"Dok! Tolong temen saya." Teriakan Dino di pintu masuk ruang UGD membuat beberapa pasien terkejut. Sambil menggendong Sierra, Dino berteriak pada siapa saja untuk mendapatkan pertolongan.
"Pak, silahkan mbak nya di tidurkan di sini dulu." Seorang suster yang menjaga stasion menyambut Dino dengan ramah. Dia menunjuk ke arah tempat tidur yang ada di salah satu kamar UGD di pojok sana.
"Sus, temen saya gak kenapa - kenapa kan?" Suster itu dengan sigap langsung memberikan infus kepada Sierra. Dan mengecek tensinya.
"Dia pingsan karena demam tinggi. Biar bapak tunggu penjelasan dari dokter nanti."
"Baik sus." Setelah memberikan penanganan pertama, suster itu kembali lagi ke stasionnya untuk memanggil dokter penjaga."Dok maaf kalau saya ganggu istirahatnya, pagi ini UGD lagi hectic banget. Ada pasien yang baru dateng. Gejalanya demam tinggi, dehidrasi, dan asam lambung yang naik."
Suster muda menundukkan kepalanya di samping seorang dokter yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja, yang sejak tadi mencoba terpejam tapi selalu saja datang gangguan.
"Suster Tana. Sudah saya bilang jika ada pasien baru. Kamu saja dulu yang handel." Balasnya datar. Dia menatap ke arah perawat yang baru saja mengganggu waktu istirahatnya dengan tajam.
"Tapi dok, dokter yang lain juga sedang sibuk di ruang operasi. Dan dokter yang shift siang hari ini ijin telat karena ada acara keluarga dadakan di rumahnya. Saat ini belum ada yang bisa handel sama sekali dok."
Dokter yang bernama Dimas itu mendengus kasar. "Ya terserah kau saja. Aku lelah dan ingin istirahat!" Bentaknya tiba-tiba. Untung saja mereka sedang ada di dalam ruangan yang tertutup khusus untuk dokter beristirahat. Jadi, teriakan itu tidak terdengar oleh pasien lain. Bisa bahaya jika banyak pasien yang akan menilai rumah sakit tempat mereka dengan jelek karena salah satu dokternya lebih memilih untuk tidur dari pada membantu menyelamatkan nyawa pasien.
Suster Tana yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa kembali menganggukkan kepalanya. "Baik dok. Kalau begitu biar saya ...."
"Saya saja." Suara di depan pintu yang terdengar berat membuat kedua orang itu terkejut. Siapa yang akan menyangka jika pemilik rumah sakit ini sekarang ada didepan mereka. Terlebih, salah satu di antara mereka baru saja melakukan hal buruk dengan tidak mementingkan pasien yang nantinya bisa saja membuat nama rumah sakit tercemar.
"DOKTER KENNATHAN!" Keduanya langsung berdiri tegap. Rasa kantuk dari dokter yang bernama Dimas tadi langsung menghilang seketika.
"Biar saya saja suster. Lagi pula dokter itu butuh istirahat yang panjang setelah ini." Dokter Dimas menelan ludahnya secara kasar. Tamat sudah riwayatnya.
Setelah mengatakan itu, Kennathan keluar dan diikuti oleh Suster Tana. Sedangkan didalam, dokter Dimas sedang meruntuki kebodohannya. Nasibnya setelah ini pasti akan hancur.
"Dokter sejak kapan disana? Oh tidak! Maksud saya, dokter pasti baru saja tiba di rumah sakit ini. Sebaiknya dokter beristirahat saja."
"Tidak perlu suster. Sebagai seorang dokter, sudah kewajiban saya untuk membantu menyembuhkan dan menyelamatkan pasien. Jadi, istirahat bisa dilakukan jika kewajiban kita sudah kita lakukan."
Suster Tana menatap Kennathan dengan penuh kagum. Pria kaya raya sekaligus pemilik rumah sakit ini. Dia juga seorang profesor di rumah sakit tapi masih saja merendah dan tidak sombong. Pria seperti ini yang terlihat sangat tampan dan sempurna di mata semua wanita.
