Siapapun tidak akan ada yang bisa menyembunyikan bangkai, sekalipun sudah di sembunyikan lama-lama pasti akan tercium juga Rafa berpikir demikian. Jika yang ia duga itu adalah kenyataan maka begitu pedihnya hati yang akan dirasakan oleh sahabat semasa kecilnya, tentunya Rafa tidak ingn itu terjadi, sebuah kepalsuan yang pastinya dapat menyayat hati Rafa hanya bisa berharap apa yang baru saja ia lihat tadi hanya prasangka buruk semata, Rafa tidak bisa memastikan dugaannya karena kedua siswa itu langsung menghampiri bus sambil bergandengan tangan dan langsung menaikinya.
Sore hari yang begitu terik dengan rasa lelah yang memuncak karena kesibukan kerja, biasanya situasi seperti yang disebutkan tadi mampu menjadi pendorong rasa kantuk bagi sebagian besar orang, tapi kali ini lain halnya dengan Ibu Rafa. Di jam istirahat ada Riska rekan kerjanya yang menghampirinya, sambil melihat ke berkas dokumen Riska bertanya,
"Herlin, yang ini udah di follow up belum?" tanyanya, saat menyerahkan Riska melihat Ibu kandung dari Rafa Arata itu sedang melamun.
Riska memutar matanya malas lalu kembali memanggil,
"Her!"
Rekan kerjanya itu terus melamun,
"Herlin!"
Karena tak kunjung di respon Riska menjadi kesal,
"HERLIIIINNN!" teriaknya sambil menggebrak meja,
Brakk..
Herlin terperanjat kaget, ia pun tersadar dari lamunannya,
"II...IYA??"
Ia pun menoleh lalu melihat ke temannya yang sedang menatapnya kesal,
"Eh Ris, tadi..bilang apa yaa?" tanya Ibu Rafa sedikit menunduk sambil tersenyum kaku.
"Dari tadi ngelamun muluu!" ini udah di follow up belum??!" Riska menyerahkan berkas dokumen dan Ibu Rafa langsung mengeceknya.
"Udah."
Dengan kesal Riska merampas berkas dokumen yang Herlin pegang,
"Dari tadi dong bilang! dah, aku mau cari makan keluar, mau ikut gak?"
"Aku bawa dari Rumah."
"Yaudah, aku keluar dulu yaa! Istirahatnya makan, jangan ngelamun mulu!"
"Iyaa!"
Riska bergegas keluar dari ruangan untuk makan siang, sedangkan Ibu Rafa tetap tinggal.Kepalanya benar-benar terasa sangat berat, sedari tadi Sang Ibu sulit untuk konsentrasi dalam bekerja karena terus memikirkan bagaimana caranya agar Rafa bisa berlapang dada dan mengerti dengan kondisi kesehatannya dan cara membujuknya agar mau menjalani rawat inap, Sang Ibu paham betul anak semata wayangya itu sangat tidak ingin berlama-lama di Rumah sakit, bagaimana pun keadannya Rfa adalah anak remaja pada umumnya yang ingin terus bisa melakukan hal-hal yang biasa di lakukan oleh anak-anak seusianya.
....
Keesokan paginya di hari minggu yang cerah saat mentari pagi silaukan kuncup bunga-bunga yang bermekaran di sekitar area Perumahan, Rifa menyantap sarapan bersama Ayah dan Ibunya, saat sedang berbincang selagi menyantap terdengar suara bel pintu,
Ting tong ting tong...
Serentak mereka pun menolehkan kepala ke arah pintu depan berada, saat Sang Ibu hendak beranjak dari kursi Rifa berkata,
"aku aja yang buka."
Ibu Rifa tersenyum lalu melanjutkan makan.
Rifa menghampiri pintu depan, sesampainya ia langsung membukanya. Si gadis pecinta film fantasi itu melihat di hadapannya sudah ada seorang pengantar bunga, sambil memegangi sebuket bunga dan tersenyum ramah si pengantar bunga itu berkata,
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...