- Another Attack -

23 4 1
                                    

Untuk kesekian kalinya kemalangan kembali menimpa Rafa, kini Sang Ibu di bantu dengan Fia membawa Rafa ke Rumah Sakit setelah sebelumnya Fia dan Rafa menunggu kehadirannya, beruntungnya Sang Ibu bisa cepat datang dengan mobil taksi yang di pesannya.

Pikiran penuh sejuta tanya, kekhawatiran dan kebingungan melandanya, walau rasa penasaran terus meningkat bagi Fia itu bukanlah yang utama, ia lebih memilih diam di sepanjang perjalanan menuju Rumah Sakit sambil berharap laki-laki yang ia sukai itu baik-baik saja, Sang Ibu yang tidak dapat berhenti cemas terus-menerus menyuruh Pak Supir Taksi mempercepat laju mobilnya lalu Ibu Rafa mengeluarkan ponsel dari dompetnya,

"Halo Farid, tolong minta bantuan perawat ! kita bentar lagi sampe, di pintu utama ya!" Pinta Sang Ibu sambil melihat ke kaca jendela mobil depan memperhatikan jalan.

Beberapa menit kemudian mereka pun tiba di Rumah Sakit dengan kondisi Rafa yang belum juga siuman. Sesampainya sudah ada dua Perawat dan seorang pria yang Fia perkirakan usianya sekitar 30 tahun-an, dua perawat langsung dengan sigap menangani, Rafa dibaringkan di ranjang pasien yang telah di sediakan dan mereka pun membawa Rafa masuk, Sang Ibu dengan kecemasan tingkat tinggi mengikuti Farid dan kedua Perawat yang membawa anak semata wayangnya itu
Melihatnya mata Fia berkelebat lalu bergegas ikut masuk mengikuti mereka.

Seperti Rumah Sakit pada umumnya, saat Pasien dibawa ke Ruang Penanganan kerabat atau keluarga dari Pasien yang bersangkutan harus menunggu di luar.

Ruang Tunggu terasa sangat sepi dari banyaknya bangku yang berjejer menyamping hanya tiga kursi yang di duduki, kursi miliknya, Ibu Rafa dan seorang pria yang kira-kira berusia 30 tahun-an yang belum Fia kenali. Ia melihat Ibunda laki-laki yang disukainya terus menangis. Farid paman Rafa mencoba menenangkan Kakak iparnya itu,

"Gimana kalo Rafa sampai kenapa-kenapaa Fariid?!" tanya Sang Ibu menangis seraya menggoyang-goyangkan tangan adik iparnya itu.

Farid hanya bisa terdiam terus menenangkan Ibu dari keponakannya itu tak hanya Fia dan Sang Ibu ia pun sangat mengkhawatirkan Rafa.

Saat sedang menangis mencemaskan keadaan anaknya Sang Ibu melihat ke seorang gadis yang duduk di sebelahnya, Sang Ibu langsung bisa menduga anak gadis itu seusia dengan Rafa, Sang Ibu melihat Fia tampak begitu cemas dan kebingungan, Sang Ibu menatapnya, Fia menyadari Ibu Rafa sedang menatapnya ia sedikit menunduk Ibu satu anak itu tiba-tiba menyentuh tangan Fia,

"Kamu..."

"Saya Fia Tante yang pernah ke Rumah."

"Fia..." Ibu Rafa mencoba mengingat, "oh rupanya kamu."

Fia mengangguk pelan,

"Makasih ya udah bantu Tante."

"Iya sama-sama Tante tapi...kalau boleh saya tahu sebenernya..." Fia sedikit takut untuk menanyakan, ia meneguk air liurnya, "Emm... soal Rafa..."

Sang Ibu menoleh ke Farid, mereka saling memberi isyarat dengan kontak mata, adik iparnya itu mengangguk.

"Kita bicarainnya jangan disini yaa!"

Sang Ibu beranjak dari kursi ia menghapus air mata yang sedari tadi membasahi pipinya.

"Kita kesana sebentar yuk!" ajaknya sambil menunjuk

Fia mengangguk, Sang Ibu menepuk pundak Farid,

"Sebentar yaa!"
Farid mengangguk.

"Ayo, Fia!"

Fia mengikuti ke arah Sang Ibu pergi, ia membawa anak gadis yang seumuran dengan anaknya itu ke taman yang ada di Rumah Sakit tersebut,

Sesampainya Sang Ibu berkata,
"Sebentar ya Ibu bawain minum dulu kamu duduk aja."

FIRST & LAST   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang