelap air matanya. Dia tahu Sierra sedang menahan tangisnya. Tapi wanita itu mengelak jika matanya sakit karena terlalu lama menatap komputer.

"Ada apa?" Tavish kini merubah raut wajahnya menjadi khawatir. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan kekasih nya sebulan ini. Meskipun Tavish masih tetap menghubungi Sierra. Tapi Sierra selalu menampilkan wajah yang terlihat baik baik saja.

Bodoh! Bagaimana bisa aku tidak memahami hatinya.

Tavish merasa gagal menjadi kekasih Sierra. Dia bahkan tidak bisa melihat kesedihan yang ada di mata Sierra.

"Gosip dia ke Singapura kemaren buat geger fans clubnya bos."

Wajah Tavish mengerut. Dia tahu jika ada club-club seperti itu di kantor nya. Tapi dia tidak tahu akan seburuk ini.

"Apa yang mereka lakukan?" Tanya Tavish dengan datar. Wajah dinginnya sudah bisa di buktikan jika saat ini dirinya sedang marah. Nasta bahkan menelan ludah nya kasar. Dia tahu jika setelah ini club itu akan habis di binasakan oleh Tavish.

"Sorry nih bos, saya bukan mau ngadu atau apa. Tapi ini juga demi keselamatan psikis karyawan di divisi saya. Yang saya tahu dan saya dengar langsung. Mereka mengatai Sierra dengan sebutan kasar dan makian yang merendahkan. Bahkan ada beberapa yang terang - terangan mengejek Sierra. Saya cuma kasian sama Sierra bos. Meskipun dia bilang enggak apa-apa. Tapi saya tahu kalau dia pasti sedih dan sakit hati sama ucapan mereka."

Jantung Tavish berdetak sangat cepat. Kali ini bukan karena kekasih nya yang selalu membuat jantungnya berdetak cepat dan selalu di penuhi kupu - kupu setiap kali mereka bersama. Melainkan karena emosi yang tiba-tiba muncul begitu mendengar penderitaan kekasihnya yang dia sembunyikan dengan begitu rapi. Tavish seperti banteng yang marah. Wajahnya memerah menahan emosinya. Nasta bahkan terkejut melihat tangan bos besar-nya yang kini sudah terkepal di samping tubuhnya.

"Bos, anda baik - baik saja kan?"

Tavish membuang nafasnya kasar. "Segara panggil Sierra untuk menghadap saya. Satu jam lagi, kamu suruh semua orang yang ada di dalam club' murahan itu untuk menunjukkan mukanya di depan saya." Setelah memberikan ultimatum itu. Tavish masuk ke dalam kantor nya. Dia sempat melihat wajah Sierra dari samping. Wanita itu masih belum menyadari kehadiran nya. Tatapan Tavish berubah sendu. Dia merasa gagal menjadi kekasih Sierra. Belum apa - apa saja hubungan mereka sudah di terjang badai.

Maaf Sierra. Aku janji kali ini aku akan lebih melindungimu.

^^^

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang