Sore hari di Sekolah yang mulai sepi karena di tinggal oleh sebagian besar penghuni, saat Rafa sedang berjalan sambil memainkan ponsel selepas meninggalkan Fia tiba-tiba ada yang memanggilnya,
"Rafa!"
Suara seseorang yang sudah tak asing lagi baginya, belum melihat pun Rafa sudah bisa menebak siapa orang yang memanggilnya.
Rafa menghentikan langkahnya lalu menoleh, sesuai dengan tebakannya, ia melihat Rifa sedang menghampirinya,
"Eh, Rif." Jawab Rafa kaku.
"Kamu belum pulang, Raf?" tanya Rifa sambil mendekat lalu menyetuh pundak Rafa.
Sambil tersenyum kecil Rafa menggelengkan kepala,
"Maaf ya! akhir-akhir ini kita jarang berangkat sama pulang bareng."
"Udah punya pacar tapi masih bisa bilang maaf ga bareng, mau kamu tuh sebenernya apa sih, Rif?" Gumam Rafa bertanya dalam hati sambil menyembunyikan kekesalannya.
"Ya gapapa, kan kitanya sama-sama sibuk." Ucap Rafa yang senyumnya mulai memudar.
"Oh iya, denger-denger di ekskul English Club nya kamu, kamu ke pilih jadi salah satu perwakilan Sekolah buat lomba ya?!" tanya Rifa sambil tersenyum lebar.
"Iya."
"Wahhh!" Rifa bertepuk tangan dengan gerakan cepat dan kencang, kedua matanya tampak sangat bercahaya, mendengar kabar gembira itu membuat Rifa merasa sangat senang.
"Selamat yaa!" Ucap Rifa yang tiba-tiba memegang kedua tangan Rafa sambi tersenyum.
Rafa melirik sejenak ke kedua tangannya yang di genggam Rifa,
Rifa melompat-lompat kegirangan sambil terus memegangi tangan Rafa,
"aku dari awal juga udah yakin kamu pasti ke pilih Raf! pokoknya nanti pas hari H nya aku...."
Bukan fokus pada Rifa yang sedang berbicara padanya Rafa malah terus memperhatikan kedua tangannya yang sedari tadi di genggam oleh sahabat semasa kecilnya itu sambil sesekali menatap wajahnya.
"Raf." Rifa menjentikan jari tepat di depan wajah Rafa.
Rafa terus terdiam menatap Rifa,
"RAFA!" Rifa menggoyangkan kedua tangan Rafa.
"EH, I..iya," Rif?
Rafa terbangun dari lamunannya langsung melepaskan kedua tangannya dari genggaman Rifa.
"Iya, emm...makasih, Rif."
"Kamu kenapa sih?! bukannya dengerin malah ngelamun!" tanya Rifa kesal yang kemudian mengembungkan pipinya memasang wajah cemeberut.
"Gapapa."
"Oh ya? coba sini nunduk!" sambil terheran-heran Rafa menuruti Rifa.
"Ga panas." Ucap Rifa seraya menyentuh keningnya dan kening Rafa secara bergantian membandingkan suhu badan.
Saat Rifa sedang memegangi kening Rafa tiba-tiba tangannya ditarik seseorang, tentu saja orang itu adalah Erfan, kalau bukan dia, siapa lagi? seperti memiliki alat pelacak yang super akurat Erfan selalu bisa dengan mudahnya menemukan Rifa, si anak yang Ayah kandungnya berprofesi sebagai Dokter itu melirik sejenak ke Rafa, ia memutar bola matanya malas, Rifa melihat ke tangannya yang di tengah di tarik lalu menoleh ke belakang,
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...