Setelah waktu dua minggu lebih tiga hari yang di anjurkan oleh Tavish untuk Sierra. Akhirnya, Sierra diperbolehkan pulang kembali ke Indonesia. Pria itu, dengan penuh segala paksaan dan rayuan sampai akhirnya keluar kata 'ijin' untuk Sierra agar bisa kembali bekerja. Pria yang keras kepala dan mau menang sendiri itu akhirnya mau mengalah setelah dia mendapat amukan dari sang ibu.
Sania, yang saat itu melihat perdebatan antara Sierra dan Tavish mau tidak mau ikut berkomplot mendukung Sierra dan memojokkan anaknya untuk yang pertama kalinya.
"Ma! Sierra masih bisa pulang sama aku nanti. Jadi tak masalah kalau aku tahan dia untuk pulang di hari yang sama kayak aku."
"No! Kamu akan sedikit lebih lama disini. Sedangkan Sierra harus kembali bekerja. Jadi, kamu harus ijinkan Sierra pulang."
"Tapi kan aku pemilik perusahaannya. Jadi terserah aku mau dia pulang nanti atau pun sekarang."
Sania menatap Tavish dengan tatapan tidak percaya. Baru kali ini Tavish bertingkah seperti anak kecil yang keinginannya harus di penuhi. Sejak dulu, Tavish adalah anak laki - lakinya yang paling dewasa. Dia selalu bersikap kaku dan dingin di depan orang lain. Tapi akan bersikap ramah kepada keluarga dekatnya.
Tapi, untuk pertama kalinya didalam hidup Sania melihat Tavish yang entah kenapa terlihat sangat menggemaskan. Sania bahkan tersenyum melihat wajah cemberut anak laki - laki satu - satunya ini.
Jadi, demi melihat kekesalan anaknya ini semakin menjadi. Sania tetap mendukung pendapat Sierra yang menginginkan kepulangannya sesuai jadwal.
"Kalau kamu menahan Sierra disini. Mama yang akan membantu dia untuk pulang."
Kedua mata Tavish melotot sempurna. Kenapa ibunya tidak mendukung dirinya. Sedangkan Sierra tersenyum senang karena akhirnya ada yang membantunya.
"Ma! Mama enggak bisa gitu dong! Sierra kan pacar aku."
Sania dan Sierra tersenyum mendengar kata - kata itu dari Tavish. Seolah kepemilikan Sierra adalah mutlak milik Tavish.
"Dan karyawan kamu. Kalau perlu mama ingatkan. Sierra itu justru menjadi karyawan terbaik kamu karena dia masih harus memikirkan pekerjaannya disana. Jadi, jangan larang Sierra untuk tidak kembali bekerja." Sierra mengangkat bahunya setelah mendapat dukungan Sania.
"Benar bos! Karena aku pacar sekaligus karyawan kamu. Aku tetap gak boleh malas. Itu namanya KKN. Gak adil buat yang lain. Harusnya kamu bangga punya pacar pengertian kayak aku. Hehehe" Tambah Sierra yang disambut tawa oleh Sania.
"Mama setuju! Jadi, kamu enggak boleh larang - larang Sierra pulang." tekan Sania.
Tavish menatap kedua wanita yang di cintainya ini dengan tatapan memelas. Mau bagaimana lagi, kali ini dia tidak bisa menang melawan Sierra. Wanita itu sudah memiliki pendukung baru yang sulit untuk Tavish tolak pendapatnya.
"Oke. Kamu bisa pulang besok."
"Yeay!" sorakan riang dari Sierra dan Sania membuat wajah Tavish yang semula masam menjadi tersenyum. Dia senang melihat keakraban ibunya dan Sierra. Dia berharap jika Sierra adalah wanita yang tepat membawa kebahagian untuknya.
^^^
Pagi ini, Sierra sedang menyiapkan beberapa pakaiannya. Ada beberapa oleh - oleh juga yang dibawakan Sania dan Annastasha untuk Sierra dan teman - teman kantornya.
