RED 94

5.6K 352 17
                                    

Ketika malam tiba, Sierra sudah siap dengan gaun putih yang terlihat sangat indah di tubuhnya. Siang tadi, Bito dan beberapa pelayan mengantarkan gaun Sierra dan seluruh aksesoris yang di butuhkan wanita itu untuk datang ke sebuah acara penting kata Tavish. Wanita mengikuti saja. Tidak tahu menahu apa acara apa yang akan diselenggarakan oleh kekasihnya. Dalam otak Sierra, mungkin acara perilisan buku Nadine.

Gaun putih off shoulder dengan panjang tujuh per delapan. Serta di sekeliling dadanya bertabur beberapa batu permata. Jangan tanya harganya, sudah pasti sangat mahal. Tavish tidak masalah ketika Bito memilihkan gaun itu untuk Sierra. Meskipun harganya hampir setara dengan membeli satu bangunan penthouse miliknya. Tapi Tavish tidak akan membiarkan Sierra tahu. Bisa habis dia dimarahi karena menghambur-hamburkan uang.

Gaun ini adalah gaun kesepuluh yang akhirnya dipilih Tavish. Setelah banyak gaun yang dia buang karena terlalu terbuka. Bito saja sampai mendapatkan amukan bosnya. Sebelum gaun ini, Sierra sudah memakai gaun lain. Gaun berwarna putih juga. Tampilan depannya memang elegan. Tapi ketika Sierra berbalik ke belakang. Punggung mulusnya terpampang nyata. Tentunya Tavish langsung mengamuk. Dia tidak rela.

"Apa-apaan ini Bito? Kamu tidak bisa menggunakan otak mu dengan benar? Bagaimana baju bolong seperti ini kamu pilih?" Teriaknya sambil menutupi punggung Sierra dari hadangan anak buahnya.

Sierra bahkan sampai terkejut karena Tavish berteriak. "Daan, udah gak apa-apa. Ini bagus kok."

"Bagus dari mana Ra? Ini baju kurang bahan. Aku gak suka. Ganti! Aku gak mau tubuh kamu dilihat sama banyak orang." Tavish kembali mendorong Sierra keruang ganti.

Sierra berbalik dengan muka memelas. "Tapi ini udah yang kesekian kalinya, Daan. Aku capek tau!"

Tavish sebenarnya tidak tega. Tapi dia tetap tidak terima tubuh Sierra jadi santapan pria diluar sana. "Maaf ya. Tapi aku gak mau liat kamu pakai ini didepan pria lain. Hanya aku. Please, ini yang terakhir. Ganti ya."

Tavish langsung meminta Bito menyerahkan gaun terakhir pilihannya. Gaun putih off shoulder yang saat ini dipakainya. Meskipun awalnya tetap menerima penolakan. Akhirnya Tavish setuju. Ya, bagaimana tidak setuju. Sang ibu langsung masuk ke kamar anaknya begitu tahu anaknya itu menyusahkan Sierra. Jadi, Tavish habis dimarahi.

"Sudahlah Daan. Sebaiknya kamu pergi mengurus acara. Mama akan bawa Sierra kembali ke kamarnya untuk didandani."

"Eh! Tidak ada protes!" Tambah Sania begitu melihat Tavish yang ingin mengeluarkan suara.

Karena tidak bisa mengelak lagi. Mau tidak mau Tavish menyerahkan kekasihnya ke tangan ibunya.

Malam ini, Sierra juga memakai kalung yang Bito kirim. Katanya, itu hadiah dari Sania. Lengkap dengan sepatu heels berwarna putih gading yang terlihat sangat indah di kaki jenjangnya.

Rambut Sierra yang sudah dipotong sebahu di biarkannya terurai begitu saja. Make up natural yang Sierra request pada make up artist semakin membuat Sierra terlihat sangat cantik.

Ketika dirinya sudah selesai berhias. Sierra mendengar suara ketukan pintu di depan kamarnya.

"Daan!" Sierra cukup terpesona dengan penampilan Tavish yang menggunakan jas Armani hitam lengkap dengan dasi kupu-kupu yang terikat sempurna di lehernya. Tampan sekali kekasihnya ini.

"Astaga! Rasanya aku tidak ingin membiarkan semua orang melihat betapa indahnya wanita ku malam ini." Langkah kakinya maju satu langkah hingga dia bisa berdiri sangat dekat dengan Sierra. Dia dapat mencium wangi parfum milik Sierra.

Sierra tersenyum malu. Dia menggigit bibirnya. "Jangan digigit. Kalau tidak aku akan menghancurkan make up mu yang sempurna ini." Jarinya mengarah ke bibir Sierra hingga gigitan wanita itu lepas.

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang