Rifa mengedarkan pandangan mulai menyadari di dalam Gudang sangat minim cahaya, tangan dan kakinya mulai gemetar ia berjalan pelan menghampiri salah satu sudut yang ada di ruangan itu
lalu duduk. Rifa mengambil ponselnya ia berusaha berpikir cepat siapa yang akan ia hubungi, si gadis pecinta film fantasi itu tidak ingin mengambil resiko menelepon Ayah dan Ibunya, tanpa ragu Rifa langsung menelepon pacarnya, Erfana Witama.Rifa mencoba menelepon Sang Kekasih berkali-kali tapi tak kunjung ada jawaban, ia baru teringat si gitaris band Sekolah sekaigus Ketua Osis itu sedang bermain basket bersama teman-temannya, ia hendak menelepon Adi tapi mustahil Adi bisa cepat sampai karena Rifa tahu alasan Adi tidak ikut serta menjadi panitia, lokasi Adi berada pun jauh dari Sekolah.
Mungkin Jika Rifa kereta Rafa adalah stasiun, kemanapun kereta pergi pasti akan selalu kembali ke Stasiun yang semula karena semakin ketakutan tanpa pikir panjang Rifa menelepon sahabatnya itu,
Sementara itu Rafa yang sedang berada di Rumah Sakit sebentar lagi akan menjalani terapinya, Anak kandung dari seorang Ibu yang profesinya sebagai pekerja kantor itu memiliki kebiasaan menitipkan ponselnya pada seorang Suster tapi saat baru saja menyerahkan,
ponselnya tiba-tiba berbunyi,"Ada telepon dek."
Sang Suster langsung menyerahkan kembali ponselnya kepada si pemilik.Rafa langsung mengeceknya, panggilan masuk dari Rifa, ia merasa ragu untuk mengangkat karena tidak memberitahu alasan tidak ikut serta menjadi panitia. Karena tak ingin mengulang hal yang sama seperti pada saat tadi Fia menelepon Rafa langsung mengangktnya,
"Ha...halo Rif?"
"Ha..ha..halo Raf." Jawab Rifa tersedu-sedu.
Mendengarnya Rafa merasa janggal,
"Kamu kenapa.."
"A..aku ke...ke kunci di Gudang Raf."
"HAAHH? GUDAANG?!
Sontak Rafa terkaget-kaget, ia langsung panik.
"A..aku gatau kenapa bisa ke kunci Raf aku cuma mau naro Alat musik!aku takuut! aku....."
Panggilan terputus begitu saja, Rafa menatap sejenak layar ponselnya, ia mengedipkan matanya dengan cepat, Rafa benar-benar cemas ia mencoba kembali menghubungi Rifa tapi tidak dapat tersambung,
Ia mencoba menelepon Adi,
"Halo Raf?"
"Di, lu di Sekolah?"
"Gak Raf, Gua lagi maen sama Reta, yaa biasalah lu juga ngerti hihi."
Rafa memutar bola matanya malas ia merasa kesal,
"KENAPA GA PADA DI SEKOLAAH??!"
"Kok lu sewot sihh?! kenapa lu jadi..."
Adi belum selesai berbicara, Rafa langsung menutup teleponnya.
Sahabat Rifa sejak kecil itu langsung beranjak dari ranjang Rumah Sakit, Sang Suster yang berada di dekatnya terheran-heran,
"Mau kemana, dek?" tanya Sang Suster sambil menarik tangan Rafa.
"Saya mau ke.."
"Ga bisa dek."
Matanya berkeliling ia kesulitan menemukan cara agar bisa pergi, Rafa kembali melihat ke Sang Suster lalu melepas genggam tangannya ia berlari keluar dari ruangan itu,
"Dek!"
Sang Suster kebingungan dengan kaburnya Rafa.
Rafa masuk ke kamar pasien yang ia tempati lalu mengambil jaket dan dompet di tas yang di letakan di dalam tas yang ada di atas meja dekat ranjang kemudian bergegas pergi saking terburu-burunh Rafa berlari bak atlet sprint.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...