Keesokkan paginya, keadaan Sierra sudah terlihat lebih baik atau bahkan lebih dari itu. Sejak semalam, status nya yang hanya sebatas karyawan di kantor milik Tavish. Kini berubah menjadi kekasih pria itu. Hal yang tak pernah terbayangkan selama masa hidupnya sebagai wanita single sejati.
Setelah perdebatan panjang semalam, di mana dia selalu menolak dan mengelak akan sikap Tavish yang mengakui dirinya sebagai milik pria itu. Akhirnya Tavish keluar sebagai pemenang adu debat yang terjadi di antara keduanya. Dengan segala perintah -yang tak boleh di bantah- miliknya, Tavish mengklaim jika Sierra mulai tadi malam adalah miliknya.
"Masak apa?" Suara dari pria yang sejak semalam terus bersemayam di kepalanya kini terdengar. Tavish berjalan ke arah Sierra yang saat ini sedang berdiri di depan kompor. Tanpa tahu malu Tavish langsung melingkarkan tangannya ke perut Sierra dan meletakkan kepalanya di bahu kecil wanita itu. Tubuh Sierra yang terlihat kecil dalam pelukan Tavish seketika menegang. Bosnya ini bisa sekali mengambil kesempatan dalam kesempitan.
"Pak! Tangannya!" Titah Sierra dengan nada kesal.
Tavish seolah tuli. Pria itu terlihat tidak peduli dengan sikap sierrra yang menolaknya. Di otaknya hanya berfikir jika pelukan ini sangatlah nyaman.
Benar kata Anna, aku akan jadi bucin sejati. Ucapnya dalam hati dengan wajah penuh senyuman.
Tak masalah, aku suka jadi bucin-nya. tambahnya lagi.
"Pak! Lepasin! Risih tahu!" Sierra menggerakkan bahunya supaya Tavish melepaskan pelukannya. Tapi semua hal itu terlihat sia - sia. Tavish masih tetap bertahan di tempat ternyamannya.
"Sejak semalam aku bilang, jangan panggil aku pak, Sierra!" Suara dalam milik Tavish yang sedang menahan kesal membuat Sierra mau tidak mau menurut.
Dasar pria penuntut!
"Ok, fine! Kalo gitu lepasin dong Tav."
"Daan."
"Huh! Apa?"
"Panggil aku Daan."
Sierra membalikkan tubuhnya setelah mematikan kompor. Pagi ini dia hanya memasak nasi goreng sosis dengan campuran telur dan sedikit sayur.
"Siapa Daan?"
Tavish mengarahkan jarinya ke arah wajahnya. "Aku. Itu panggilan rumah milik ku. Hanya keluarga ku yang memanggilku seperti itu. Dan aku juga mau kamu memanggil ku seperti itu." Jelas Tavish dengan penuh kelembutan.
"Ok." Dengan mudahnya Sierra menuruti kemauan Tavish. Dia tahu jika dirinya mengelak pun Tavish pasti akan selalu menang untuk membuatnya mengikuti kemauannya. Dia langsung menyingkirkan pria itu dari hadapannya dan memindahkan nasi goreng yang baru di masaknya ke atas piring.
"Mau minum apa?" Tanya Sierra yang masih sibuk bolak balik di dapur milik Tavish seolah dia sudah terbiasa melakukannya. Tavish yang membayangkan jika suatu hari dirinya menikah dengan wanita pujaannya, mungkin akan melihat hal seperti ini. Dia bisa merasakan jika Sierra yang akan menjadi pemilik hatinya, yang berhak membolak balik kan hatinya, seperti wanita itu yang saat ini sedang bolak balik di dapur apartemen nya hanya untuk mengurusi sarapannya.
"Aku mau teh chamomile."
Dengan cekatan Sierra membuatkan Tavish minuman yang di inginkan ya.
"Ini. Dan ini nasi goreng mu tuan." Ledeknya sambil meletakkan sepiring nasi goreng hangat di depan Tavish. Tavish hanya bisa tersenyum kecil.
"Dasar jahil."
Melihat sikap Sierra yang mulai terlihat nyaman bersamanya. Membuat Tavish senang. Wanita itu perlahan lahan akan bisa merasakan rasa suka seperti apa yang Tavish rasakan padanya.
"Ayo makan bersama." Dia menuntun Sierra untuk duduk di sebelahnya. Di temani sepiring nasi goreng dan teh hangat dan percakapan ringan di pagi hari. Pagi ini menjadi pagi paling spesial untuk Tavish dan juga Sierra selama hidupnya.
^^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
RomansaA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...