Hari senin adalah awal, awal untuk memulai hari, yang nantinya akan silih berganti ke hari-hari yang berikutnya. Bagi sebagian orang, menghadapi hari senin itu seperti akan di berikan soal-soal ujian sekolah yang begitu rumit, yang terdiri dari berpuluh-puluh lembar soal, mengingatnya saja mungkin sudah bisa membuat pening, karena pada dasarnya setiap manusia cenderung memiliki kebiasaan malas untum memulai, tapi meskipun begitu setiap orang pasti memiliki caranya masing-masing agar bisa menumbuhkan rasa semangat dalam dirinya untuk memulai hari, begitu juga dengan Rafa, ia sudah siap untuk berangkat sekolah, selesai sarapan langsung meminum obat, lalu tak lama terdengar suara bel pintu rumahnya,
"Assalamualaikum, Rafaa." Ucap salam Rifa sambil menekan bel.
Rafa langsung berdiri, ia menyoren tasnya dan langsung menghampiri Rifa,
Ibu Rafa melihat ke roti, lalu ia mengambilnya, ikut menghampiri ke pintu depan."Walaikumsalam." Jawab Rafa lalu Sang Ibu datang,
"Walaikumsalam."
"Eh Tan." Rifa mencium tangan Ibu Rafa,
Lalu Rifa langsung menyerahkan seragam Rafa yang ia sudah perbaiki kancingnya,
"Nih!"
"Oh iya makasih."
Ibu Rafa memberikan roti pada Rifa.
"Ini buat kamu, sambil jalan di makan ya! kalo udah sarapan buat istirahat aja."
Rifa menerimanya, "Makasih Tante."
Lalu menatap ke Rafa,"Udah aku benerin ya kancingnya, sekalian udah aku cuciin juga."
Ibu Rafa yang berada di sebelah anaknya hanya bisa tersenyum walaupun sebenarnya tidak mengerti apa yang sedang mereka bahas, tapi lebih memilih untuk tidak menanyakannya,
Mendengarnya, Rafa tampak senang, ia tiba-tiba membuka seragam cadangan yang sedari tadi ia kenakan, lalu langsung memakai seragam yang Rifa berikan, Rifa terheran-heran,
"Kok di buka seragamnya Raf?"
"Gapapa, pengen pake yang dari kamu aja."
Mendengarnya, Rifa hanya bisa tersenyum, ia sebenarnya masih tidak mengerti mengapa Rafa lebih memilih seragam yang baru saja ia berikan, Rafa melihat ke Ibunya,
"Bu, maaf, tolong simpenin ya!"
Rafa menyerahkan seragam cadangan itu
pada Sang Ibu,"Iya."
Rafa berpamitan pada Ibunya dan mereka pun bergegas berangkat ke sekolah.
Di Halte, Reta sedang menunggu kedatangan bus, lalu ia melihat bus yang datang mendekat, Reta pun langsung menaiki bus itu untuk menuju ke sekolah. Suasana di dalam bus begitu ramai, Reta tidak mengira bus yang ia tumpangi bisa seramai ini, padahal ia sudah berangkat lebih pagi dari biasanya. Reta langsung mencari bangku yang masih kosong, beruntungnya ia langsung bisa menemukan, satu-satunya tempat duduk yang masih kosong, Reta langsung duduk, melihat ke arah samping jendela bus, tak sengaja Reta jadi melihat seorang siswa yang memakai seragam yang sama dengannya, wajahnya pun sudah tidak asing lagi baginya, anak laki-laki itu sedang serius memainkan ponselnya, Ya! tak lain dan tak bukan siswa yang di maksud itu adalah Adi Gumaladi, teman akrabnya sedari SMP, Reta langsung menyapanya,
"Eh Adi, lu jam segini udah berangkat?"
Adi menatap ke Reta dengan tatapan mata yang dingin,
"Eh Ret." Kembali memainkan ponselnya,
Reta merasa kesal dengan reaksinya, memang semenjak kejadian keributan di kantin itu Adi nyaris tidak berbincang dengan Reta baik itu secara langsung maupun tidak langsung melalui pesan via aplikasi messenger instant. Reta tidak mengerti dengan Adi, mengapa ia terus mengabaikannya,
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST & LAST
Teen Fiction"Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di depan perempuan yang aku suka!" Begitulah ucap Rafa Arata yang dengan gigihnya ingin selalu bisa menyenangkan hati pujaan hatinya. Apapun itu ia lakukan, meskipun sebenarnya ada suatu kendala besar yang ia mi...