Didepan pintu kamarnya yang tidak tertutup, Tavish berdiri menatap Sierra yang terlihat senang mengepak barang-barangnya untuk pulang.
"Kamu terlihat senang pulang tanpa aku." Kata Tavish dengan nada datar.
Sierra masih tetap tersenyum dan sibuk memasukkan barang. Dia sama sekali tidak menatap Tavish dan memperdulikan pria itu. Sierra harus membereskan barangnya karena pagi ini dia sudah harus berangkat.
Tavish yang merasa di abaikan berjalan dengan penuh kesal kearah Sierra hingga membuat wanita itu yang baru saja selesai meresleting kopernya terkejut.
"Astaga! Sejak kapan kamu disini." Benar saja. Sierra sejak tadi tidak menghiraukan keberadaan Tavish. Pria itu mendengus kesal melihat ketidak pekaan kekasihnya ini.
"Belum apa-apa kamu sudah melupakan aku. Apa kabar kalau kamu disana dan aku masih harus disini. Mungkin aku benar-benar hilang dari pikiran kamu."
Sierra tersenyum mendengar gerutuan kekasih nya ini. Setelah meletakkan koper ke lantai. Sierra bergeser hingga kini tubuhnya berhadapan Tavish.
"Kamu kalau ngambek ternyata lucu juga." Katanya sambil menangkup wajah Tavish dengan kedua tangannya. Dia membelai pipi pria itu dengan lembut hingga membuat Tavish menutup matanya karena merasa nyaman.
"Kenapa harus buru - buru pulang?" kata Tavish dengan nada merajuk.
"Karena aku harus kerja bos. Dan sebagai karyawan yang baik. Aku harus kembali bekerja supaya hasilnya bisa sempurna." Guraunya sambil menjawil hidung Tavish.
"Tapi kan bos kamu pacar kamu juga. Jadi, aku enggak nuntut apa-apa."
Sierra menolak gagasan itu. "No! Justru karena kamu pacar aku, aku harus kerja lebih bagus supaya bisa seimbang sama kamu."
"Jadi diri kamu sendiri Sierra. Karena itu yang aku suka dari kamu." Tavish menarik tubuh Sierra untuk duduk di pangkuannya. Sierra belum berangkat saja sudah membuat Tavish merindukan wanita ini.
"Aku pasti bakalan kangen sama kamu." Dia memeluk erat pinggang Sierra dan menyelipkan kepalanya di leher Sierra. Menghirup aroma kekasihnya yang sangat disukainya.
"Aku juga. Tapi nanti kita kan bisa ketemu lagi. Satu minggu gak lama Daan." Kata Sierra menenangkan Tavish. Sierra mengelus rambut Tavish dengan penuh kelembutan.
"Kenapa coba mama harus nahan aku pulang bareng sama kamu." Rengeknya di leher Sierra yang membuat wanita itu kegelian.
"Daan! geli!"
"Mama kamu itu masih kangen sama kamu. Karena kamu jarang pulang makanya kamu harus ditahan lebih lama disini. Lagipula, lusa kan keluarga besar kamu mau kumpul. Kalau kamu gak hadir kasian mereka yang udah rindu sama kamu."
Tavish menegakkan kepalanya hingga menatap kewajah kekasihnya ini. "Kamu cantik." pujinya tiba - tiba. Semburat merah muda muncul di pipi Sierra dan membuat pria itu gemas. "Boleh aku cium kamu?" Pintanya.
"Biasanya juga enggak pakai ijin." gerakan tangan Tavish di pipinya membuat Sierra tersenyum lembut. Dia tahu Tavish masih merasa susah untuk membiarkannya pergi. Tapi ini memang sudah waktunya untuk Sierra kembali pulang.
"Kali ini aku ingin sedikit lebih lama mencium kamu. Supaya waktu satu minggu nanti aku masih bisa merasakan kamu yang selalu ada di dekat aku." Setelah itu, Tavish memulai aksinya dan tak membiarkan Sierra melepas ciuman mereka barang sedetik pun.
^^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
RomansaA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...