"In your heart I'm not the only one but in my heart you are the one"•••••••••••••••
Seketika ekspresi Rafa berubah menjadi kaku saat ia melihat seorang laki-laki yang kini menjadi pacar dari sahabatnya sekaligus perempuan yang ia suka. Ya, tak lain dan tak bukan ialah Erfana Witama. Rafa merasa sangat bingung, luka yang ia rasa belum sepenuhnya pulih tapi hatinya seperti sudah di sayat membuat luka yang sedang ia rasakan jadi melebar.
Sambil memegangi buku komik yang tadinya akan ia berikan ke Rifa, Rafa bergeming memandangi ketiga siswa yang bersekolah di Sekolah yang sama dengannya itu,
"Yuk Raf!" Ajak Rifa sambil tersenyum.
"Ayo Raf!" sambung Erfan.
Rafa tersenyum pada Rifa,
"Iya."
Rafa mengurunkan niatnya untuk memberikan buku komik pada Rifa, ia meletakan buku yang sedari tadi di pegang itu ke dalam tasnya. Karena sudah berpamitan, Rafa segera menutup pintu rumahnya lalu langsung menghampiri Rifa, Yazi dan Erfan. Mereka pun berangkat ke sekolah bersama-sama.
Di perjalanan saat sedang berjalan menuju Halte Rafa melangkah sesuai dengan tempo langkah Yazi, mereka berjalan sejajar sedangkan Rifa dan Erfan berjalan lebih dulu tepat di hadapan mereka. Sesekali Rafa melihat Rifa yang tampak senang sedang asyik berbincang dengan Rafa, ia mengabaikan Yazi yang sedari tadi sedang mengoceh bahkan sudah sampai berbusa,
"Nanti pulang sekolah kita ke rumah Yazi ya!"
"Iya, jadi kan?"
"Jadi dong!" menoleh ke belakang, "jadi kan zi?"
"Yoi!"
Mendengarnya Rafa sudah bisa menebak, pasti hari ini ia tidak akan lagi bisa pulang bersama dengan Rifa. Rafa mengambil ponselnya yang di letakan di dalam tas, ia lebih memilih memainkan HP pintarnya ketimbang mendengarkan obrolan mereka. Beruntungnya saat sedang berada di Halte mereka tidak sampai menunggu lama busnya, mereka bergegas menaiki bus itu. Rafa memiliki kebiasaan memilih bangku jajaran depan, setelah memilihnya ia langsung duduk lalu mengambil earphone dari dalam tasnya, ia menempelkan earphone bagian kiri ke telinga kanannya, lalu menyodorkan bagian earphone bagian kanannya ke samping sambil berkata,
"Nih Rif! kamu..."
Rafa melihat bukan Rifa yang di sebelahnya, ia malah melihat Yazi yangsedang asyik bermain game ponselnya. Yazi melirik,
"Apa Raf?"
"Emm, gak, bukan apa-apa."
Ia langsung menempelkan earphone yang tadi di sodorkan ke telinga kirinya.
Yazi kembali menatap layar ponselnya.
Rafa melihat ke belakang, ia melihat Rifa yang sedang bersenda gurau dengan Erfan lalu kembali melihat ke arah depan. Di saat itulah ia menyadari kini keadaannya tak lagi sama. Seiring berjalan waktu mungkin Rafa bisa mulai terbiasa.
Sesampainya di kelas, setelah duduk di bangku masing-masing Rifa akan mengeluarkan buku pelajarannya dari dalam dalam tas tapi tiba-tiba ia melihat tangan seseorang yang menyodorkan sebuah buku komik,
"Nih!"
Rifa memperhatikan buku komik itu, itu adalah serial komik jadul yang ia inginkan, Rifa langsung mengambilnya,
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...