Waktu berlalu dengan cepat, terasa lebih cepat dari hari di kalender. Rasanya baru kemarin keluarga Rifa jadi tetangga barunya keluarga Rafa, Rafa dan Rifa pun kini sudah duduk di bangku kelas 3 SMP, yang dimana sebentar lagi mereka akan menjalani masa SMA, masa putih abu-abu yang penuh cerita, karena banyak yang bilang masa tersebut adalah masa yang paling indah untuk di kenang. Mereka menjalani hari-hari seperti biasanya, semenjak SMP Rifa aktif mengikuti ekstrakulikuler cheerleaders dan Paduan Suara, sedangkan Rafa telah membuat keputusan untuk tidak mengikuti eskul apapun, bukan karena tidak ingin, hanya saja, kondisinya sendiri yang memaksanya untuk membuat keputusan itu. Tapi kadang, Rafa masih suka memaksakan diri untuk tetap mengikuti pelajaran olahraga.Di pagi hari yang dingin, Rifa telah menghabiskan sarapannya dan telah siap untuk berangkat ke sekolah. Dia beranjak dari kursi meja makannya dan menghampiri Ibunya yang sedang berada di dapur.
"Bu, aku sekolah dulu ya, assalamualaikuim." Ucap Rifa yang kemudian mencium tangan ibunya.
"Walaikumsalam."
Rifa pun meninggalkan rumahnya dan bergegas pergi ke rumah Rafa.
"Assalamualaikum." Sambil menekan bel pintu rumah Rafa.
"Walaikumsalam Rif." Jawab Ibunya Rafa.
"Rafanya udah bangun belum?."
"Belum, tadi udah ngebangunin tapi dia belum bangun-bangun, coba ke kamarnya aja bangunin dia."
"Iya bu."
Lalu Rifa langsung ke kamarnya Rafa dan mengetuk pintu kamarnya dengan sekencang-kencangnya.
tok tok tok tok tok.
"Raf bangun! ayo sekolah! Raf!"
Rafa masih belum saja membukakan pintunya, Rifa pun mencoba membuka pintu kamar Rafa dan ternyata tidak di kunci, dia melihat Rafa yang masih saja tertidur.
"Masih aja tidur?!"
lalu dia melihat bantal yang tergeletak di lantai dan langsung melempar dengan kencang bantal itu ke Rafa yang masih tertidur.
"Rafa banguun! Raf!" seru Rifa sambil berteriak kencang.
"Duhh berisik! iya iya ini aku udah bangun!" jawab Rafa yang masih setengah sadar karena baru terbangun dari tidurnya.
"Aku kan pernah bilang, sebelum aku dateng kamu harus udah bangun! biar aku gausah repot ngebangunin." Seru Rifa dengan kesal.
"Biarin aja biar kamu repot!" Ucap Rafa, lalu ia menjulurkan lidahnya ke Rifa tanda mengejek Rifa.
"Dasar Rafa!"
Rafa pun tersenyum, tapi dia masih saja duduk di ranjangnya dan belum bergegas untuk bersiap-siap, dia malah
memperhatikan Rifa yang sedang menengok-nengok ke sembarang arah.Rifa menatap ke sekeliling arah, lalu pandangannya langsung terfokus pada sebuah bingkai foto. Foto itu adalah foto Rafa dengan Ibunya saat Rafa masih kecil yang di letakan di atas meja belajar Rafa, lalu Rifa pun mendekati meja belajar itu dan mengambilnya untuk melihat-lihat.
"Rafa lucu waktu masih kecil, udah gede malah nyebelin!" seru Rifa sambil memperhatikan bingkai fotonya.
Rafa yang masih memperhatikan Rifa pun tersenyum, lalu Rafa beranjak dari tempat tidurnya.
"Yaudah aku siap-siap dulu ya Rif!"
"Iya." Sahut Rifa.
Rafa berdiri lalu mendekati lemarinya untuk mengambil handuk baru di lemari nya, karena handuk mandinya yang sebelumnya sedang dicuci, Rifa pun meletakkan kembali bingkai fotonya. Lalu pandangannya tertuju pada kantong plastik hitam yang ada di sebelah buku Rafa. Sebenarnya, di dalam kantong plastik hitam itu terdapat obat-obat yang biasa di minun Rafa secara teratur. Sambil menunjuk ke kantong plastik, Rifa tiba-tiba memanggil Rafa
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...