RED 16

13.2K 794 2
                                    

Tavish kini berbaring di atas tempat tidurnya. Dia menatap langit - langit kamarnya dengan tatapan kosong.

Setelah berbicara panjang dengan Anna. Entah kenapa Tavish kembali memikirkan wajah Sierra yang tadi pagi dilihatnya.

Wajah takut wanita itu terlihat sangat lucu.

Oke, You must be crazy, Daan. Entah dapat pikiran dari mana dia bisa melihat seorang wanita yang sedang ketakutan waktu melihatnya dan dia menyebutnya lucu.

Sungguh tidak masuk di akal.

Tavish kembali menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran anehnya. Sebelum dia tertidur. Tavish kembali mengecek e-mailnya. Dia penasaran apakah Sierra mengirimkan hasil revisi novel itu padanya seperti yang tadi Tavish perintahkan atau tidak.

"Mana e-mail nya? Ck! Wanita ini benar - benar cari perkara." Wanita itu tadi berani menantangnya. Setelah merasa bersalah baru dia menyesal. Tapi kini wanita itu berani lagi melawannya. Hanya karena dia lupa mengabari Sierra sesuai jam yang Tavish minta. Sierra jadi lupa tanggung jawabnya. Seharusnya wanita itu bersyukur karena Anna, Tavish tidak menerornya.

Dengan segera Tavish langsung menghubungi nomor Sierra. Hingga kini layar di telponenya memunculkan wajah Sierra yang terlihat seperti orang yang terpaksa bangun dari tidurnya.

"Sierra!" Suara tegas Tavish hanya di balas deheman oleh Sierra. Wanita itu masih mengarahkan layar ponselnya dengan mata yang masih tertutup. Dia juga terlihat mengucak matanya dengan lengan nya yang terbuka.

Mata Tavish yang sejak tadi menatap ke arah layar ponselnya kini di kejutkan dengan gambaran yang sangat memacu adrenalinnya.

Sialan, Sierra! Kamu berani menantang ku!

Sierra hanya memakai baju tidur tipis berwarna merah darah dengan tali spagheti. Kulit putih Sierra yang mulus dan bercahaya di dalam kamarnya yang gelap entah mengapa terlihat sangat seksi di mata Tavish.

Sierra! Kamu benar - benar pintar mencari masalah!

Tavish kini bahkan menelan ludahnya, melihat sosok yang tadi pagi masih terlihat takut padanya. Dan kini wanita itu berpenampilan minim dihadapannya.

Apa Sierra belum sadar dari tidurnya? Tavish masih belum bisa fokus dengan apa yang ingin di bahasnya di sambungan video call saat ini. Isi kepalanya tiba - tiba hilang.

Sierra! Kamu benar - benar!

"Ck! Bahkan di dalam mimpi pun aku masih merasa terganggu dengan bos diktator itu!" Gumaman Sierra di hadapannya membuat kedua alis Tavish mengerut.

Apa katanya? Bos diktator? Aku?

"Benar - benar pria perfeksionis yang gila! Pergi! Jangan ganggu mimpi indahku!" Ucap Sierra yang masih terlihat mengigau. Dia bahkan menggerakkan tangannya dengan gerakan mengusir Tavish.

"Ck! Aku tidak mau kamu masuk ke dalam mimpi ku lagi, tuan zero mistake!"

Senyuman Tavish tiba - tiba muncul mendengar kalimat Sierra barusan. "Lagi? Berarti dia pernah bermimpi tentang ku sebelumnya?"

Sierra memanyunkan bibir merah mudanya. Yang mana makin membuat dirinya terlihat lucu dan seksi di mata Tavish.

Otak bodoh! Sadarlah, Daan!

"Kamu kenapa sih datang terus kedalam mimpu ku?! Aku kan ingin bermimpi indah dengan pangeran tampan. Tapi kenapa kamu lagi yang muncul!" Igaunya lagi.

Tavish masih belum bisa mengeluarkan suaranya. Entah kenapa dia tiba - tiba ingin mendengar apa yang dikatakan oleh Sierra dalam tidurnya.

Sangat menggemaskan dan seksi. "Oke Daan, kamu harus fokus."

"Hei! Aku tanya pada mu tuan Zero Mistake! Kenapa kamu ganggu mimpi indahku!"

"Mungkin karena kamu terus memikirkan ku." Tavish mencoba mengikuti alur dari mimpi Sierra.

"Aku? Ah! Ya! Aku sejak tadi pasti terus memikirkan mu." Rancaunya dengan asal.

Benarkah? Wanita ini sejak tadi memikirkannya?

"Kamu itu sejak pagi buta selalu membuat ku marah. Menyuruh ku ini dan itu. Aku lelah! Aku kan hanya manusia biasa! Gimana caranya harus bisa selalu terlihat sempurna! Memangnya aku itu kamu!"

"Aku kesal karena kamu buat masa depan ku suram. Aku takut kalau nanti aku di pecat dari kantor kamu dan tidak punya pekerjaan lagi!" Keluhnya masih tetap dengan mata tertutup. Wajah manyunnya terlihat menggemaskan dimata Tavish.

Tavish masih diam mendengarkan keluahan Sierra. Ini terlalu menghibur. Kedua sudut bibir Tavish sudah terangkat. Pria itu tersenyum karena merasa lucu akan tingkah Sierra yang menggemaskan.

"Padahal kan aku suka bekerja di perusahan itu." Senyuman Tavish semakin berkembang ketika tahu Sierra menyukai kantornya dan mencintai pekerjaannya.

"Aku enggak mau di pecat. Nanti kalau gak ada pekerjaan, gak ada yang mau nikah sama aku."

Senyuman itu langsung pudar. Menikah? Dia mau menikah?

Tavish entah kenapa terlihat tidak suka mendengar ide itu. "Dengan siapa?"

"Apanya?"

"Kamu mau menikah dengan siapa?" Tanya Tavish dengan kesal. 

Sierra kembali menggosok-gosok matanya. "Entahlah. Seseorang mungkin. Yang pasti, kalau aku di pecat. Nanti dia gak mau nikah sama aku yang pengangguran ini."

Usulan konyol itu membuat Tavish tersenyum lega. Lega? Sepertinya aku sudah mulai gila.

"Pokoknya, aku enggak mau di pecat, tuan Zero Mistake. Dan, jangan terlalu menuntut ku dengan ini itu. Aku kan manusia biasa. Bisa salah juga. Jadi, jangan ngebuat masa depan ku suram."

Tut!

Setelah mengatakan itu, Sierra langsung mematikan panggilannya. "Ck! Wanita konyol." Gumam Tavish dengan senyuman merekah yang menghiasi wajahnya. Malam ini sepertinya Tavish akan mimpi indah.

^^^

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang