RED 25

13K 690 1
                                    

Kedua tersangka yang faktanya tidak bersalah sama sekali. Namun, entah kenapa sial. kini sedang duduk dengan wajah yang tertekuk di hadapan sosok tamu yang baru saja datang tanpa diundang pagi ini.

Sang pria pastinya segera merubah wajahnya dengan sebuah senyuman manis begitu melihat sosok tamu yang sangat disayanginya itu. Sedangkan, Satu wanita di ujung kursi sebelahnya yang saat ini terlihat menundukkan kepalanya. Wajahnya dihiasi warna merah karena menahan gugup dan malu.

Kenapa aku kayak orang yang ketauan berbuat hal buruk sama bos sih, batinnya.

Tavish yang saat ini sudah mengganti pakaiannya dari bathrobe menjadi pakaian yang lebih sopan dan simple, kaos hitam dan celana pendek berwarna senada yang sudah terpasang sempurna di tubuhnya. Kini berjalan mendekati kedua wanita itu.

Sierra yang melihat Tavish keluar dari kamarnya dengan pakaian kasual sempat terpana dengan laki-laki itu. Tapi tentu saja Sierra langsung mengalihkan pandangannya agar bosnya tidak tahu. Sierra langsung menundukkan kepalanya lagi ketika sosok wanita di depannya sempat melihat aksinya yang mencuri pandang kearah Tavish.

Mati aku!

Tavish kini menatap sosok wanita yang tiba - tiba datang ke apartemennya itu dengan lembut. Meskipun jantungnya deg-degan karena merasa dia sudah melakukan kesalahan. Tapi Tavish mencoba untuk relax. Tavish justru memberikan raut wajah tanpa rasa bersalah kepada adiknya.

"Jadi, bisa kakak jelaskan?" Suara lembut khas seorang Annastasha kini memulai percakapan. Situasi canggung sedikit mulai berkurang. 

Tavish tersenyum dan mengedikkan bahunya acuh. "Apa yang harus aku jelaskan Anna?" Tanya Tavish kembali.

"Ini? Kalian berdua? Situasi aneh tadi yang aku lihat?" Dia menunjukkan beberapa hal yang jelas masih terbayang di kepalanya.

Sierra hanya bisa menunduk. Dia tidak akan buka suara sampai Tavish menyuruhnya. Tidak ingin kena masalah, lebih tepatnya. Situasi ini sudah sangat memalukan untuk di lihat oleh seorang Annastasha. Adik dari Tavish, yang wajahnya sejak tadi tidak pernah berubah memasang raut terkejut.

Oh ayolah! Aku seperti seorang pendosa disini! Bos! Jangan cuma diem aja!

Sierra menatap Tavish yang justru terkesan santai. Degup jantung Sierra bahkan sudah tak menentu. Dia takut jika Anna akan menganggapnya wanita murahan. 

"Dia hanya editor yang ada di kantorku. Dan aku menugaskannya kesini. Situasi tadi tidak ada apa - apa. Tidak terjadi apa-apa diantara kami, Anna. Kamu hanya salah paham." Jelas Tavish mencoba memberikan penjelasan akan situasi yang tadi dilihatnya. Meskipun ketika Tavish mengatakan bahwa tidak ada apa-apa di antara mereka, sempat membuatnya teringat kejadian semalam. Wajah Tavish sedikit memerah. Tapi Tavish mencoba untuk tenang agar Anna tidak menyadarinya.

"Ya. Dan menurut kamu aku percaya jika kalian tidak melakukan apa-apa?" Senyuman penuh arti muncul dari wajah Anna yang kini menatap kedua pasangan pria dan wanita di depannya saat ini.

Oh sudah pasti ini ada apa - apa, mama pasti akan senang dengan berita ini. batin Anna.

"Memangnya ada apa? Kita tidak melakukan hal aneh." Sejak kalimat itu keluar. Entah kenapa semburat merah muda itu kembali muncul di pipi Tavish. Bukan hanya pria itu saja, Sierra pun kini wajahnya juga sudah memerah. Membayangkan hal aneh yang di sebutkan Tavish, apakah kejadian semalam termasuk?

Anna kembali tersenyum melihat sikap malu-malu dari Tavish dan Sierra. "Benar dugaan ku. Kalian ada apa-apa."

Tavish menatap adiknya dengan tatapan kesal untuk pertama kalinya. Dia sudah yakin jika wanita kesayangannya ini akan membeberkan berita tidak benar ini kepada sang mama.

"Tidak ada yang terjadi Anna. Aku baru saja mandi dan ketika aku keluar, kamu datang."

Anna menatap Sierra yang masih menunduk. Dia melihat ke arah rambut wanita itu yang masih lembab. "Ya. Apalagi dengan kepala kalian yang masih sama - sama basah. Sudah jelas tidak akan terjadi apa-apa." Tekannya di kalimat terakhir sambil mengeluarkan senyuman menyindir.

Sierra dan Tavish langsung menyentuh kepala mereka masing - masing.

"Kamu salah paham Anna." Bantah Tavish lagi.

Anna kembali mengeluarkan senyumannya. Dia kini menatap Sierra yang entah kenapa masih betah menunduk. "Maaf, boleh aku tau nama kamu siapa?" Tanya Anna dengan lembut.

Sierra menaikkan kepalanya dan menatap Anna dengan senyumannya yang canggung. "Sierra."

Anna menarik tangannya supaya bisa berjabat tangan dengan Sierra. Sierra langsung membalas jabatan tangan adik dari bosnya ini.

Ya Tuhan, kulitnya lembut sekali.

"Senang berkenalan dengan mu calon kakak ipar. Malam ini aku tunggu di rumah untuk makan malam."

Kedua mata Sierra dan Tavish membulat mendengar panggilan Anna.

Apa? Kakak ipar katanya? batin Sierra.

Gadis bodoh! Gerutu Tavish.

Anna segera bangkit dari duduknya. Dia tidak ingin mendengar bantahan apapun dari Tavish maupun Sierra. "Kalau begitu aku pulang dulu. Lanjutkan saja kegiatan kalian. Aku tidak akan mengganggu. Jangan lupa datang ke rumah calon mertuamu, kakak ipar! Aku tunggu!" Ucapnya dengan penuh semangat sambil menutup pintu apartemen Tavish.

^^^

RED: He is A Mr. Perfect (Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang