- The Only Exception -

187 18 9
                                    

Minggu pagi yang cerah, tapi tampaknya tidak secerah hati Rafa, di hari liburnya ia justru terlihat muram. Tidak seceria burung-burung yang bersiul-siul yang biasanya sering terdengar di pagi hari sebagai tanda pengingat bersiap untuk memulai hari, tampaknya ia masih teringat saat sempat ikut menemani Rifa menaruh buku ke ruang OSIS dan saaat ia menunggu lama Rifa memilih buku di perpustakaan beberapa hari yang lalu, karena di dua situasi yang berbeda itulah Rafa pertama kalinya merasakan rasanya di abaikan oleh Rifa,

Saat itu waktu menunjukkan pukul 9 pagi, saat sedang menyantap sarapan di meja makan, sambil mengaduk-ngaduk makanannya. Ibu Rafa melihat Rafa yang sedang memakan sarapannya dengan ekspresi yang tidak biasanya, tampak lesu dan murung. Karena khawatir ia bertanya pada anak semata wayangnya itu,

"Kamu kenapa, Nak?"

"Gapapa."

Ibu Rafa menempelkan tangannya ke kening Rafa lalu berkata,

"Ga panas, lagi ga demam."

Rafa melepaskan tangan Ibunya yang tadinya memegang keningnya lalu berkata,

"Memang lagi ga demam bu, kan tadi udah bilang gapapa, oh ya Bibi udah sarapan belum bu?"

"Udah tadi Bibi sarapan duluan."

"Syukur deh kalo udah."

Rafa dan Ibunya lanjut menyantap sarapannya, setelah selesai makan, Rafa langsung meminum obat dan langsung beranjak dari kursi yang tadinya ia duduki, kembali ke kamarnya untuk mengambil buku pelajaran Bahasa Indonesia, setelah selesai mengambil buku Rafa langsung pamit pergi pada Ibunya yang masih berada di ruang makan.

"Bu ke rumah Rifa dulu ya, ngerjain tugas." Rafa mencium tangan Ibunya.

"Iya."

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Rafa pergi meninggalkan rumahnya dan langsung menuju ke rumah Rifa.

Saat sedang berjalan mendekati rumah Rifa, Rafa melihat Rifa sedang menyirami bunga-bunga yang ada di dekat teras rumahnya, Rafa mendekatinya lalu menyapa,

"Rifa."

Rifa menoleh "Eh Raf, yuk masuk ke dalem!"

"Nanti aja kamu kan lagi nyiram Rif."

"Udah beres." seru Rifa yang kemudian menaruh alat penyiramnya di tempat biasa ia meletakkannya.

"Yuk Raf!"

Rafa mengangguk, lalu ia mengikuti Rifa masuk ke dalam rumahnya.

Saat baru memasuki rumah Rifa, Rafa melihat Ayahnya Rifa yang sedang menonton tv di ruang tv keluarga, ia mendekatinya lalu berkata.

"Assalamualaikum."

Ayah Rifa yang tadinya pandangannya mengarah ke televisi langsung menoleh dan berkata,
"Walaikumsalam, Eh Rafa."

Rafa mencium tangan Ayah Rifa.

"Mau ngerjain tugas kelompok." Tutur Rafa sambil tersenyum.

"Oh iya iya langsung ke ruang tamu aja."

Rafa dan Rifa pun langsung bergegas menuju ke ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu Rifa berkata,

"Duduk dulu aja Raf, bentar aku ambil buku catetan sama buku-buku perpusnya dulu."

Rafa meng-iyakan dan langsung duduk di lantai dekat kursi panjang yang ada di ruang tamu itu, tak lama Rifa datang dengan membawa buku-buku yang tadi ia maksud dan langsung duduk di dekat Rafa, setelah duduk sambil membuka bukunya Rifa bertanya,

FIRST & LAST   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang