- The Most Important [ MOTHER'S DAY SPECIAL CHAPTER ]-

18 7 3
                                    

Pagi ini cuaca begitu cerah, sang mentari mulai memancarkan sinarnya, Rafa sudah bersiap, sudah menyantap sarapan dan memakai seragam dengan rapih, lalu ia menyoren tasnya.

Rafa keluar dari kamar, seperti biasa ia akan menyimbangi Rumah Rifa untuk mengajaknya pergi ke Sekolah bersama,
Rafa bergegas menuju Ruang Tamu untuk menemui Ibunya, saat hendak berpamitan tepat di belakangnya Sang Anak melihat Sang Ibu yang sedang duduk sambil membuka-buka majalah fashion ternama, Ibu Rafa mengecek ponselnya, Si anak tunggal dari keluarga Arata itu melihat lebih dekat, ia melangkah maju dengan pelan.

Rafa melihat Ibunya sedang membuka salah satu aplikasi online shop yang pastinya di era sekarang sudah banyak di gunakan oleh khalayak umum.

Ibu Rafa adalah seorang Ibu pada umumnya yang sangat memperhatikan selisih harga barang yang di jual di Tempat A dan di Tempat B, selalu jatuh cinta pada diskon, bahkan jika selisihnya hanya berkisar 100 rupiah pun tetap tak ingin gegabah. Rafa melihat Sang Ibu yang sedang mengakurkan harga sebuah dompet yang ia lihat di aplikasi yang sedang di buka di hp pintarnya dengan yang di majalah,

"Dua-duanya sama-sama mahal." Gumamnya dengan murung.

Dari belakang Rafa sedikit mengintip majalah fashion yang sedang Ibunya perhatikan, Rafa melirik sejenak ke samping samping sambil mengekerutkan dahinya, tidak perlu waktu lama untuk pikirannya terbuka Rafa langsung menemukan ide, Sang Anak memanggil Ibunya,

"Bu."

Mendengarnya, dengan sigap Sang Ibu merapihkan buku majalah yang sedari tadi di lihatnya lalu meletakan ponselnya ke atas meja, Sang Ibu membalikan badannya menghadap Rafa,

"Eh, Raf, udah rapih? ada yang ketin ggalan gak, Nak? coba cek lagi sebelum berangkat!" tanya Sang Ibu menyarankan lalu mendekat ke anaknya.

"Udah kok, Bu." Jawab Sang Anak sambil mengulurkan tangannya ingin berpamitan.

Sang Ibu menerima uluran tangan Rafa lalu Rafa mencium tangannya,

"Yang pinter ya, Nak!" Ucapnya dengan lembut sambil mengelus kepala Rafa.

Rafa tersenyum,

"Aku berangkat ya, Bu!"

"Hati-hati!"

Rafa bergegas menuju Rumah Rifa untuk mengajaknya pergi ke Sekolah bersama.

Beragam gerak-gerik Para Siswa saat Sang Guru sedang menjelaskan materi pelajaran, ada yang terbuai dalam lamunan, menyimak dengan serius sambil menyimpan misteri apakah di imbangi dengan mengerti atau tidak pada materi yang di jelaskan, bahkan ada yang tertidur pulas hingga membuat genangan air hampir menyerupai aliran sungai kecil membasahi mejanya.

Lain lagi dengan Rafa, Si anak tunggal keluarga Arata itu diam-diam serang memainkan ponselnya, ia menyembunyikannya di kolong meja.

Rafa sedang melihat aplikasi kalender yang ada ponselnya, sambil melihatnya ia bergumam pelan,

"Ulang tahun Ibu enam hari lagi, keburu gak ya??"

Rafa menghela nafas lalu kembali meletakan ponselnya ke kolong meja.

Beberapa jam telah berlalu, saat ini sudah memasuki jam istirahat meskipun bel belum lama di bunyikan Kantin sudah seperti lautan manusia, setiap Kedai makanan di gerumuni oleh Para Siswa yang mengantri untuk memesan menu-menu makan siang yang mereka inginkan, Rafa, Rifa, Reta, Adi dan Fia baru saja selesai memesan, saat mereka sudah menempati meja makan yang kosong, Rifa bertanya,

"Raf, itu...kenapa si Fia ngikut ke kita??"

"Ya gapapa, dia sendiri yang pengen, tanya aja alesannya sama dia." Jawab Rafa.

FIRST & LAST   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang