Pagi hari di Rumah Rifa, ia baru saja terdebangun dari tidurnya karena suara jam alarm yg terdengar sangat bising dan kencang, setelah mematikan alarm Rifa mengecek ponsel yang di letakan di atas meja belajarnya.
Rifa mengulur-ngulur waktu dengan terus memainkan ponselnya tak kunjung keluar dari kamar, ia melihat ke jam ponselnya lalu menghela nafas, semakin hari Rifa semakin merasa malas untuk pergi ke Sekolah, bukan karena tidak ingin menimba ilmu tapi karena merasa sangat muak bertemu dengan orang-orang yang ada di Sekolah, bagaimana tidak menjemukan? setiap orang yang melihat wajahnya orang-orang selalu menanyakan tentang Erfan dengan pertanyaan-pertanyaan monoton seperti, bagaimana kabar Erfan? kenapa Erfan tidak masuk Sekolah? dan sejenisnya. Rifa semakin di buat geram oeh Kekasihnya sendiri.
....
Hembusan angin dingin menyapa, dengan mengenakan Jaketnya sambil berjalan sesekali ia memeluk tububnya yang sedang merasa kedinginan.
Tinggal beberapa langkah lagi dan pintu gerbang Sekolah sudah terlihat jelas di depan mata tapi belum saja sampai sudah ada yang memanggilnya dengan kencang,
"RIFA!"
terlihat di depannya sudah ada Reta yang memanggilnya.
Melihatnya Rifa menghela nafas sejenak, ia merasa akhir-akhir ini selain fisik, pikirannya selalu di buat sibuk oleh orang-orang sekitarnya bahkan sampai berpikir dan berkata dalam hati "masalah apa lagi ini??!"
Rifa berjalan mendekat begitu juga dengan Reta,
"Rif." Reta tiba-tiba merangkul tangan Rifa.
"Apaa?!" jawab Rifa malas.
"Lu...serius jadi malem ini nyamperin ke tempat si Kak Erfan itu??" tanya Reta dengan suara pelan.
"Kayanya jadi, si Adi ngajaknya malem ini."
"Terus lu udah bilang ke Bokap Nyokap mau ke tempat dugem?" tanya Reta keceplosan dengan suaranya yang tanpa di sengaja kembali kencang.
Dugg
Suara hentakan kaki Rifa terdengar dengan jelas menginjak kaki Reta dengan kencang dengan sepatu tebalnya,
"Awww...sakit, Rif!" Reta memegangi kakinya yang Rifa injak dengan sengaja,
"GAUSAH DIPERJELAS JUGAA!" ucap Rifa kesal,
"Eh iyaa.. sorry sorry!" Jawab Reta yang kemudian tersenyum polos, Rifa merasa heran, mengapa akhir-akhir ini orang-orang disekitarnya semakin menyebalkan, mereka kembali berjalan dengan Rifa yang kembali membuka pembicaraan, langsung mengalihkan topik.
Reta dan Rifa erus saling berbincang sembari berjalan menuju Kelas, sesampainya di Kelas saat Rifa baru saja Menaruh tasnya ke bangku yang biasa di dudukinya Reta menyentuh pundak lalu tiba-tiba memanggil,
"Rifa."
Rifa menoleh, "Ya?"
"Lu beneran udah mikirin alesannya?!" tanya Reta cemas.
"Emm..." Tampak jelas Rifa terlihat begitu kebingungan sahabat Rafa itu menggerak-gerakan kedua bola matanya ke kiri dan ke kanan dengan cepat.
"Seriusan lu masih bingung sama alesannya??! Rif, jelas lu ga bakalan di ijinin keluar sama Orangtua lu! kalo ngasih alesan ga jelas udah gitu berangkatnya malem! abis lu Rif!!"
Ujar Reta mencemaskan temannya sedari SMP itu."Ya apa dong?! gua bingung!!" Jawab Rifa sambil terduduk lemas.
"Gimana ya? bentar gua mikir dulu!" Reta memegangi kening dengan jari tangannya, mencoba berpikir di ikuti Rifa yang juga mencoba memikirkan alasan yang tepat agar Orangtuanya mengijinkan Rifa pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...