"Siapa nama pasien ini?" Tanya Kennathan sambil mengeluarkan stetoskopnya dari kantong jas dokternya. Sejak kemarin dirinya tiba di Jakarta. Kennathan langsung datang ke rumah sakit miliknya. Meskipun hanya petinggi - petinggi rumah sakit yang tahu akan inspeksi dadakan Kennathan. Setelahnya, Kennathan langsung memilih pulang ke apartemen dan mencoba menghibur sepupunya yang terlihat sedang ada masalah.
Dan hari ini, tujuan Kennathan adalah inspeksi untuk seluruh karyawannya dan juga peninjauan rumah sakitnya. Meskipun dikenal sangat ramah, tukang jail di dalam keluarga besarnya. Di luar rumah, seorang Kennathan akan justru terlihat sebaliknya. Dia akan menampilkan wajah garang, dingin dan datar nya.
"Nona Sierra dok." Langkah Kennathan langsung berhenti.
Sierra? Tidak mungkin, ada banyak nama Sierra di dunia ini. Belum tentu Sierra ini adalah orang yang dikenalnya.
"Ada apa dokter?" Tanya suster Tana karena melihat Kennathan yang berhenti tiba-tiba.
"Tidak ada. Berikan datanya. Biar saya baca gejalanya."
"Sepertinya nona Sierra mempunyai maag akut. Dan sekarang asam lambungnya naik. Dia juga mengalami dehidrasi. Tekanan darahnya juga rendah. Untung saja pacarnya mengantar nona Sierra segera ke rumah sakit. Karena kalau tidak, asam lambungnya akan semakin parah."
"Pacar?" Kening Kennathan mengerut.
"Iya dok. Tadi nona Sierra di gendong dengan pacarnya ke dalam UGD. Dia terlihat sangat romantis dok."
"Berarti bukan Sierra yang aku kenal." Gumam Kennathan lagi. Karena jika iya, tidak mungkin sepupunya tidak panik dan justru sedang tidur di dalam apartment pria itu saat ini.
Ketika akhirnya Kennathan masuk ke dalam ruangan UGD yang saat ini sedang penuh dengan pasien. Matanya mencari sosok Sierra yang akan di periksanya. Ada seorang pria yang sedang menunduk ke arah satu pasien di pojok ruangan ini.
Kennathan yakin jika itu adalah pasien yang bernama sama dengan kekasih sepupunya.
"Selamat sore nona Sierra. Saya akan ... Loh? Sierra?!" Tatapan terkejut Kennathan membuat Dino menatapnya heran.
"Anda mengenal Sierra dokter?" Tanya Dino yang masih setiap menunggu sahabat nya.
Kennathan benar-benar terkejut melihat Sierra di brangkar rumah sakitnya.
Dan yang lebih mengherankannya lagi, saat ini justru bukan Tavish -sang budak cinta- kekasih nya yang menunggui Sierra di rumah sakit. Melainkan pria asing yang baru sekali di lihatnya.
"Anda siapa? Kenapa anda bisa membawa kekasih sepupu saya kesini?" Kennathan menatap Dino dengan tajam.
"Kekasih? Dokter bilang apa tadi?" Dino menatap Kennathan dengan wajah penuh tanda tanya.
Siapa pria ini? Kenapa bukan Daan yang membawa Sierra ke runah sakit?
"Saya Kennathan. Dokter disini. Dan Sierra adalah pacar sepupu saya."
"Dan anda adalah sepupu bos saya?" Lagi Dino mencoba memastikan perkataan Kennathan.
"Ya. Saya sepupu dari Tavish Daan." Kedua bola mata Dino terbuka lebar. Kenapa dia bisa lupa jika dokter yang memiliki wajah di atas rata-rata ini adalah saudara dari bosnya. Bisa habis dia jika bosnya tahu kalau dia membawa kekasihnya tanpa ijin darinya.
^^^
Ada sedikit perubahan ya. Maaf karena kurang teliti. 🫶
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: He is A Mr. Perfect (Revision)
RomanceA SERIES OF 'COLOR OF LOVE'. 1st Sequel 'RED' 2nd Sequel 'PINK' 3rd Sequel 'GREY' 4th Sequel 'BLACK' Do not copy my works. If you find any similarities in names, places, or situations. It is just inadvertence. Rank: #3 keinginan (16/09/2020)...