Memang ada kalanya sesuatu terjadi secara tiba-tiba, baik itu mendapatkan keberuntungan maupun tertimpa kesialan, tidak ada seorang pun yang bisa menebak apa yang akan kita dapatkan, yang bisa di lakukan hanyalah berusaha sebaik mungkin menjalani hidup ini meski tak selalu sesuai dengan keinginan hati, seperti itulah yang sedang Rifa alami.
Si Pembawa acara langsung meng-handle acara guna meredakan suasana.
Melihatnya Rafa pun turut panik ia langsung berlari ke backstage tanpa menghiraukan Adi yang sedari tadi ada di sebelahnya, teman laki-laki yang paling akrab dengannya sejak SMP itu melihat Rafa yang pergi begitu saja,
"RAF!"
Adi memanggilnya lalu bergegas menyusul Rafa.
Sesampainya di backstage dengan nafas yang terengah-engah, Rafa melihat Rifa yang baru saja siuman sedang di kerumuni oleh dua panitia, saat hendak mendekat ia melihat Erfan yang mendekat ke Rifa lalu menyodorkan sebotol minuman padanya,
"Minum dulu!" pinta Erfan seraya memegangi pundak Rifa.
Rifa pun menuruti perkataan Kekasihnya itu.
Rafa mengedip-ngedipkan matanya perlahan melirik sejenak ke samping, ia sedikit menunduk, merapatkan mulutnya lalu menghela nafas.
Rafa baru ingat kini sudah tidak seperti dulu lagi, tambatan hatinya sudah di miliki orang lain, bagi dirinya ia bukanlah sosok yang Rifa nanti.
Si anak tunggal keluarga Arata itu memundurkan langkahnya perlahan lalu keluar dari Ruangan.
Reta yang sedari tadi fokus melihat ke Rifa yang masih terlihat lemas tak sengaja melihat Rafa yang tiba-tiba keluar dari Ruangan. Bak seorang Cenayang yang handal Reta bisa membaca situasi, ia melihat ke Erfan dan Rifa secara bergantian.
Lalu ada keempat rekan satu grup dance nya yang menghampiri Reta, dan Rifa,
"Rifa, Reta! kita juara tiga!" ucap salah satu teman satu grupnya dengan gembira sambil membawa piala.
Erfan, Reta dan Rifa menoleh bersamaan,
"Asiikk!" Ucap Reta girang sambil bertepuk tangan.
"Gapapa Juara tiga juga, yang penting kita udah kerja keras dan ini hasilnya." Ucap Rifa yang masih terlihat lemas.
Erfan menatap Rifa,
"Selamat ya!"
Rifa menoleh,
"Makasih, Kak."
Erfan mengelus kepala Rifa, mereka saling tersenyum.
Adi yang berlari mengikuti Rafa dari belakang baru sampai di backstage, ia melihat Rafa yanng keluar dari tenda ruangan kontestan,
"Gi..gimana Rifa, Raf?!" tanya Adi seraya mencoba mengatur pernapasannya karena lelah berlari.
"Dia udah sadar."
"Syukur deh kalo gitu." Ucap Adi mengelus dada.
Tanpa melihat ke Adi Rafa kembali melangkahkan kakinya tapi Adi menahannya, ia menyentuh pundak Rafa,
"Eh, lu mau kemana??!"
"Toilet di." Jawab Rafa langsung melepaskan tangan Adi yang menyentuh pundaknya
"Lah?? di ruangan ini juga kan ada."
"Penuh."
"Oh ya di."
Rafa mengeluarkan sesuatu dari dalam tas soren kecilnya, sebuah amplop coklat,
"Nitip! buat Rifa, abis dari Toilet gua mau langsung pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...