"Tunggu!" Panggil Sierra sebelum dirinya masuk ke dalam mobil sport berwarna hitam pekat milik Tavish. Mobil limited edition yang khusus di design untuknya.
Wanita itu sempat tercengang begitu melihat mobil dengan dua pintu di depannya ini. Oh ayolah, mobil ini sangat mahal. Dino saja bahkan akan pingsan hanya melihatnya.
"Kenapa tidak di antar Stuart saja?"
Sierra lebih nyaman dengan Stuart. Pria itu bisa di ajak berbicara apa saja. Dan tambahannya, Stuart itu masih muda dan tampan. Wajah nya yang ramah membuat siapa saja akan tertarik berbicara dengannya. Tidak seperti Tavish yang selalu berwajah datar dan dingin.
"Kenapa kamu mencarinya?" Tanya Tavish dengan nada tidak suka. Pria itu berniat membukakan pintu untuk Sierra. Tapi, begitu mendengar wanita itu mengucapkan nama pria lain. Membuat darah Tavish mendidih.
"Saya suka dengan Stuart." Balas Sierra apa adanya. "Suka?!" Tatapan penuh amarah milik Tavish seakan menguliti Sierra.
"Maksud saya, saya suka ngobrol sama Stuart. Dia ramah."
"Terus maksud kamu, saya tidak ramah. Begitu?!" Tanya Tavish lagi dengan penuh tekanan.
Sierra hanya bisa menunduk dan tak membalas ucapan Tavish. Dia takut dengan tatapan tajam milik bosnya ini. "Masuk! Dan jangan bicarakan tentang Stuart lagi di depan saya." Ada nada cemburu dari kata - katanya yang secara tidak sadar keluar dari mulut Tavish. Tapi dia beruntung karena Sierra tidak menangkap maksudnya tersebut. Wanita itu masih menunduk dan hanya bisa menuruti kata - kata Tavish tanpa bantahan lagi.
^^^
Hanya memakan waktu 20 menit dari rumah orang tua Tavish ke apartemen pria itu. Dengan keadaan jalan Singapura yang jarang macet dan juga mobil sport keluaran terbaru yang melaju dengan kencang. Membuat semuanya jadi cepat.
Kini, Sierra sampai di apartemen elit di bilangan orchard rood. Dekat dengan mall besar yang ada di hampir setiap sudutnya. Dan juga marina bay hotel. Hotel yang cukup terkenal untuk orang seperti Sierra yang selalu berkeinginan untuk menginap disana jika mengunjungi Singapura. Apartemen Tavish juga dekat dengan taman yang terkenal di Singapura, Garden by the bay. Sierra menetapkan pada dirinya jika dia harus bisa mengunjungi tempat itu sebelum pulang.
Sierra sempat terkejut dengan harga apartemen yang di miliki Tavish. Harga yang tidak bisa di bayangkan oleh Sierra. Sultan sekali bosnya ini.
"Turun!" Perintah Tavish begitu dia sampai di pintu masuk lobi.
Tavish menyerahkan kuncinya ke seorang valet. Dan dia mengeluarkan koper Sierra dari mobilnya. Sejak tadi, Sierra tidak diijinkan Tavish memegang kopernya. Pria itu selalu memegang kopernya dan membawanya seorang diri. Entah apa maksud bosnya itu.
Setelah memasuki lift, Tavish menekan angka 30. Rupanya dilantai ini seluruhnya adalah milik Tavish. Dan hanya Tavish sendiri yang bisa menekan nomor lantai kamarnya dengan kartu freepass miliknya.
Gila! Satu lantai hanya untuk dirinya sendiri.
"Jangan beritahukan password saya dengan siapapun. Karena ini adalah tempat pribadi saya. Paham Sierra?!" Tekan Tavish begitu dia berhasil membuka pintu. Dia sempat menahan Sierra sebelum masuk ke dalam apartemennya. "Paham pak. Lagi pula siapa juga yang mau saya kasih tahu."
Kalau ini tempat pribadi. Kenapa mengajak ku dasar bos bodoh!"
"Masuk!" Tavish membawa koper Sierra kedalam ruang tamu. Sierra menatap ke sekeliling ruangan yang sangat besar didepannya saat ini. Begitu sampai, dia akan disuguhi pemandangan Singapura dari kaca besar yang ada di ruang tamu. Bahkan dia bisa melihat Garden by the bay dari kaca ruang tamu Tavish.
Sierra terus berkeliling melihat isi apartemen milik bosnya. Dia melihat disebelahnya ada ruang santai dan tv layar lebar. Kaki Sierra pun kini melangkah ke dapur dan melihat peralatan dapur Tavish yang lengkap.
"Saya boleh masak pak?" Tanya Sierra begitu dia melihat bagaimana indahnya dapur milik Tavish. Alat - alat masak di dapur pria itu sangat lengkap. Ini adalah dapur impian Sierra. Jika dia bisa bermimpi, memiliki rumah dengan dapur indah seperti ini. Jelas Sierra tidak akan bosan memasak.
"Kamu bisa masak?" Tanya Tavish dengan wajah terkejut.
"Hei! saya wanita pak. Tentu saya bisa masak."
"Saya pikir wanita seperti mu tidak suka dengan dapur."
Sierra menatap Tavish dengan kesal. Enak saja bosnya itu menuduh tanpa tahu kebenarannya. "Ibu saya selalu menyuruh saya masak sejak kecil. Jadi, mau sesibuk apapun. Kalau dirumah saya pasti masak pak." Kata Sierra yang tidak mau di remehkan.
"Memangnya apa masakan andalan mu?" Tanya Tavish menantang.
"Ayam serundeng." Balasnya lantang.
Itu makanan kesukaanku, batin Tavish. Dia menelan ludahnya membayangkan betapa lezatnya makanan itu.
"Kamu bisa membuat itu?" Tavish masih tidak mau memperlihatkan pada Sierra jika dirinya sudah mulai jatuh perlahan - lahan oleh pesona wanita polos ini. Apa lagi kelebihan wanita ini yang tidak dia tahu? Kenapa semakin kesini, semakin Tavish penasaran akan Sierra.
Sierra mengangguk dengan penuh keyakinan. "Bisa pak. Itu mudah. Saya bisa masak makanan pendamping lainnya."
"Kalau begitu kamu masak untuk saya malam ini."
Kening Sierra mengerut. "Hari ini? Bukannya kita mau bahas project Ms. Nadine dulu?"
Tavish langsung menolak keras. Dia sudah ingin merasakan masakan Sierra secepatnya. "Itu bisa kita bahas setelah makan."
"Ok. Kalau begitu. Bapak ada bahan - bahan buat saya masak?"
"Kita pergi ke swalayan di bawah apartemen saya."
^^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
RomantizmA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...