- Cheating -

78 3 1
                                    

Sering kalinya kita mendengar pepatah,
"apa yang kau tanam itulah yang akan kau tuai" kejujuran akan mengantarkan kita pada kebaikan, sedangkan kebohongan hanya akan mencelakai. Jika berbohong, itu artinya sudah siap menerima segala konsekuensi yang memang setimpal dan pantas untuk di dapatkan. Sama halnya dengan Rafa, malam ini ia harus menerima luapan amarah Sang Ibu yang memang pantas untuk ia dapatkan karena telah berbohong, Di ruang keluarga sambil duduk, Rafa hanya tertunduk mendengarkan setiap omelan yang Ibunya layangkan kepadanya,

"IBU CUMA NYURUH KAMU ISTIRAHAT DI RUMAH! BUKAN KEINGINAN IBU! TAPI DARI ANJURAN DOKTER!!" bentak Sang Ibu sambil menunjuk-nunjuk.

Sesekali Rafa melihat Ke Sang Ibu, lalu kembali menunduk, Sang Ibu menatap dalam-dalam anaknya dengan penuh amarah, lalu menghela nafas, ia menurunkan suaranya,

"Kenapa kamu sampe nekat keluar lewat jendela??!"

Rafa kembali melihat ke Sang Ibu,

"Aku.....emm...."

"Ada lomba di acara festival musik, temen-temen sekelas pada dateng, disana Rifa tampil juga." Terang Rafa sambil menatap Ibunya dengan rasa takut.

"Kan acara yang modelnya begitu ga cuma ada di hari ini doang Raf!"

"Tapi bu soalnya kan...."

Sang Ibu menyela pembicaraan anaknya dengan cara menunjukan salah satu telapak tangannya ke depan wajah anaknya "udah, Ibu gak mau tahu, Ibu ga suka kamu ngeles pake tapi-tapi begitu."

"Soalnya di acara itu..."

"GAK!"

"Kalo kamu gitu lagi, Ibu bakal daftarin kamu buat home schooling!!!"

Rafa meneguk air liurnya, matanya melebar, seperti seseorang yang mendapat ancaman dari seorang teroris yang menakutkan, jika rasa takut itu adalah virus, mungkin saat ini virus-virusnya sudah mulai bermunculan dan langsung masuk menggerogoti tubuhnya. Rafa langsung membungkam mulutnya, ia tertunduk lesu.

Sambil menyedekapkan kedua lengan di depan dadanya, Sang Ibu terus menatap anaknya yang sedang menunduk dengan sorotan mata yang tajam,

"Iya bu, maaf."

Mendengarnya, seketika terpampang senyuman kecil di wajah Sang Ibu.

"Pokoknya soal ini tuh Ibu ga main-main ya! kamu paham kan?"

Rafa mengganguk,

Sang Ibu mendekat, lalu mengusap kepala anak semata wayangnya itu,

"Yaudah Ibu ke kamar ya! sekalian mau telepon wali kelas kamu sama Rifa juga."

"Rifa bu??!" tanya Rafa seraya melepas tangan Sang Ibu yang tadinya menyentuh kepalanya.

"Ya iya! kalo ga dikasih tau tuh anak bisa-bisa besok nangkring lama di depan pintu rumah kita sambil manggil-manggili nama kamu."

"Tapi apa emang harus..."

"Raf!"

"Yaudah Iyaa!"

Melihat tingkah laku anaknya Sang Ibu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

Ibu Rafa langsung bergegas menuju kamar. Setelah Sang Ibu pergi, Rafa mengarahkan badannya ke samping, menyenderkan kepala ke sofa, menaikan kakinya, lalu memeluk lutut. ia termenung, memikirkan ancaman yang baru saja Ibunya layangkan padanya, Rafa merasa malam ini tidak akan bisa tidur dengan nyenyak.

Keesokan harinya, Rafa baru terbangun dari tidur,  ia langsung mengecek hpnya, sejak kemarin sepulang dari acara lomba ia tidak memainkan ponselnya. Saat Rafa
menatap layar ponselnya ia melihat beberapa pesan masuk dari Rifa.

FIRST & LAST   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang